Pages

Showing posts with label bicara fakta. Show all posts
Showing posts with label bicara fakta. Show all posts

Saturday, October 1, 2011

Berbelanja di supermarket, customer review

Saya kurang bisa membedakan apa itu hypermarket dan supermarket, departement store dengan super store. Tapi, saya memiliki beberapa gambar yang saya ambil menggunakan handphone saya. Gambar ini saya ambil hampir 1 bulan yang lalu, saat mendekati hari raya.

Sedikit pembuka wacana, membuka wawasan dan mengingatkan kembali pada anda semua tentang mengapa beberapa dari kita memilih untuk berbelanja di tempat dengan konsep swalayan, supermarket, hypermart atau katakanlah konsep modern.

Mungkin karena beberapa alasan berikut, diantaranya

  1. Nyaman, dalam hal ini mengenai kebersihan saya katakan termasuk kedalam kategori -kenyamanan-
  2. Mudah mencari barang yang kita perlukan, benar begitu? ya setidaknya begitu, karena seingat saya swalayan memiliki aturan tersendiri dalam meletakkan, memposisikan barang-barang, produk-produk bazar yang mereka pasarkan
  3. Rapih, dalam artian penyusunan barang-barang yang berada di dalam swalayan
  4. Ketersediaan barang dan masih banyak lagi alasan lainnya
Tapi dari gambar berikut ini, saya mengajak anda sekalian untuk menganalisa tentang kondisi sebuah swalayan yang berada di tempat saya tinggal. Dimana beberapa rak dibiarkan kosong dan nampak tidak rapih sekali bukan?


Atau lihat gambar berikut ini, 


Kardus-kardus yang dibiarkan bertumpuk, berserakan, kesan tidak rapih alias berantakan begitu nampak.

Gambar di samping mengapa saya beri tanda dengan 'tanda panah', karena memang susunan barang yang ada di sana tidak rapih, berantakan.

Melihatnya saya langsung risih dan bisa dipastikan dengan keadaan yang tidak tertata seperti pada gambar, akan menyulitkan pelanggan untuk mencari produk yang mereka perlukan




Gambar di sebelah kanan, entahlah, tapi gantungan-gantungan itu seharunya penuh dengan makanan yang sejenis. Atau paling tidak, kalau memang stok sedang habis setidaknya susunan produk bisa dirapihkan. 
  1. Beberapa bagian rak yang kosong
  2. Tumpukan kardus yang dibiarkan begitu saja
  3. Ruang yang tersisa cukup besar, sementara produk yang dijual tidak sampai memenuhi separuh dari lebar rak yang ada, seharusnya disusun, dirapihkan kembali 








Masih tetap sama, opini saya mengenai beberapa gambar di atas adalah, berantakan, kardus dibiarkan menumpuk tepat di sebelah rak produk bazar. Selama saya berkeliling mengambil photo dari beberapa sudut supermarket ini, tidak satu pun saya lihat pegawai supermarket tersebut yang nampak membenahi.


 

Dari gambar di atas,
  1. lantai kotor, 
  2. sterofoam pembungkus buah segar dibiarkan tergeletak begitu saja,
  3. dan kembali, rak-rak yang berantakan
  4. kardus berisi tumpukan produk retail-bazar yang bertumpuk-tumpuk tak tersusun rapi 
Dan gambar yang berada di samping, berikut dengan tanda panah berwarna kuningnya. Tidak jauh berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya. Kondisi pun tidak jauh berbeda, hanya tempatnya saya yang berbeda. Sisanya? sama, berantakan, tidak tersusun rapi, hanya sekenanya saja.







Sedangkan gambar terakhir ini, diambil ketika saya sudah mulai beranjak dari supermarket tersebut. Saya sudah dapatkan apa yang saya cari. Dan ketika saya hendak keluar dari supermarket tersebut, saya melewati tumpukan baju kok.

Dan seperti apa kondisinya? dapat kita lihat pada gambar. Selain tidak rapi, menumpuk, dan kardus pembungkus pakaian tersebut tergeletak begitu saja di lantai tanpa ada satu orang pun pegawai yang membenahinya. Meskipun tidak jauh dari situ, nampak oleh saya beberapa SPG, tapi tetap saja.

