Pages

Tuesday, August 26, 2008

Asrama Annisa I

Balada Lelaki Tua

Bagian Ketiga
===========
Diam, saya hanya diam. Waktu sholat dzuhur pun lewat sudah, imah meminta izin pada kakek untuk keluar sebentar, dengan suara yang keras 'ah si kakek sudah kurang pendengaran' begitu kata hati kala itu, kakek pun mengizinkan.

Masih dalam diam, waktu pun berlalu menjelang ashar imah belum juga datang. Bukan jadi soal pada awalnya, pun ketika imah memang berjanji pada kakek bahwa ia tidak akan berlama-lama di luar. Hingga adzan ashar berkumandang, bel pun lonceng dari kamar kakek pun berbunyi lagi, saya mulai geragapan, gusar, si kakek terus saja membunyikan loncengnya.

Melihat saya yang muncul, seyogyanya kakek bertanya "imah mana?" begitu tanya dia pada saya. "Lagi keluar mbah" dengan nada yang keras, karena kakek memang benar-benar kurang pendengaran. "Mau sholat ya mbah" begitu tanya saya padanya, "iya" jawab si kakek. "Sini mbah, biar saya saja" saya mencoba menawarkan bantuan "memang anak bisa?" kakek agak ragu pada saya, ya wajar saja, dia baru saja melihat saya, dan itupun hari ini. "Insya Allah bisa mbah" saya mencoba menenangkannya.

Alhamdulillahnya tadi saya sedikit mengamati apa yang imah lakukan pada si kakek. Agak gugup pada awalnya, khawatir membuat kakek tersinggung. Memulai dari membasuh kedua tangan, berkumur, yah layaknya berwudhu seperti biasanya, hanya saja ini dilakukan di atas ranjang. Kakek berwudhu sembari bertanya nama saya "sefta mbah" dan saya harus mengulangi beberapa kali sampai ia berkata "ooo sefta" kira-kira begitu jawabnya.

Gugup yang awalnya hinggap, lambat laun mulai sirna, hingga sampai pada membasuh kedua kaki, tidak sengaja tangan saya menyentuh kakinya. Lalu, si kakek berkata "ya batal", dengan lugunya saya berkata "oh batal ya mbah? kalau gitu ulang dari awal lagi ya?", "iya, ulang dari awal" begitu tambah kakek pada saya.

Selesai, berwudhu pun selesai. Kakek mengenakan koko dan songkok putihnya, "terima kasih ya nak" begitu kata kakek. Saya bergegas pergi, tak ingin mengganggu kekhusyukan sholatnya.

Keluar dari kamar, saya hanya diam. Tergugu, termangu, saya hanya bisa berkata-kata di dalam dada "subhanallah". Entahlah, begitu sulit menggambarkannya dengan kata-kata.

Mengetahui kakek masih menunaikan sholat, ibadah yang paling utama, itu saja sudah cukup membuat saya terpana. Apalagi ketika ia meminta saya untuk mengulangi wudhunya, yang karena secara tidak sengaja saya menyentuhnya.

Padahal sejatinya ia lumpuh, benar-benar lumpuh, sehari-harinya ia habiskan di atas tempat tidur saja.

Masih dalam entahlah.
Banyak yang muda, tidak sholat ia. Padahal masihlah kuat fisiknya.
Banyak yang muda, tapi menunda sholatnya.
Ada juga yang sudah tua, belum juga mau menyadari ketuaannya, malah semakin menjadi saja.
Ada juga yang tua, malah semakin lupa pada Tuhannya.

Kakek, balada seorang lelaki tua....
Allah panjangkan usianya dan berkuranglah nikmat Nya

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Ar Ruum (30:54)

Dan ia masih tekun di dalam sholatnya. Saya tak ingin pikirkan apakah diterima atau tidak amalan sholat itu di sisi Nya. Tak peduli akan itu semua, hanya berpikir bilamana saya menginjak usia-usia seperti si kakek tua, apakah saya akan seperti dia?

Kakek memang tua dalam hal usia tapi tidak di dalam ibadahnya

--tamat--

Monday, August 25, 2008

Balada Lelaki Tua

Bagian Kedua
===========
Saya tak banyak mengetahui seperti apa silsilah keluarga yang saya tumpangi dan belakangan saya baru tahu, kalau lelaki yang dimaksud oleh si mbak adalah seorang kakek yang sudah berumur antara 75 - 80 tahun. Tidak pernah melihat kakek berkeliling di sekitar rumah karena pada kenyataannya saya pun baru tahu kalau si kakek menderita suatu penyakit yang menyebabkan ia lumpuh di masa tuanya.

Tidak lama saya habiskan waktu di Jakarta, tidak betah, karena atmosfer yang panas dari kota ini. Esok hari, malam minggu tepatnya, saya akan tinggalkan kota ini.

Hari itu, hari sabtu dan saya lupa tanggal berapa saat itu, tidak ada yang bisa saya kerjakan. Proposal kunjungan industri sudah saya hantarkan kemarin, mau berbenah-benah rumah, bingung apa yang mau dibenahi. Mau memasak, ternyata orang rumah sendiri memang jarang memasak, bukan karena malas, tapi lebih karena semua penghuni yang ada di rumah ini bekerja, kecuali imah.

Imah, salah satu penghuni di rumah ini, saya pikir dia berada di bawah saya satu tahun umurnya. Sehari-harinya, dia mengajar di TPA yang ada di sekitar daerah ini, tidak tahu dimana tepatnya. Hari itu, saya hanya berdua dengannya, awalnya saya sadari begitu. Hingga waktu dzuhur tiba, tepat selepas adzan dzuhur berkumandang, lonceng berbunyi. Imah memasuki kamar yang berada tak jauh dari tempat saya duduk menonton televisi.

Apa yang imah lakukan? tertegun saya pada awalnya. Siapa lelaki tua yang berada di atas pembaringan itu. Setiap detail yang imah lakukan bagi si lelaki tua saya amati dengan seksama. Lama, tahulah saya, bahwa yang membunyikan bel itu ada si kakek yang baru hari itu saya melihatnya meski hanya dari kejauhan saja.

Tak berani mendekat, saya hanya mengamati dari depan pintu kamar, kakek membasuh kedua tangan, layak orang berwudhu, ia lakukan semua ritual itu. Tak lama, imah keluar dari kamar, saya pun memberanikan diri bertanya "kakek sholat ya?", "iya" begitu jawab imah sekenanya.

bersambung...

Sunday, August 24, 2008

eye capture

balada lelaki tua

Bagian pertama
============
Balada hidup lelaki tua
, kakek itu sudah tua, yah memang dimana-mana yang namanya kakek-kakek identik dengan yang namanya tua, tapi ada juga yang masih muda dipanggil kakek karena silsilah kekeluargaannya.

Tapi, bukan itu yang ingin saya bahas kali ini.
Masih ingat dengan kisah perjalanan "Buitenzorg to Batavia...." yah cerita yang panjang kali lebar kali tingginya sudah tidak terhitung lagi. Ada sebuah kisah yang tertinggal di sana, selama memori di kepala masih dapat memutarnya, maka saya akan memulai bercerita.

Singkatnya, ketika sampai di Batavia yang sekarang kita sebut dengan Jakarta, kota metropolitan yang panas, kadang begitu kejam menurut mereka yang gagal dalam perjuangan hidupnya di sana, kadang seperti surga bagi mereka yang berhasil meraup rupiah dan menjadi orang yang berhasil dalam pergulatan hidupnya.

Menumpang di rumah seorang kenalan lama yang dahulunya adalah senior saya di Asrama Annisa, saya lupa apa nama jalannya dan sudah pasti tentunya saya pun tidak ingat dengan alamat lengkapnya.

Begitu masuk, hal pertama kali yang saya tanyakan adalah "Ada laki-laki gak mbak di rumah ini?" begitu singkat dan padat. Si mbak menjelaskan bahwa hampir semua penghuni rumah ini wanita, memang ada seorang lelaki dan itu pun sudah tua, tepatnya renta.

bersambung ....


Saturday, August 23, 2008

Makan Itu CInta

Baca buletin FS, ada yang bilang tentang cinta. Jadi ingat waktu SMA, alias Sekolah Menengah Atas. Zaman dimana, es belum mencair, zaman dimana orang masih bicara menggunakan isyarat mata, zaman dimana, listrik belum ada, zaman dimana kolonialisme merajalela, zaman dimana masih amburadul diri saya (hiperbolik).

Si penulis katakan, cinta, lalu cinta lagi, kemudian cinta lagi. Whuahhh cinta-cinta melulu, cinta pada siapa? Nampaknya, kalau tidak salah terka, masihlah cinta pada kekasihnya. Kekasihnya? Siapakah ia? Tentu saja kekasihnya itu si manusia.

Tidak akan membahas lebih jauh tentang si dia yang menulis buletin tentang cinta, tidak akan pula mencoba mengkritik tulisannya. Biarlah, biarkan ia berekspresi sesukanya, semaunya, toh dunia ini milik semua anak manusia, toh sudah bukan zamannya membungkam apa yang namanya beda.

Kembali ke pokoknya, bahwa saya tidak akan membahas tentang dia, tapi lebih jauh tentang saya, bukan hendak bernarcis-narcis ria, hanya ingin mengenangkan memori yang sudah lama tersimpa, sudah usang, berdebu bahkan mungkin menjadi remah-remah dimakan binatang setia kertas-kertas tua (kembali hiperbolik).

"MAKAN ITU CINTA", ya kata-kata itu selalu meluncur dengan cepat, lancar, tepat, dan tanpa hambatan dari alat bicara saya, manakala ada teman saya yang membahas tentang cinta. Itu masa-masa SMA, sekarang? yah sudah melunak, tak lagi saya katakan "MAKAN ITU CINTA", bila ada wanita yang berkisah tentang romantisme cinta (hah, sok puitis agaknya).

Lucu mengenangkannya, mengingat betapa teman-teman wanita selalu bersembunyi dari saya bila sedang membahas tentang apa yang namanya CINTA. "Jangan bilang-bilang sama cecep, ntar kalau dia denger, dia bisa marah"..... Whuahhh, begitulah yang sampai di telinga. Ohhh, wanita-wanita itu takut bila saya mengetahui mereka memiliki rasa pada lelaki pujaan hati mereka.

Alhasil, banyak yang pacaran backstreet, tapi bukan backstreet dari kakak lelakinya, bukan pula backstreet dari orangtuanya, tapi backstreet dari saya. Masya Allah, mereka sebegitu takutnya pada saya, sayang sekali.

Padahal, saya hanya ingin melindungi mereka. Dan ketika hubungan cinta itu putus entah karena alasan apa, mereka baru bercerita pada saya dan "kamu bener cep".



Catatan di Sabtu, 23 Agustus 2008

Sabtu, 23 Agustus atau entah tanggal berapa hari ini, tidak tahu. Sudah lama tidak menghitung waktu, sudah lama tidak mengamati tanggal yang selalu berubah seiring dengan bergantinya hati 'ah saya mulai lagi dengan frasa-frasa yang terkesan ingin menyamakan rima'.

Masih seperti yang dulu, masihlah seperti beberapa hari yang lalu. Berada di ruang laboratorium fisika yang tak lama lagi kan tinggal memori di dalam kepala. Masihlah tetap seperti yang dulu, seperti beberapa hari yang lalu, menularkan sesuatu melalui tulisan dengan ditemani dendang lagu melankolie yang kadang membuat geli hati, kadang membuat rasa di dalam dada meradang dalam sepi karena memang Laboratorium ini hanya saya seorang yang menghuni, hari ini.

Teringat dengan seorang kawan yang mencoba menjelaskan seperti apa kiranya 'isi kepala yang berputar-putar itu'. Saya hanya tertawa, tertawa dari kejauhan karena memang kawan saya ini, keberadaannya berjauhan berapa mil nya dari saya. Mencoba menganalogikan 'isi kepala' yang berputar-putar menurut versinya, secara ilmiah tentunya. Tapi, bagi saya, bagi kepala saya, tetap saja tidak bisa mengambarkan seperti apa kiranya isi kepala yang berputar-putar itu.

Adakah seperti mesin blender yang menghancurkan isi yang ada di dalamnya?Adakah ia seperti angin topan tornado, yang mengaduk-aduk semua yang tersapu oleh jilatan-jilatan lidahnya? Ataukah ia seperti elektron-elektron? Atau ia seperti planet-planet yang mengelilingi matahari?

Entahlah, saya hanya katakan pada kawan saya, bahwa itu masihlah begitu abstrak di kepala. Bagaimana kiranya membayangkan kepala yang isi di dalamnya berputar-putar? pikiran macam apa pula ini, entah mengapa pula sampai berpikir sekonyol ini. Absurd (hah, kau gunakan juga kata aneh ini), bila membayangkan isi kepala saya berputar-putar, seperti apa jadi di dalamnya? akan kah otak kiri berpindah ke kanan, begitu juga sebaliknya? itu berarti otak kiri akan menjadi otak kanan dan otak kanan akan menjadi otak kiri? Lalu bagaimana dengan fungsinya? Adakah ia berubah juga.........

Argghhhhh, yang beginian, kenapa kepala ini masih juga pikirkan. Biarkan saja kepala ini bergulat dengan isinya, biarkan saja ia menggunakan frasa 'berputar-putar', tak perlu pusingkan diri dengan memikirkan seperti apa kiranya itu bentuknya 'Gila'. Saya hanya berkutat dalam diam di sepertiga malam, kata-kata itu saling bersilang, pikiran-pikiran itu berlompatan, seperti lompatan-lompatan arus listrik. 'Arrggghh' saya berteriak, di dalam hati, tak mungkin berteriak sekeras-kerasnya di dini hari hingga mengganggu seluruh penghuni asrama ini............

Pada akhirnya, kapankah seorang anak manusia akan mencapai titik kepuasan dari apa yang namanya berpikir? Entahlah, kepala saya lagi-lagi menganggu dengan berkata 'manusia itu, pada dasarnya tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang dicapainya'........ Hah, apa pula yang pernah saya capai, belum ada, belumlah ada...........

DIAM !!!, ku perintahkan padamu kepala untuk diam.

Tergugu, termangu, dalam gelapnya malam, dalam dendang jangkrik-jangkrik yang menyanyikan senandung harmoni kehidupan...........

Friday, August 22, 2008

Pesan dari seorang teman

Agak malas menulis hari ini, tapi kepala ini terus saja berpikir yang tidak-tidak, berputar-putar dan sayangnya sampai saat ini, masih juga tidak tahu seperti apa isi kepala yang berputar-putar itu. Entah etis atau tidak, bila saya menuliskan pesan dari seorang teman, lalu mengubahnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya, yang buta akan sastra dan miskin akan kata.