Kesimpulan, apakah anda akan tetap berbelanja di tempat yang menerangkan kondisi seperti pada beberapa gambar di atas? entahlah, karena anda berhak memilih dimana tempat anda berbelanja. Tetapi bagi saya, apabila ada supermarket atau hypermarket lain, maka saya lebih memilih ke tempat yang lain. 

Dari sisi experiental marketing, supermarket ini sudah tidak memenuhi kriteria. Dari sisi kenyamanan, bagi saya, saya sudah merasa tidak nyaman dengan -berantakan-, dengan -kotor- dan sebagainya. Tapi opini anda? anda sendiri yang membangunnya, anda sendiri pula yang menentukan apakah anda akan kembali berbelanja di tempat yang sama, atau tidak.

Tuesday, August 30, 2011

Edisi Lebaran 1 syawal 2011

Catatan hari ini edisi lebaran, seperti majalah saja.

Panasnya masih tetap terasa, meskipun sekuat apa pun saya berusaha mensugesti diri saya bahwa hari ini tidak lah panas. Tetapi tetap saja, tubuh ini tidak bisa dibohongi.

Edisi lebaran, edisi hari raya, masak memasak pekerjaan wanita katanya. Menghabiskan waktu bersama ibu tercinta (Hahahahaha), tertawa terpingkal-pingkal dalam acara masak memasak bersama beliau. Ada kekonyolan ketika kantung yang breisi terigu yang sempat beliau letakkan di atas -serok sampah-, beliau letakkan di dalam mangkuk besar berisi sagu. Terpingkal-pingkal saya tertawa dibuatnya, 'ibu jorok' dan ibu tertawa sembari berdalih 'ibu lupa' wkwkwkwk. Dan prosesi pembuatan pempek tetap berjalan, dengan ke-jorok-an yang sempat terjadi.

Kami berdua pura-pura lupa dan berjanji untuk menyembunyikan kejadian hari ini dari ayah saya. Karena ayah saya -penjijik- ahahahaha.

Menjelang tengah malam 11 PM, aktifitas bermain-main dengan keyboard netbook sempat terhenti, karena keponakan saya yang sudah memasuki waktu tidurnya.

Kembali menenggelamkan diri sejenak ke dalam dunia kata-kata. Menyenangkan karena saya tidak perlu takut tersedak karenanya, mengingat tidak ada unsur air di dalam permainan -menenggelamkan- diri di dalam lautan kata-kata yang Allah ciptakan indah dan tak terhingga.

Blackberry saya mulai menunjukkan rasa ke-aku-annya, terasa hangat, sesekali ia lamban dalam bereaksi. Kenapa? usut punya usut ternyata aktifitas komunikasi GRUP BB di BB saya, yang menjadi penyebabnya. Entah mengapa mereka betah menghabiskan waktu berlama-lama saling mengomentari satu sama lain. Kenapa tidak membuat -conversation- sendiri, yang memang layanannya disediakan oleh BB itu sendiri. Sehingga mereka tidak perlu membuat BB anggota yang lainnya, menjadi -NGADAT- dalam hal operasinya.

Tapi itulah manusia

Tidak dapat eksis di dunia nyata, maka dunia maya dirambahnya. Atau merasa kurang puas dengan bercakap-cakap di dunia nyata, mereka melakukan expansi ke dunia maya. Apa tidak ada kesibukan yang lain? Sepertinya ada, kesibukan dengan pacarnya, bagi yang memiliki pacar. Kesibukan dengan keluarganya atau karena -single- jadi mencari kesibukan diluaran seperti berkomunikasi tanpa batas melalui BB yang mereka punya.

Aaaaaaaaaahhhh
Whatever, at least jangan terlalu sering lakukan komunikasi -ngalor-ngidul- di grup bb tempat saya menjadi anggota, kegiatan yang mereka lakukan sungguh merugikan anggota yang lainnya. Kalau tidak diatur sedemikian rupa sehingga, maka sudah bisa dipastikan BB bisa lekas kekurangan daya dari -battery- nya. Menghela nafas panjang, begitulah anak-anak muda atau seperti itulah manusia-manusia zaman sekarang.