Tak ada yang bisa ku lakukan Tak ada yang bisa kubanggakan Kesuksesan adalah mimpi bagiku Anganku telah mati Keyakinanku mulai pudar Hari ini aku GAGAL lagi Aku putus asa kini..

Pkl 00:18:08

Seperti ini saya membalas pesannya

Jangan begitu tidak bijak kalau sampai beranggapan seperti itu Tidak patut kalau sampai berkata seperti itu seorang muslim tidak boleh berputus asa dari Rahmat Nya Allah punya rencana sendiri...

Pkl. 06:14:07

Segera saya mencoba menghubunginya melalui phone cell yang saya punya, tidak aktif.

hmmh, mencoba menarik nafas panjang, saya prihatin dengan apa yang ia tuliskan. Saya khawatir dengan apa yang dia sampaikan, nampak begitu berat apa yang ia tanggungkan. Untuk saat ini, saya akan berkata bahwa memang beginilah sejatinya sifat dasar manusia, lemah, suka berkeluh kesah, dan terkadang ketika masalah dirasa begitu berat baginya, dengan atau tidak sadar, dia berputus asa dari rahmat Tuhan nya.

Saya tak salahkan dia yang berkata bahwasannya dia berputus asa, karena sejatinya ketika mendengar ia bercerita tentang masalah yang belakangan ini menimpanya, kepala ini menstimulus otak untuk bekerja hingga di dalam hati berkata "subhanallah", masalah yang ia harus hadapi luar biasa.

Kembali menarik nafas panjang, mencoba menghela agar sedikit lega dirasa. Padahal Allah sudah firmankan di dalam Al Qur'an, bahwa sesungguhnya setelah kesukaran ada kemudahan, padahal Allah sudah firmankan di dalam Al Qur'an, jangan berputus asa dari rahmat Nya.

Beginilah manusia, beginilah manusia, saya tidak lagi dapat berkata apa-apa, semua tercekat, tertahan. Hanya kepala yang terus saja bekerja, tak henti-hentinya memikirkan bahwa manusia memang bukan apa-apa bila bukan karena kemurahan hati Nya.

Wednesday, August 20, 2008

Dia dosen saya

Dia dosen saya, dosen baru, bertubuh tambun.

Masih ingat dengan PIMNAS Vs kelas kambing? Yah dia lah yang mengatakan secara tidak langsung bahwa Univ saya juga termasuk ke dalam kelas kambing.

Apa saya marah? Tidak. Buat apa, toh mungkin saja memang kelas kambing. Lantas mengapa ia menjadi salah satu manusia yang saya amati kemudian saya tuliskan ke dalam catatan pikiran ini? Tidak ada, hanya ada beberapa hal darinya yang entah apa itu, saya jgua tidak tahu.

Beberapa bilang, dia frustasi, ada juga yang katakan dia belum menunjukkan prestasi apa-apa, hanya bisa omong saja. Apa saya juga berpikiran begitu? Insya Allah ndak begitu, dia dosen saya, saya menghormatinya, tidak saya marah karena dia katakan UNILA tidak seperti institutnya yang di sana.

Sekali waktu, dia pernah bercerita, betapa begitu kentara perbedaan antara institutnya dengan kampus hijau saya tercinta. Apa saya marah? Kesal? Ah tidak, tak perlu itu semua, karena memang itu nyatanya. Saua hanya berkata ”yah begitulah UNILA pak, lagipula kenapa dulu bapak memilih mengajar di sini. Di sini nggak ada apa-apa pak. Korupnya saja yang banyak, makanya kampus ini nggak maju-maju”

Mau tahu apa alasan dia? Materi, ya materi. Hmm jawaban yang jujur, realistis. Dia katakan, yang intinya, di sana, di kota kembang, sulit untuk menjadi kaya. Yah saya hanya mendengarkan dengan seksama ceritanya. Memang, nampak beberapa kali dari cerita yang ia sampaikan pada saya, bahwasannya ia kecewa, ia belum bisa seperti rekan-rekan sejawatnya di sana.

Inilah salah satu potret kehidupan, setidaknya ia sudah berusaha jujur dengan apa maunya. Saya tidak patut mengatakan ia begini, atau ia begitu dalam konotasi yang negatif.

Sedangkan nabi musa menghadapi fir’aun dengan lemah lembutnya. Sejatinya, antara saya dan nabi musa, saya tidak ada apa-apanya. Sejatinya, antara si bapak dan fir’aun, sungguh jauh berbeda, karena di dalam Al Qur’an, Allah benar-benar murka pada pharaoh hinggá mendaulatnya langsung menyeberang ke neraka dengan jam penerbangan pertama.

Maka siapakah saya, bila sampai saya melontarkan kata-kata mencemooh, mengatai-ngatai si bapak yang katanya kecewa dengan kampus saya yang nota benenya memang jauh berbeda dengan institutnya. Maka siapakah saya yang berani-beraninya mengata-ngatai si bapak yang menisbatkan diri menjadi salah satu penganut paham sekuler di negeri ini.

Saya bukan siapa-siapa, saya hanya manusia tak ubahnya seperti si bapak yang sama manusianya dengan saya.

Beginilah hidup, beginilah manusia, banyak macam dan ragamnya. Sekali lagi, saya menghormatianya, karena ia sama manusianya dengan saya, saya menghargainya, karena bagaimana pun juga ia dosen saya. Dan hari ini, seorang teman berkata “bapak itu sholat cep”. Entah mengapa, berkali-kali saya ucapkan subhanallah, saya benar-benar gembira mendengarnya.

Rawa di belakang asrama Annisa

Satu hal menulislah karena senang, bukan karena…ah entah apa, itulah pokoknya.

Semalam turun hujan, yah lumayan deras, dirasa cukup membasahi bumi lampung yang panas. Entah musim apa saat ini, musim hujan? Tapi nampaknya belum saatnya. Musim kemarau? Tapi terkadang hujan turun berkepanjangan. Tak menentu, akibat global warming menurut orang-orang barat sana. Tapi menurut saya, ini kaibat dari tangan-tangan manusia yang berbuat kerusakan di bumi tanpa pernah mau menyadari untuk kemudian memperbaiki. Yah hasilnya beini ini, iklim tak tentu, datang suka-suka semau-mau.

Kembali ke masalah hujan dan kemarau. Saya salah satu penghuni asrama annisa gedung C lantai 2 yang tepat di belakangnya terdapat rawa, rawa tadah hujan tepatnya, yang kalau hujan ia bisa penuh, banyak ikan, dari ikan lele hingga ikan gabus. Kadang sesekali anak-anak lelaki tanggung beramai-ramai mengambil ikan yang ada di rawa di belakang asrama.

Ada yang aneh di sana, yah selama beberapa tahun ini, selalu membayang-bayang di kepala, menghantui pikiran ini (lebih agaknya saya dalam berkata-kata). Dimana letak anehnya? Hmmh (saya menghela nafas panjang). Saya sudah katakan bahwa itu rawa tadah hujan bukan? Otomatis, pada saat kemarau, rawa di belakang asrama jadi kering kerontang, ikan-ikan sudah berpindah tangan, anak-anak lelaki itu mengaduk-aduk rawa hingga airnya keruh menjadi cokelat pekat....

Lalu dimana anehnya? Yang aneh menurut saya adalah, pada saat musim kering tiba, rawa itu kering. Benar-benar kering, kadang nampak retak-retak tanah, kadang berupa ladang rumput yang hijau, tapi tetap kering, tidak ada air meskipun secuil. Yang mengherankan kepala ini adalah bahwa pada kenyataannya, pada musim saat ini musim hujan tiba, rawa penuh dengan air dari langit sana. Ikan-ikan pun tetap saja ada, padahal itu rawa dari yang benar-benar kering, tidak ada air.

Lalu, darimana ikan-ikan itu berasal? Apa dari telur yang induk ikan tinggalkan di daun-daun tanaman rawa, yang menempel, lalu menetas pada saat musim hujan tiba ketika rawa dipenuhi dengan air hujan yang tumpah ruah dan melimpah ??? Entahlah, sampai beberapa waktu yang lalu itu masih menjadi pertanyaan yang belum juga terpecahkan oleh kepala, hingga suatu ketika......

dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah memulai penciptaan (makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah
Al ’An kabut : 19

dan diantara tanda-tanda kebesaran Nya, Dia memperlihatkan kilat kepadamu untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia Menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan air itu dihidupkannya bumi setelah mati (kering). Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mengerti
Ar Rum : 24

Jadi beginilah akhirnya, subhanallah.......

Aku ingin mencintai Mu dengan sederhana
Mencintai dengan segenap jiwa dan raga
Mencintai dengan hati dan pikiran

Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab sudah dengan sekejap mata.
Pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik hati dan kepala selama beberapa tahun ini, terjawab dengan sendirinya. Lagi, Dia kabulkan doa yang meminta agar ada yang diri ambil dan pelajari di setiap harinya dari setiap jengkal perjalanan hidup ini.

Monday, August 18, 2008

13 Sifat Perempuan Yang Tidak Disukai Laki-Laki

Salah satu Pusat Kajian di Eropa telah mengadakan survai seputar 20 sifat perempuan yang paling tidak disukai laki-laki. Survai ini diikuti oleh dua ribu (2000) peserta laki-laki dari beragam umur, beragam wawasan dan beragam tingkat pendidikan.

Pertama, perempuan yang kelaki-lakian, “mustarjalah
Perempuan tipe ini menempati urutan pertama dari sifat yang paling tidak disukai laki-laki

Kedua, perempuan yang tidak bisa menahan lisannya “Tsartsarah
Tipe perempuan ini menempati urutan kedua dari sifat yang tidak disukai laki-laki, karena perempuan yang banyak omong dan tidak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, menyampaikan pendapatnya, umumnya lebih banyak memaksa dan egois.

Ketiga, perempuan materialistis “Maaddiyah
Adalah tipe perempuan yang orientasi hidupnya hanya kebendaan dan materi. Segala sesuatu dinilai dengan harga dan uang. Tidak suka ada pengganti selain materi, meskipun ia lebih kaya dari suaminya.

Keempat, perempuan pemalas “muhmalah
Tipe perempuan ini menempati urutan keempat dari sifat perempuan yang tidak disukai laki-laki.

Kelima, perempuan bodoh “ghobiyyah
Yaitu tipe perempuan yang tidak memiliki pendapat, tidak punya ide dan hanya bersikap pasif.

Keenam, perempuan pembohong “kadzibah
Tipe perempuan yang tidak bisa dipercaya, suka berbohong, tidak berkata sebenarnya, baik menyangkut masalah serius, besar atau masalah sepele dan remah. Tipe perempuan ini sangat ditakuti laki-laki, karena tidak ada yang bisa dipercaya lagi dari segala sisinya, dan umumnya berkhianat terhadap suaminya.

Ketujuh, perempuan yang mengaku serba hebat “mutabahiyah
Tipe perempuan ini selalu menyangka dirinya paling pintar, ia lebih hebat dibandingkan dengan lainnya, dibandingkan suaminya, anaknya, di tempat kerjanya, dan kedudukan materi lainnya…

Kedelapan, perempuan sok jagoan, tidak mau kalah dengan suaminya
Tipe perempuan yang selalu menunjukkan kekuatan fisiknya setiap saat.

Kesembilan, perempuan yang iri dengan perempuan lainnya.
Adalah tipe perempuan yang selalu menjelekkan perempuan lain.

Kesepuluh, perempuan murahan “mubtadzilah
Tipe perempuan pasaran yang mengumbar omongannya, perilakunya, menggadaikan kehormatan dan kepribadiannya di tengah-tengah masyarakat.

Kesebelas, perempuan yang perasa “syadidah hasasiyyah
Tipe perempuan seperti ini banyak menangis yang mengakibatkan laki-laki terpukul dan terpengaruh semenjak awal. Suami menjadi masyghul dengan sikap cengengnya.

Keduabelas, perempuan pencemburu yang berlebihan “ghayyur gira zaidah
Sehingga menyebabkan kehidupan suaminya terperangkap dalam perselisihan, persengketaan tak berkesudahan.

Ketigabelas, perempuan fanatis “mumillah
Model perempuan yang tidak mau menerima perubahan, nasehat dan masukan meskipun itu benar dan ia membutuhkannya. Ia tidak mau menerima perubahan dari suaminya atau anak-anaknya, baik dalam urusan pribadi atau urusan rumah tangganya secara umum. Model seperti ini memiliki kemampuan untuk nerimo dengan satu kata, satu cara, setiap harinya selama tiga puluh tahun, tanpa ada rasa jenuh!

Apa benar begitu?

Wallahu alam


sumber : milis DT

Sunday, August 17, 2008

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Keduabelas, Jarang Komunikasi

Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri. Entah denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.

Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.


Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum

Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bahu yang tidak enak.

Wallahu a’lam
sumber : milis DT

--end--

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Kedelapan, Pengecut

Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap pengecut (a’uudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw. terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.

Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.


Kesembilan, Pemalas

Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal , kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya seorang suami.

Kesepuluh, Cuek Pada Anak

Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak. Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di atas punggungnya.

Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para wanita.


Kesebelas, Menang Sendiri

Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di depan istri.. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.

bersambung....
sumber : milis DT

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Kelima, Plinplan

Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).


Keenam, Pembohong

Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.

Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri.. Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.


Ketujuh, Cengeng

Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng. Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Qur’an. Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.

Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.

bersambung...
sumber :milis DT
Oleh: DR. Amir Faishol Fath

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Keempat, Tertutup

Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang merasa dikesampingkan.

Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.

bersambung...
sumber : milis DT

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

Saturday, August 16, 2008

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Ketiga, Sombong

Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.” Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.

Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita karena prilaku sombong seorang suami.

bersambung...
sumber : milis DT
Oleh: DR. Amir Faishol Fath

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Kedua, Kasar

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.

Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.
bersambung...
sumber : milis DT
Oleh: DR. Amir Faishol Fath

13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan

Pertama, Tidak Punya Visi

Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa’:1 Allah swt. Berfirman:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.

Dalam ayat ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.

Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: “Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”

bersambung.....
sumber : milis DT

Friday, August 15, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -14

I
nnamal a'malu binniyat

Buitenzorg to Batavia untuk sebuah rencana, menyambangi perusahaan-perusahaan untuk sekedar menyampaikan proposal berserta surat kunjungan. Rencana tinggal rencana, Allah tetaplah yang menentukan segalanya. Beginilah kiranya bila sesuatu itu tidak dilandasi dengan niat, semua proposal yang ditujukan ditolak dengan berbagai macam alasan.