Kembali bercerita tentang -me and mom-, happy ied mobaraq. Meskipun ada yang merayakan hari ini, ada pula yang esok hari. Semua kembali kepada keyakinan dan kemantapan hati masing-masing pihak. Jangan seperti anak kecil yang adu argumentasi dengan alasan diskusi. Seperti yang terjadi di GRUP BB hari ini. Kesannya memang berdiskusi, tapi sebenarnya kedua orang itu saling serang dalam hal peryataan. Yang seorang serta merta menyalahkan pemerintah, yang seorang lagi serta merta menyalahkan si pemberi informasi.

Keduanya sama bodohnya, sama-sama menciptakan isu yang bisa jadi beberapa dari anggota grup, menjadi ragu karenanya. Yang satu begitu nampak menggunakan emosinya, yang satu lagi -seolah-olah tak berdosa- tetapi karena penggunaan kata yang tidak tepat, ia berhasil menyulut emosi lawan bicaranya.

Manusia dewasa dalam usianya, tetapi kurang bijak dalam tindakannya. Kasihan kasihan kasihan, saya juga kasihan, karena saya semakin bertambah dalam hal usia, tetapi kematangan berpikir ummm sepertinya -segini-segini aja- wkwkwkwkwk.

Baiklah, kepada semua pembaca BLOG saya, kapan pun kalian memutuskan tgl 1 syawal, pada intinya semua tetap muslim. Harapan saya, perbedaan penetapan dimulainya syawa, tidak menjadi alasan untuk meributkan hal-hal yang sebenarnya tidak -urgent- untuk diperdebatkan. Biasa saja dalam menyikapi, mau ikut pemerintah -monggo-, mau ikut yang lain -monggo-. Jangan dibuat -lebay-, karena Allah tidak suka segala sesuatu yang sifatnya -lebay- apalagi -berlebay-lebay-an- ria hahahahah. 

Selamat datang di 1 syawal
Selamat merayakannya dengan istilah -ied- atau -idul fitri-

Mohon maaf lahir dan batin
Ucapan ini bukan sekedar cara saya beretika, tetapi dari hati yang paling dalam. 
Mencoba meminta kemurahan hati saudara sekalian dalam hal memaafkan.

Sampai jumpa di Ramadhan dan Ied tahun depan

Saturday, August 27, 2011

Jangan jadi orang kaya

Orang kaya, beberapa merasa senang karenanya. Beberapa merasa iri melihat orang kaya melenggang dengan harta yang melekat atau dengan harta yang mereka bawa kemana-mana. Ada orang kaya yang biasa-biasa saja dengan kekayaannya, ada yang mengakui kekayaannya dengan memanfaatkannya sedemikian rupa sehingga, ada yang sombongnya tidak -ketulungan- sampai -muak- dibuatnya.

orang miskin, yang sadar bahwa miskin hanya tugas semata di dunia, ia menjalani miskinnya dengan biasa saja. Ada miskin yang tidak tahu dimana posisinya, pasak lebih besar dari pada tiang, dimana-mana dia berhutang, ada juga yang menjual dirinya, demi terlihat kaya meskipun sebenarnya semakin miskin ia. Ada juga miskin yang keterlaluan, mengeluh kemana-mana tentang kemiskinannya. Sampai berkata -saya mau pindah agama asalkan diberi uang bla bla bla-. Non sense itu semua.

Focus on being rich........

Tuesday, August 16, 2011

Nyonya Tua, sebuah cerita, analogi

Dia lah nyonya tua, rekan kerja yang lain menyebutnya dengan gelar "macan betina". Ketika rezim nyonya tua dimulai, terbesit rasa ragu di dalam hati ku. Bagi mahasiswa lama seperti aku, nyonya tua itu tentu akan menyusahkan langkah ku. "Aaahh" tarikan nafas panjang itu ku hembuskan, ku tatap langit biru pagi ini. Sedikit gerakan ringan yang ku sebut dengan pemanasan "satu, dua, satu, dua".