Hmmh, kembali, berserah diri tidak semudah membalikkan telapak tangan, Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana. i
nnamal a'malu binniyat segala amalan itu mesti ada niatnya. Beginilah hasilnya bila tidak ada niat pada awalnya, kunjungan industri yang sejatinya akan dilaksanakan pada tgl 23-25 Agustus, wainnama likulimri in maanawa, buah dari niat atas amalan yang dikerjakan berujung pada penolakan.

Hhhh, diam tidak berkata apa-apa manakala penolakan disampaikan. Tak lama, kepala ini memutar otak yang bersarang di dalamnya, setiap malam meminta semoga Allah berikan yang terbaik, yah meskipun dengan gaya yang terkesan ‘cuek dan nyantai’, dengan isi kepala yang berputar-putar, tapi pada akhirnya, dengan tersenyum lebar atau sebenarnya cengar-cengir ‘nggak keruan’, saya sampaikan pada teman-teman “kunjungan industri dibatalkan”.


--END--

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -13
Bus tua dan asimilasi budaya

Mencoba mengetuk pintu kamar seorang teman untuk kemudian berpamitan pulang, hari ini saya harus segera pergi menuju Buitenzorg untuk kemudian meneruskan perjalanan ke Batavia. Sepanjang jalan, aktivitas mulai terlihat meskipun belumlah ramai karena manusia-manusia pekerja masihlah lelap di dalam mimpi panjangnya. Terminal ini tetap saja ramai, meskipun belumlah terlihat penumpang-penumpang yang sedianya memadati terminal manakala matahari sudah bertengger di atas kepala ini.

Tidak ada senyum disunggingkan, perjalanan kali ini belumlah terlihat dimana letak hikmah dan belumlah juga akan sarat dengan petuah-petuah yang biasanya menggelitik kepala untuk berpikir kemudian menuliskannya hingga menjadi baris-baris kalimat penuh makna atau mungkin hanya sekedar tulisan yang membosankan bagi mata manusia-manusia yang membacanya…..entahlah

Bus DAMRI jurusan terminal Leuwi Panjang, saya masih belum mengerti apa dan kenapa terminal itu diberi nama seperti itu, tidak sempat bertanya dan tidak pula tahu harus bertanya pada siapa hingga pada akhirnya menjejakkan diri di bangku belakang dari bus DAMRI tujuan Leuwi Panjang. Lama, manusia mulai memadati bus yang saya taksir tak lagi muda ini.

Kursi yang sudah tambal sana-sini, belum lagi karat yang begitu kentara hingga bus ini semakin menunjukkan kerentaannya,. Pikir saya, di luar sana ini bus sudah dimuseumkan, tidak lagi digunakan, tapi dipress untuk kemudian jadi onggokan, rongsokan. Di Negeri ini, bus-bus seperti ini masihlah beroperasi, meskipun tingkat emisifitas yang melebihi ambang batas.

Bus berjalan, dengan suara mesin yang memekakkan, tapi lama-kelamaan seperti sebuah harmoni dari sebuah kehidupan yang memang sejatinya mau tak mau menjadi wajib untuk didengarkan, untuk kemudian menjadi bahan renungan, bagi yang mau mempelajari filosofi dari sebuah bus DAMRI yang sudah berusia senja ini. Sejatinya, bus ini menjadi saksi bisu dari setiap percakapan yang terjadi di dalamnya, ia menjadi salah satu dari sekian banyak saksi bisu dari zaman yang terus berkembang. Sekiranya ia bisa berbicara, tentulah ia sudah banyak bercerita, berkisah tentang manusia-manusia dan tentang apa saja yang sempat dilihat dan dilewatinya meskipun hanya dalam sekejap mata.

Silih berganti, pengamen-pengamen jalanan mulai menghibur dengan sekenanya untuk sekedar mendapatkan penghasilan. Tidak seberapa sebenarnya, hanya uang-uang receh yang mereka kumpulkan. Mulai dari seorang yang kurang akal yang mencoba menghibur manusia-manusia yang berakal, mengapa saya katakan dia tidak berakal? Karena memang Allah ciptakan dia dalam kekurangan.

Tak lama berselang, pemuda-pemuda tanggung, mencoba memanjakan penumpang dengan bernyanyi dan berdendang. Saya tidak begitu memperhatikan, hingga tak lama berselang setelah kepergian mereka, seorang lelaki paruh baya yang entah bagaimana ceritanya, sudah berada di sebelah saya. Bertanya darimana, sekolah dimana, hingga ia bercerita tentang pekerjaannya sebagai pemandu wisata dengan dua orang anak yang blasteran Indonesia dan istrinya yang berkebangsaan Australia.

Mendengarkan dalam diam, asimilasi budaya. Seperti apa dampak yang ditimbulkannya, mendekati kantor pariwisata di jalan Braga, lelaki paruh baya itu turun setelah kemudian memberikan no handphonenya pada saya.

Beliau meminta saya menemuinya bila saya sedang berada di kota Bandung. Ia ingin berdiskusi sesekali, saya hanya bisa menganggukkan kepala, lalu memberi senyum sekenanya. Lelaki paruh baya pun turun, melambaikan tangannya pada saya. Kembali, membalas sekenanya, sembari kepala ini terus menerus berpikir ‘agama apa yang dianut oleh kedua anaknya?’. Entahlah, saya tidak tahu, tidak pula terpikir untuk bertanya saat itu. Beginilah dunia......

to be continued ....

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -12

Beginilah Kota

Lama luntang-lantung di bandung. ‘Ndak’ jelas, begitu malas rasanya memutuskan untuk segera beranjak pergi dari kamar kost yang kecil ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, merasa terpaksa atau tidak, sekitar Pkl 05.00 memaksakan diri untuk bersentuhan dengan air geger arum yang begitu dingin, gigi-gigi ini saling beradu, begitu menggigil dirasa.

Masihlah gelap di luar sana, tidak ada suara ayam berkokok yang sedianya membangunkan manusia-manusia yang berada di geger arum, untuk segera tersadar dari tidur panjang selepas sholat shubuh ditegakkan. Beginilah kota, tak ada ayam jago, tidak pula ayam betina, tak ada suara-suara jangkrik, tidak pula suara katak yang riuh ramai terdengar seperti di belakang rawa asrama Annisa.

Entah sejak kapan mereka menghilang, terpinggirkan, dikalahkan, menjadi korban dari apa yang namanya perkembangan zaman. Aku ingin pulang, rindu pada harmoni-harmoni pagi dan petang hari, harmoni-harmoni yang disampaikan oleh jangkrik-jangkrik, burung-burung, katak-katak di belakang asrama, rindu pada kokok ayam jago yang memejamkan mata karena begitu hapal diluar kepala dengan teks ‘kukuruyuk’ nya.

to be continued ...

Wednesday, August 13, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -11

Kapan nyusul ’dasar NAIF’

Di antara vidi, fida, ratif dan yanti, saya bisa dikatakan paling tua. Maka ketika akan berpamitan dengan si empunya kondangan, mereka mulai menghujani saya dengan pertanyaan, ”Teteh kapan nyusul?” dengan naif saya berkata ”Nyusul apa? Wisuda ya? Insya Allah September tahun depan” begitu jelas saya.