Jam dinding kamar menunjukkan pukul 8 pagi, "woi bos, katanya mau ketemu dosen pembimbing pagi-pagi, hari gini masih belum mandi" suara Andri membuyarkan lamunanku, menghentikan olah raga ringan ku. "Iya 'ndri, ini juga baru mau mandi. Lo mau mandi? mandi duluan aja, tar kalau lo sudah selesai, lo tereak aja ya". "Gak kok, gua ke kampus masih agak siangan, lo aja noh, buruan mumpung kamar mandi kagak ada yang pakai" begitu ujar andri pada ku. Tanpa babibu, buru-buru ku sambar handuk yang tersampir di pintu kamar ku. Aku dan andri kost di tempat yang sama, dengan kamar yang bersebelahan. Perkenalanku dengan andri dimulai ketika kami sama-sama menjadi mahasiswa di jurusan yang sama, jurusan Fisika.

Resah dan gelisah, entah mengapa rasa itu tidak ada di dalam hati ku. Tidak seperti rekan-rekan ku yang mulai mengkhawatirkan lamanya masa studi S1 ku. Tidak juga seperti kekhawatiran ibuku yang setiap kali ada kesempatan berbicara kepada ku, beliau selalu berkata "Tegar tegar, kamu itu kapan lulusnya nak? atau jangan-jangan kamu mau di DO

Friday, July 1, 2011

Keep away from Facebook


......... itu yang seseorang pesankan pada saya, sore itu, kemarin, tanggal 30 Juni 2011.

Sore yang indah, ketika langit digelayuti awan-awan kelabu nampaknya akan turun hujan hari itu. Dan memang tidak berapa lama, hujan pun turun. Sedang senang mengunjungi bumi rupanya, hingga hampir setiap hari hujan menyirami tanah-tanah kering di tempat ini.

Wajah bertekuk itu kembali terlihat dari ibu muda itu. Kesenangannya membersihkan segala sesuatu, membuatnya terkurung di dalam sebuah keterbatasan, dimana jiwanya alam pikirannya tidak lagi merasa bebas. Kesenangannya berubah menjadi beban yang menggelayutinya setiap harinya. Ditambah dengan tingkat kedewasaan yang belum berada pada tingkat matang, beban tersebut berimbas pada semua orang yang berada di sekelilingnya. 

Angry woman just illustration
Maka, mulailah wajahnya berubah menjadi sesuatu yang tidak sedap dipandang mata, bahkan yang melihat pun menjadi malas dibuatnya. Pekerjaannya terkesan dipaksakan, tidak ada keikhlasan, tidak ditemukan kesenangan di dalamnya. Tidak, tidak lagi. Dampak yang lain adalah segala sesuatu yang bisa dibuat efektif, hemat dari segi biaya dan waktu, berubah menjadi hal yang mubazir, membuang tenaga dan waktu dengan sia-sia. Untuk hasil yang tidak seberapa atau bahkan buruk sebenarnya.

Tetapi, menurut dia, si pelaksana, si ibu muda yang berusia seperempat abad lebih beberapa tahun. Pekerjaan yang ia lakukan, dilakukannya dengan sepenuh hati, dengan penuh keikhlasan. Tetapi, sayangnya yang menilai pekerjaan itu bukan kita yang mengerjakannya, tetapi individu lain yang melihatnya.

Baiklah, mari kita membuka hari ini dengan cerita kemarin, tentang saran dari seorang kawan lama, tentang -menjauhlah dari Facebook-.

Entah kenapa, lama saya memang tidak pernah bercakap-cakap lagi dengannya. Lelaki yang usianya beberapa tahun jauh lebih tua dari saya. Dia sudah menikah dengan wanita yang jauh lebih baik dan lebih cantik dari saya. Dahulu perasaan saya mengatakan bahwa dia menyimpan rasa terhadap saya, tetapi dari cara saya bertindak, bertingkah laku, saya menolaknya. Dia lelaki yang baik, lucu, tetapi baru kemarin sore saya menyadari mengapa saya melewatkan dia, mengapa saya menghindari perasaannya, mengapa saya menolaknya. Karena, setiap kali dia meminta saya bercerita tentang hari-hari saya, dia tidak pernah membiarkan saya menyelesaikannya. Dia tidak pernah memposisikan diri sebagai pendengar setia, bahkan hingga kemarin sore.

"Jarang online ya?"
"Jarang lihat di Facebook?"

"Oh ya kak, saya memang jarang membuka Facebook. Tidak menemukan manfaat lagi di sana, banyak status-status yang tidak penting menurut saya". Dan di dalam hati saya berkata, -aku sudah muak melihat status-status tidak penting dan tidak berguna-, yang mereka publikasikan di sana, Facebook.

"ya, baguslah, memang gak ada manfaatnya. Baguslah kalau kamu sudah tahu".

"Ya memang sudah tahu dari dulu"
"status-status seperti -huuft lapar-, -mengeluh sakit-, atau -suami istri yang saling balas membalas status- padahal bisa dikirim lewat pesan singkat, atau bahkan si suami/istri bisa menelpon langsung tanpa mempublikasikannya melalui account Facebook nya.

"Sebenarnya saya sudah pernah menasehati seorang teman saya kak, tapi ya sudah sepertinya nasehat saya kurang diterima, dianggap angin lalu". Tidak bisa dan tidak akan pernah bisa memaksakan pendapat, kehendak, bahkan pada orang terdekat kita sekalipun. Itu yang saya tahu, yang saya pelajari dari manusia tentang psikologi mereka.

"oke lah kalau begitu, sukses ya dengan rencananya"

"yup, salam untuk istri dan anaknya kak"

selesai, percakapan terhenti begitu dia mengucap salam dan saya membalasnya. 'Click' telepon terputus.

-Keep away from Facebook-

Beberapa orang menganggap FB adalah hal yang positif, ya tentu saja apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Tetapi, dari sekian banyak mereka yang masuk ke dalam jaringan saya, status yang saya baca terkadang membuat geli indera penglihatan saya, membuat jengah, membuat saya enggan membacanya. Bahkan sempat membuat muak, hingga saya pernah memutuskan untuk tidak -contact- dengan account FB saya untuk beberapa bulan lamanya.

Memaki, scolded in illustration
-Sakit-, mereka tumbuh menjadi manusia yang jiwanya sakit. Mengeluh tentang -lapar- hingga -putus cinta-, padahal FB tidak akan bisa menyelesaikan masalah -lapar- mereka, anda masih tetap harus makan untuk mengobati rasa lapar yang mendera. Atau ada yang memaki-maki temannya, konsumennya, melalui account FB nya. Dan ketika saya coba beri saran, mereka memberi alasan -saya sudah antisipasi dia, orang yang saya maki, tidak akan membaca status saya ini- atau, -konsumen saya tidak mengerti FB-. Baiklah, nasehat saya memang terkesan -ikut campur-, tidak berharga, tetapi jauh dari apa yang mereka pikirkan. Tindakan mereka berbahaya bagi kesehatan jiwa mereka sendiri. Pribadi yang kekanak-kanakan, tidak matang dalam berpikir, tua dalam usia tetapi tidak dewasa di dalam tindakannya.

Atau kebiasaan memposting photo pribadi yang seksi, atau kebiasaan memposting status -sayang- antara lelaki dan perempuan, atau kebiasaan mempublikasikan -kemesraan- di wall Facebook, hingga beratus-ratus orang yang menjadi teman di LINK Facebook nya membaca, what for ???. Saya muak, benar-benar muak. Analisa saya, mereka yang setiap hari memposting status tidak pentingnya, merupakan orang-orang yang bermasalah dengan dunia nyata. Mereka merupakan individu kesepian yang tidak dapat eksis di dunia nyata. Hingga memutuskan dunia maya sebagai tempat untuk mengeskpresikan diri mereka.

Menyedihkan, ketika manusia kehilangan tempat sandaran untuk membagi ceritanya. Bukan dengan Tuhannya, Allah Yang Menciptakannya, tetapi Facebook yang di -created- oleh manusia, melenakan mereka. Analisa lain adalah, mereka yang terbiasa memposting status -tidak penting-, -memposting photo diri sendiri secara berlebihan-, memposting status mesra suami istri atau dengan pacar-, memiliki keinginan untuk diakui. Sadar atau tidak, entahlah tetapi sepertinya para pelaku tidak sadar dengan dampak dari apa yang mereka lakukan setiap hari. Tidak sadar dengan akibat dari kebiasaan mereka mem-post-ing status di wall Facebook mereka, bahkan tentang berita bahwa -suami lagi dinas keluar kota, sendirian nih- tidak sadar bahwa dia sedang mengundang bahaya untuk datang ke rumahnya.