Kemudian ”Bukan, kapan nyusul?” masih dengan pertanyaan yang sama. Lalu ”Nyusul apa? Penelitian? Insya Allah bulan Oktober ini berangkat penelitian” begitu jawab saya masih dengan naifnya.

Lalu ”Bukan lho teh, maksudnya kapan nyusul nikahnya?”. Gdubrakk, seperti tertimpa batu besar rasanya, seperti terdengar suara petir menggelegar dan saya mulai nampak berlebihan agaknya.

”Oh itu, masih belum kepikiran” begitu jawab saya sekenanya, tidak mungkin saya katakan saya tidak ingin menikah, bisa panjang urusannya.

Bergemuruh di dalam hati ini, terjadi badai tornado di dalam kepala ini ’saya kan masih 22 tahun, masih muda, masih banyak yang lebih tua dari saya yang belum menikah’, fyuuuhh begitu kata hati dan kepala yang tersinkronisasi dengan bibir dan lidah ini.

to be continued...

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -10

Tamu kondangan paling lama

Dari sekian banyak tamu yang hadir, nampaknya saya dan ketiga orang teman yang baru saya kenal, adalah tamu undangan yang paling lama berdiam di tempat kondangan. Kami tiba pkl 10.30 dan baru pulang sekitar pkl 15.00, bisa dihitung berapa jam yang kami habiskan di tempat si empunya kondangan.

Sebenarnya, bukan karena memang ingin berlama-lama, karena sesungguhnya rasa malu sudah mulai menghampiri manakala para tamu undangan yang lain sudah mulai angkat kaki dan berganti dengan tamu yang lain lagi.

Belum lagi seorang teman saya, yang sebentar-sebentar berjalan, menghampiri meja hidangan. Menurutnya sayang kalau makanan yang sudah disajikan tidak dihabiskan. Saya dan kedua orang teman saya yang lain tersenyum geli, karena nampaknya teman saya yang satu ini memang doyan makan.

Panitia empunya kondangan sudah mulai lirik sana-sini, sesekali mengamati kami yang belum juga beranjak pergi. Mereka tersenyum entah untuk alasan apa, yang jelas, melihat mereka saling melemparkan pandangan saja, saya sudah malu dibuatnya. Belum lagi ketika beberapa ibu-ibu yang nampaknya masuk ke dalam pasukan barisan panitia konsumsi, mulai menghidangkan kembalin makanan kecil ke hadapan kami.

Malu, ya malu, terlebih lagi ketika seorang ibu berkata ’Ayo makan lagi neng’. Baru sekitar pkl 14.00, penyebab lamanya kami di kondangan ini sudah datang. Ya, kami menunggu seorang teman yang berjanji akan datang ke si empunya kondangan, vidi namanya.
Membiarkan dia menarik nafas sebentar, membiarkan ia menyantap hidangan makan siangnya yang mungkin akan merangkap menjadi makan malamnya, selesai.

Sekitar pkl 15.00 saya dan keempat orang teman saya, berpamitan. Sebelumnya orang tua si empunya hajatan meminta kami menunggu sebentar, ’Oh tidak, si bapak membekali kami dengan makanan’, ’Buat diperjalanan’ begitu katanya.

”Terima kasih pak” begitu ucap saya dan keempat orang teman saya. Tak lama ”Mau pulang naik apa neng? Di sini gak ada kendaraan yang lewat, biar dicarikan tukang ojeg saja”. Begitu kata si bapak, yang mungkin merupakan salah satu anggota keluarga dari si empunya kondangan yang perempuan.

Pasrah, daripada harus berjalan kaki, naik ojeg pun dijabani. Memang cukup jauh, tak terbayang kalau kami berlima harus berjalan kaki, kira-kira entah pukul berapa kami baru bisa sampai di kota Bandung.

Si bapak dan beberapa orang temannya mengantarkan kami sampai di tempat mobil angkutan menuju terminal Subang. Bapak dan beberapa orang temannya langsung beranjak pergi, baik sekali, kami berlima tidak perlu membayar jasa mereka. Padahal sejatinya, profesi sampingan mereka adalah tukang ojeg, jadilah kami berlima menumpang dengan titel gratisan.

to be continued...

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -9

Si empunya kondangan butuh perjuangan

Minggu pagi saya bergegas pergi menuju terminal Ledeng, menurut skenario hari ini, saya dan beberapa orang teman akan menghadiri pernikahan seorang kawan, lelaki. Ia menikah di daerah Subang sekitar satu setengah jam dari kota ini.

Hmmh, kondangan benar-benar butuh perjuangan. Dari Bandung menuju daerah Subang memang memakan waktu satu setengah jam, tapi ternyata, rumah yang punya kondangan sekitar satu setengah jam lagi dari Subang kota. Jadilah perjalanan yang harus ditempuh kalau ditotal menjadi 3 jam, belum lagi ditambah acara tersasar, karena si empunya kondangan tidak memberitahukan alamat kondangan dengan jelas.

Keringat si bapak sopir angkutan mulai mengucur. Sudah hampir setengah jam kami berempat yaitu saya, Fida, Ratih, dan Yanti, tersasar. Alhamdulillah si bapak mau berbaik hati mengantarkan sampai-sampai bertanya pada Lurah setempat.

Subhanallah, sepanjang perjalanan mencari alamat si empunya kondangan. Beberapa kali saya temui janur kuning melambai, dilengkapi dengan papan bertuliskan ”Pernikahan si fulan dengan fulanah”, artinya dalam satu hari ada beberapa orang yang menikah dalam waktu yang bersamaan. Apa ini musim kawin? Arrgghh pertanyaan macam apa ini?!.

Tak lama, setelah bertanya dengan pak Lurah, alamat pun akhirnya ditemukan. RT sekian RW sekian, mobil angkutan pun menuju tempat yang pak Lurah jelaskan. Subhanallah, ternyata masih beberapa kilometer lagi dari jalan umum. Akhirnya, sampai lah kami berempat di tempat Si Empunya kondangan.

Tidak ada kendaraan umum yang akan melalui jalan ini, dan itu berarti, untuk menemukan kendaraan umum, kami berempat harus berjalan kaki beberapa kilometer lagi. Tapi tak apalah, yang penting sudah sampai.

Ini kedua kalinya saya menghadiri pesta pernikahan, yang pertama seorang teman satu angkatan saya dan seorang lagi teman saya yang satu ini.

Seumur-umur, saya paling malas menghadiri acara-acara yang beginian, meskipun yang menikah itu masih tergolong keluarga dekat. Entahlah, hanya saja saya tidak begitu menyukai keramaian dan segala sesuatu yang berbau ’pesta-pesta-an’.

Pernikahan dengan menggunakan adat Sunda, ada lempar-lempar koin segala, ada juga tarik-tarik ayam yang entah dalam bahasa Sunda disebut apa, saya juga kurang tahu.

Berangkat dari terminal Ledeng sekitar pkl 07.30 dan tiba di tempat tujuan sekitar pkl 10.30, akad nikah terlewatkan. Tapi tak apalah, yang penting bisa datang turut meramaikan.

Dan luar biasa, kami yang kondangan saja butuh perjuangan, berkeringat-keringatan sampai-sampai tersasar. Apalagi yang punya kondangan, pasti lebih butuh perjuangan buat ngadain ini kondangan.

to be continued...