Atau tentang seseorang yang memposting kata-kata yang bijak, tetapi secara tidak sadar percayalah perasaan mu akan senang ketika banyak -jempol i like this- yang menempel di Wall mu. Di kata-kata yang kamu tampilkan pada account Facebook mu. Hingga membuat si pembuat status, ketagihan untuk mem -posting- status yang kurang lebih sama bijaknya.

Keep away from facebook

yes i am, yes i did. Saya mengupayakan jiwa, hati, alam dan pikiran untuk membuat sesuatu yang terpampang di sana, merupakan sesuatu yang bermakna, yang ketika orang lain membacanya. Menjadi sadar ia, terbelalak matanya, terbuka hatinya, tersingkap tabir gelap yang berada didalam indera pendengarannya. Agar menjadi sadar ia, terbangun dari mimpinya. Mengurangi atau bahkan berhenti dari aktifitas tak bermaknanya di dunia maya. Aktifitas yang membuat untung dan kaya seseorang yang sudah meng -created- Facebook dan rekan-rekannya yang memasang iklan di sana. 

Yang kaya makin kaya, kita? tetap memilih menjadi konsumen yang dibutakan, yang kecanduan, yang dicuci dan tercuci otak, hati dan alam pikirannya. Kemudian terlahir kembali menjadi manusia yang tidak tahu apa-apa
Dan meskipun saya tidak bisa membuat mereka sadar dan terbangun untuk kembali ke dunia nyata. Setidaknya, saya menjaga hati, akal, jiwa, pikiran dan psikologi saya untuk tetap terbangun. Tidak tenggelam ke dalam dunia maya dengan menjadi pesakitan yang berkeliaran di account Facebook saya.

Wednesday, April 20, 2011

Analisa sederhana tentang perbedaan

manusia dewasa? dari sisi mana maka seorang manusia dikatakan dewasa. Dari segi usia? atau dari sisi pengalamannya tentang hal tertentu? dan bisa dikatakan pengalaman sejalan dengan usia seseorang. Maka, kesimpulannya pengalaman seiring dan sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.

Beberapa waktu sejak kejatuhan saya beberapa bulan yang lalu, tepatnya desember 13, 2011. Saya lebih sering menghabiskan waktu di depan layar netbook saya. Terkadang, saya katakan saya sudah seperti manusia -autis-, menjadi sibuk dengan dunia sendiri, dunia maya.

Saya adalah tipe manusia yang senang mengamati, menganalisa, mencari ruang sendiri, yang ramai tapi sebenarnya sepi. Senang pula mempertahankan sesuatu agar tidak hilang digerus waktu yang menggerogoti ilmu pengetahuan itu. Maka, kembalilah saya berkutat dengan dunia maya, dunia -cyber, cyber chat-. Beberapa kali saya masuk ke -room- Indonesia, entah kenapa tapi saya tidak menemukan rasa nyaman di sana. Room, room itu terlalu sibuk dengan bahasan-bahasan anak-anak -cetakan- zaman sekarang. Mungkin dari usia, mereka tidak jauh berbeda dengan saya, tetapi zaman yang membuat pola pikir mereka dan saya berbeda. Maka, saya tinggalkan room Indonesia.

Entah kenapa, kemudian saya terdampar di room Australia 4 dan 5. Sepi, tidak banyak arus komunikasi di sana, yang ada hanya percakapan bias, dari para -BOTS- yang meramaikan suasana. Dan dari room ini juga saya tahu tentang apa itu -BOTS-. Pengertian sebenarnya saya kurang tahu, tetapi intinya BOTS adalah pelacur, wanita tuna susila, tetapi melalui dunia maya.

Prostitusi melalu berbagai media, manusia memang cerdas luar biasa melihat peluang. Karena memang ada yang mengkonsumsi layanan ini, bersedia untuk membayarkan ratusan dolar untuk melihat hal berbau -nude, porno- dan sebagainya.

Banyak hal yang saya pelajari dari sana, tentang kenyataan bahwa orang kulit putih -western-, beberapa yang saya temui, -kasar, cendrung tidak sopan, cendrung rasis, cendrung tidak bisa menerima perbedaan-. Amat sangat miris ketika di ruang publik seseorang dengan ID breezy1_23, yang berwarganegaraan australia, menghina chatters dari Philipina dan India. Semua kata-kata kotor dia keluarkan, saya pun menjadi heran, keheranan. Cerita lain lagi ketika saya berbincang dengan seorang pria kulit putih, saya lupa dia berasal dari negara mana. Pendek kata, dia mengatakan saya yang memakai jilbab adalah -misserable-. Pengalaman lain lagi, ketika seseorang yang berada di dalam contact list saya, dengan ID william_william, bersikukuh mengatakan saya tersiksa dengan jilbab saya. Atau ketika dia mengatakan bahwa agama saya sudah mengekang kebebasan pemeluknya. 

Lama, saya menjadi berpikir, menganalisa, sebenarnya yang kampungan itu, saya yang berasal dari negara berkembang? atau mereka yang katanya berasal dari negara maju. Kedewasaan berpikir mereka tidak semaju teknologi dan perekonomian yang mereka punya. Pada kenyataannya, mereka lebih cendrung tidak siap menerima perbedaan dibandingkan dengan yang lainnya. Ya, memang tidak semua orang kulit putih (yang konon kurang pigmen) bersikap seperti itu. Tetapi, mendengar kisah-kisah, tentang supir taksi (beragama muslim) yang ditusuk di Amerika karena ke-muslim-annya. Atau, kisah tentang pasangan suami istri yang tewas dengan mengenaskan di hadapan polisi dan hakim di Jerman. Membuat sketsa-sketsa itu menjadi semakin jelas, semakin nampak garis-garis tegasnya, semakin nampak warna-warnanya. Semakin kentara, bahwasannya pola pikir mereka masih -infantile-, terlalu kekanak-kanakan.

Penyebabnya apa? saya kurang tau, tapi di sini tidak akan kamu temui orang kulit hitam, kuning, merah, dihina. Pada kenyataannya, mereka yang disana mengatakan -HUMAN RIGHT- justru menjadi pelanggar paling besar dalam hak asasi manusia itu sendiri. Mereka mengalami degradasi moral yang luar biasa parahnya, kenyataan bahwa mereka ternyata lebih tidak siap menerima perbedaan yang -krusial-, bila dibandingkan dengan yang lainnya.

Mungkin mereka bisa menerima perbedaan pendapat, bisa menerima keberagaman tentang -gonta ganti pasangan SEX di ranjang-, mereka pun bisa menerima keberagaman menikah -beda agama-, bisa pula menerima perbedaan tentang -sebagian orang yang -TELANJANG- di sebuah pulau. Gila, itu yang mereka sebut dengan -menghargai perbedaan-. Tapi, ketika ini mengenai warna kulit, mengenai agama, mengenai dari negara kamu berasal. Mereka, menjadi seperti kerbau dicucuk hidungnya, berubah menjadi banteng spanyol yang menyeruduk siapa saja, karena tidak sama -bantengnya- dengan si banteng itu sendiri tentunya.

Agak mengejutkan saya, karena ternyata pendewasaan berpikir mereka masih jauh dari apa yang saya kira.

Ya memang tidak semua orang kulit putih (bule) seperti itu, tetapi beberapa orang yang saya temui, dapat saya jadikan contoh, hingga saya dapat menuliskan mereka di blog saya saat ini, sore hari ini. Ada terbesit kekecewaan sebenarnya, tetapi manusia tetaplah manusia.

Saturday, November 27, 2010

800 juta itu recehan katanya

ketika anggota Badan Kehormatan bilang begini :

"Kenapa yang receh-receh kita pergi cuma habiskan Rp 800 juta dipermasalahkan. Padahal banyak manfaatnya," ujar Wakil Ketua BK DPR, Nudirman Munir, dalam diskusi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (26/11).

sumber detik.com

Speechless manakala uang 800 juta dianggap receh menurut salah satu anggota BK DPR. Receh? tapi kalau diberikan pengungsi MERAPI, MENTAWAI, atau wasior, apakah 800 juta itu masih tetap receh???.