Tuesday, August 12, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

Chapter -8

Luntang-lantung

Entah apa yang saya lakukan di kota ini, karena sebenarnya tujuan saya seharusnya kota Buitenzorg dan kota Batavia. Tapi, kaki ini begitu berat untuk melangkah pergi hingga akhirnya ia melabuhkan diri di kota Bandung ini.

Bapak Burhani bilang, Bandung tidak seperti dulu lagi, Bandung panas. Ya kota ini memang panas, tapi tidak berlaku untuk daerah Lembang dan sekitarnya.

Saya luntang-lantung tidak jelas di kota ini, karena memang tidak punya tujuan pasti. Tapi, lama akhirnya saya putuskan untuk mengantarkan laporan PKL yang saya bawa dan menghadiri pernikahan seorang kawan yang berada di daerah Subang.

Beruntung teman-teman saya mau menerima saya menginap di kamar kost mereka, dan istilah luntang-lantung pun batal saya gunakan. Hanya saja, saya memang jadi manusia yang tidak jelas selama beberapa hari, karena tidak memiliki tujuan yang pasti.

Saya tiba di kota Bandung hari Sabtu sekitar pkl 08.00 pagi, dan karena itu Enjun tidak jadi pulang menemui kedua orang tuanya selepas kepulangannya dari negeri Iran.

Hari itu, hari Sabtu. Menghabiskan waktu seharian bersama enjun dan imar, melepas rasa rindu, ya saya benar-benar rindu, saya benar-benar kangen pada mereka berdua dan seorang teman saya yang bernama Nurul, sayang ia sedang KKN.

Geger arum, saya menginap di Geger arum, memasuki musim kemarau, saya pikir cuaca akan panas, ternyata semakin dingin saja pada malam hari. Masya Allah, biar pun sudah dilengkapi dengan kaos kaki dan seprai kasur sebagai selimut, tetap saja rasa dingin itu menusuk.

Malam pertama di Geger arum terlewatkan dengan selamat dalam kedinginan yang amat sangat.

to be continued...

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

Chapter -7

Bersua dengan teman lama

Perjalanan kembali dilanjutkan, sendirian dalam bus AC Arimbi via tol Cipularang. Berharap segera sampai di tujuan, kamar kost teman. Yah untuk beberapa hari saya akan menyusahkan seorang teman saya yang sehari-harinya saya panggil ia dengan sebutan ”im-im”.

Agak gelisah berada di dalam bus yang terkenal dengan hobinya yang berlabuh untuk menaikkan penumpang, hingga perjalanan yang harusnya bisa ditempuh dalam waktu 4 jam, berubah menjadi 5 jam.

Gelisah tak lain dan tak bukan karena seorang teman saya yang bernama Enjun, pagi sekitar pkl 7.00 akan segera berangkat menuju Majalengka. Ia sengaja menunda keberangkatannya karena saya yang memintanya.

Rindu, ya saya rindu karena sudah beberapa bulan tidak bersua. Ia teman yang lucu, mungil, jari-jemarinya kecil, dan saya sangat senang menggodanya.

Enjun satu jurusan dengan im-im yang sebenarnya panggilannya Imar. Dulu, ketika masa-masa saya PKL, kami bertiga kost pada tempat yang sama, di lantai yang sama pula.

Enjun baru saja pulang dari Iran, otaknya cemerlang, begitu pikiran yang ada di kepala saya. Ia dikirim ke Iran bersama beberapa orang mahasiswa lainnya untuk mengikuti olimpiade Matematika tingkat internasional.

Hari keberangkatan enjun, bersamaan dengan hari keberangkatan saya ke Semarang. Hanya waktu kepulangan kami berbeda.

Bus ini masih saja melaju dengan kecepatan sekenanya, agak khawatir Enjun akan pulang begitu saja manakala saya terlambat dari waktu yang dijadwalkan. Akhirnya ”kalau Enjun mau pulang duluan ke Majalengka, ya gak apa kok. Sepertinya bus cep masih lama nyampe nya” dengan berat hati kalimat itu saya lontarkan, kemudian saya kirimkan melalui layanan pesan singkat –sms-.

Senang rasanya ketika Enjun membalas dengan berkata ”Ya udah ditungguin kok, sekarang sudah sampai Padalarang kan. Alhamdulillah si Enjun pengertian dan akhirnya Enjun membatalkan kepulangannya karena saya ’duh senangnya’ begitu kata hati kala itu.

to be continued...

Monday, August 11, 2008

Buitenzorg to batavia, untuk sebuah rencana

chapter-6

Saya dan bapak berpisah

Saya dan bapak berpisah, bapak bilang dia mau ke kampung Rambutan dulu baru kemudian ke Bandung, sedangkan saya langsung menuju Bandung.

Bapak mencarikan saya bus terlebih dahulu, baru kemudian bapak tinggalkan saya sembari berkata ”hati-hati ya”.... ”makasih ya pak” begitu jawab saya

Diam, di dalam bus menuju kota Sangkuriang. Saya melihat bapak, ternyata, bus bapak tepat berada di sebelah saya.

Mengharap-harap agar bapak melihat ke arah saya, lalu dalam isyarat saya berkata ”bapak, minta no handphonenya”. Kaki ini bergegas melangkah setengah berlari, menghampiri bapak yang kemudian turun dari busnya.

”Pak, minta no teleponnya”. Beberapa digit angka bapak sebutkan, kembali ”makasih ya pak”. Saya dan bapak benar-benar berpisah.

NKRI harga mati

Beberapa hal yang membuat saya tertegun manakala mendengarkan bapak bercerita. Bapak bilang ”NKRI harga mati”, nampak bapak begitu mencintai negeri ini.

Mendengarkan bapak bercerita, melintaslah berita-berita tentang beberapa orang tentara yang melawan perintah atasan, menghianati satuan dengan memilih menjadi tentara bayaran.

Bapak dengan wajah seriusnya berkata bahwa wajar saja bila hal itu terjadi, karena gaji tentara kecil, sementara terkadang nyawa jadi taruhannya. Tapi, seharusnya rasa cinta pada negeri ini bisa mengalahkan apa yang namanya materi, begitu kata bapak mengakhiri.

Dan akhir dari kisah ini, bapak seperti ayah saya sendiri.

to be continued...

sholat dan sehat

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (al-‘Ankabut : 45) 29:45

Sedikit me-logika-kan apa yang bisa dijadikan logika. Pernah membaca buku yang menjelaskan tentang manfaat sholat bagi tubuh manusia? pribadi, saya belum pernah. Tahu dengan televisi? pernah menonton televisi? apa hubungan televisi dengan tulisan ini? mari mencoba memutar otak untuk sekedar menghubungkan antara sholat-kesehatan- dan televisi.

Beberapa waktu yang lalu, saya lupa kapan tepatnya. Seorang kakak tingkat saya, satu jurusan pernah berkata "sujudnya kita, bisa membuang energi-energi negatif yang ada...." saya lupa kelanjutannya. Ia mendapat informasi itu dari buku dan hingga saat ini, saya belum pernah membaca buku itu.

Lama berselang, tak saya dengar lagi apa-apa yang membicarakan tentang 'hubungan sholat dengan kesehatan manusia yang menjalankannya dengan sesungguhnya'. Hingga, suatu malam saya melihat di televisi yang kira-kira begini "ketik Reg (spasi) Sholat", lalu kirim ke bla... bla... bla, seperti biasa saya lupa kelanjutannya. Beliau yang meng-klankan berkata bahwasannya sujud yang thu'maninah, dapat menghilangkan energi-energi atau apa itu yang namanya negatif-negatif yang ada di kepala...

O..o..o pikiran ini mulai berkerja, mencoba mencari benang merah dari apa yang Allah firmankan di dalam Al Qur'an. Lalu, pantas saja Allah berfirman "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar....", bagaimana tidak, karena ketika seorang manusia sujud di dalam sholatnya, semua hal-hal yang negatif yang bersarang di kepala, mereda atau bahkan hilang di dalam sujudnya.

Lama, mencoba menghubungkan antara benang yang satu dengan benang yang lainnya, ada sebuah catatan kecil yang harus digaris bawahi. Semua hal yang negatif tersebut bisa mereda atau bahkan hilang, bila di dalam sholatnya, anak manusia tersebut melakukannya dengan khusyuk, menjalankan setiap gerak dalam sholatnya dengan 'thu'maninah', maka dengan begitu perbuatan keji dan munkar dapat ia cegah dengan sendirinya.

Tapi, bila dalam keseharian kita temukan manusia yang mencaci maki, yang korupsi, yang berlaku dzalim pada sesama, yang kerjanya menggosipkan manusia yang lainnya, maka sholatnya belum dapat mencegahnya dari melakukan perbuatan keji dan munkar. Pada kesimpulan akhirnya, bisa jadi manusia itu tidak thu'maninah di dalam sholatnya, tidak khusuk dalam menjalankannya.

Wallahualam bishawab

bagaimana berserah diri itu sebenarnya

Tahu bagaimana rasanya berserah diri?

Seorang muslim dikatakan baik agamanya bukan hanya berdasarkan atribut yang dipakainya. Banyak kriteria yang harus dipenuhi, meskipun tidak memakan biaya dalam hal materi untuk dapat memenuhi semua kriteria itu, tetapi butuh pengorbanan dalam hal mengalahkan hawa nafsu hingga seorang anak manusia bisa mencapai taraf dimana ia akan dikatakan "baik agamanya"

Bagaimana rasanya berserah diri?
Nampak begitu mudah mengatakan, tapi seperti biasa belumlah dapat dikatakan mudah bila mana teori tersebut diimplementasikan. Anggap saja ketika secara 'iseng' kita melayangkan sebuah surat untuk melakukan Praktik kerja Lapangan di sebuah perusahaan negeri ternama. Surat tersebut mendapatkan balasan, padahal sejatinya kita memakai istilah "iseng-iseng berhadiah". Marilah kita anggap kembali, bahwa pada awalnya kita tidak begitu berharap namun sedikit demi sedikit harapan itu ada.

Menjelang hari-hari keberangkatan, sebuah dokumen harus dikirimkan yang menandakan bahwa kita bersedia mengikuti pelatihan yang perusahaan itu adakan. Baiklah, kita katakan semua fasilitas perusahaan yang sediakan, mulai dari transpotrasi yah akomodasi semua ditanggung, bahkan hingga uang saku selama pelatihan, perusahaan yang tanggungkan. 'Iseng-iseng' mulai berhadiah rupanya.

Bagaimana rasanya berserah diri?
Kembali ke permasalahan dokumen yang harus dikirimkan via post. Tanpa dinyana, dokumen yang dikirimkan belum juga sampai ketujuan, padahal sejatinya dokumen dikirimkan dengan via post kilat atau mungkin super kilat. Mencoba bertanya pada pihak perusahaan, hal apakah dokumen yang dikirimkan sudah tiba atau belum di sana. Dan ternyata, anggaplah dokumen belum juga sampai, padahal sudah hampir seminggu dokumen tersebut dikirimkan.

'Iseng-iseng' berbuah harapan, rasa khawatir mulai menghampir, bertanya-tanya 'mengapa kiranya dokumen belum juga sampai ditujuan'. Dilema, begitu berharap dokumen sampai dan beberapa bulan kedepan sudah mengikuti pelatihan dengan semua yang serba gratis, tetapi bila dokumen tidak sampai, 'iseng-iseng' yang berubah menjadi harapan, mulai membuahkan kegelisahan, sampai-sampai berkata 'bagaimana pun caranya harus sampai ketujuannya'.......

Kembali, bagaimana rasanya berserah diri. Akhirnya, dalam diam adzan berkumandang, menemui Nya, sembari pikiran melayang-layang dalam tumpukan harapan yang kiranya membahagiakan. Lama, ternyata begitu sulitnya untuk berkata pada Nya 'ku serahkan semua keputusan yang terbaik menurut Mu yang akan Engkau berikan pada ku'.........

Berserah diri ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Buitenzorg to batavia, untuk sebuah rencana

chapter -5

Kisah seorang pria yang dikendalikan oleh rasa amarahnya.

Menit pertama, penumpang-penumpang yang lain mulai turun ke dek bawah, bercampur bersama kendaraan-kendaraan, mulai dari yang beroda dua hingga beroda lebih dari empat.

Menghirup gas timbal yang keluar dari knalpot setiap kendaraan, menghirup gas buangan CO2 yang berasal dari asap kendaraan bermotor yang dihidupkan.

15 menit kemudian, penumpang mulai kesal. Pintu tempat keluar mobil-mobil besar ini belum juga terbuka. 30 menit kemudian, mulai ada yang mengumpat, beberapa kendaraan mulai membunyikan klakson, kesal menunggu terlalu lama.

Ruangan ini semakin panas, pintu belum juga terbuka, seorang pengendara sepeda motor, mulai meng-gas motornya, tiba-tiba seorang lelaki bertubuh tambun, beruban, berkaos kerah putih, dengan potongan rambut satu senti, mulai mengumpat kasar dalam bahasa Jawa. Kata-kata makian keluar dari alat bicaranya, segala binatang ia sebutkan.

Bapak hanya diam saja, 45 menit berlalu. Klakson mobil-mobil kembali bersahut-sahutan, mereka semakin kesal. Penumpang-penumpang lain dipaksa kembali ke lantai atas, tempat di mana penumpang berada pada awalnya.

Emosi mulai meluap-luap. Bapak masih saja diam, datar-datar saja, tidak marah, tidak pula menekuk wajah. Hingga seorang wanita menjejakan kakinya di pintu yang tingginya beberapa kali lipat tubuhnya, bapak akhirnya geleng-geleng kepala.

Pengendara motor roda dua kembali meng-gas kendaraannya dan bapak yang bertubuh tambuh, berkaos putih, kembali memaki-maki, melampiaskan amarahnya. Saya hanya tersenyum memperhatikan manusia yang dikendalikan oleh amarahnya, begitu lah kiranya.

Tak lama, seorang petugas datang memberikan secercah harapan bahwasanya kami akan segera dikeluarkan dari ruang penuh racun asap kendaraan. Petugas itu mulai melepas rantai pintu yang tingginya lebih kurang 4 meter, dan akhirnya pintu itu terbuka. Angin laut berhembus, bau amis menghampiri indera pembauan ini.

Penumpang mulai keluar dari kapal satu persatu disusul kemudian kendaraan bermotor. Ini pertama kalinya saya keluar dari pintu yang sama dengan pintu kendaraan beroda.

to be continued...