Kadang mereka mengeluarkan pernyataan tanpa pikir panjang. Bagaimana mereka bisa hidup di atas penderitaan rakyat INdonesia yang lainnya.

Tuesday, August 31, 2010

Ini kesalahan negeri Malaysia hingga menyulut Nasionalisme anak Bangsa

Berikut ini fakta yang sudah terjadi hingga menyulut kemarahan rakyat Indonesia karena menyinggung martabat dan merendahkan harga diri sebagai negara berdaulat.

== Malaysia mengirimkan teroris-teroris bom ke Indonesia
Azahari dan Noordin M Top adalah orang Malaysia yang beroperasi teror di Indonesia. Bersyukur keduanya sudah tewas ditembak.

Doktor Azahari bin Husin lahir di Melaka, 14 September 1957, tewas di Batu Jatim, 9 November 2005. Dia adalah seorang insinyur Malaysia yang diduga kuat merupakan otak di belakang Bom Bali 2002 dan Bom Bali 2005 serta serangan-serangan lainnya bersama dengan Noordin Mohammed Top

==Malaysia merebut Sipadan – Ligitan
Bila mengingat kasus lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan menyakitkan karena kedua pulau itu posisi strategis di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan (luas: 50.000 meter²) dan pulau Ligitan (luas: 18.000 meter²)

Sikap Indonesia semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional

Selasa 17 Desember 2002 Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia dengan 16 hakim dan Indonesia cuma 1 hakim. Sehingga Pulau Sipadan-Ligitan syah milik Malaysia.

== Menginjak-injak harga diri Indonesia lewat kasus Ambalat
Setelah menguasai Sipadan dan Ligitan, Malaysia ingin lagi menarik garis pantai dari kedua pulau itu untuk mengklaim Blok Ambalat di Kaltim yang kaya akan minyak bumi. Padahal Malaysia bukan negera kepulauan dan sudah semestinya wilayah Blok Ambalat adalah milik Indonesia.

Kasus ini memanas lagi tahun 2005, ketika 17 pekerja Indonesia ditangkap oleh kapal perang Malaysia di Karang Unarang. Dan Angkatan Laut Malaysia mengejar nelayan Indonesia dan mengusir keluar dari Ambalat. Malaysia dan Indonesia memberikan hak menambang ke Shell, Unocal dan ENI.

==Berada di belakang layar terjadinya Illegal logging di Indonesia.

Di Kalimantan telah ditemukan banyak jalan tersembunyi untuk mengangkut kayu ilegal dari Kalimantan. Bahkan pertambangan juga digerogoti dari jalur terowongan untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia.

==Tidak peduli dengan nasib TKI yang dianiaya majikan

Berapa banyak TKI yang tidak digaji, dianiaya, disuntik gila dan diusir setelah dimanfaatkan tenaganya. Jika majikan Malaysia ke meja hijau atas kasus itu maka ujung-ujungnya bebas alias dinyatakan tidak bersalah atas kasus penganiayaan.

Jumlah TKI di Malaysia tercatat 1,8 juta orang. Yang tidak tercatat lebih banyak lagi. Dan mereka sebagian besar masih memiliki nasionalisme tinggi untuk membela Indonesia.

Banyak para TKI mengembangkan kebudayaan asli daerahnya masing-masing sebagai hiburan rindu kampung kebanggan nasionalisme. Kemudian Malaysia memfasilitasi mereka untuk dikembangkan menjadi budaya dan akhirnya memanfaatkan dan mengklaimnya.

==Melakukan pelanggaran batas wilayah Indonesia–Malaysia di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Bila orang Malaysia ditangkap karena melakukan pencurian ikan di Indonesia, selalu beralasan mereka merasa masih di wilayah Malaysia.

Sudah begitu, polisi Malaysia juga sering mengawal aktivitas illegal fishing tersebut. Jika sudah berlasan perbatasan, ujung-ujungnya nelayan tersebut dilepas.

==Polisi Diraja Malaysia memukuli wasit Indonesia.
Agustus 2007 wasit karate Indonesia dipukuli 4 polisi Malaysia tanpa sebab hingga akhirnya Indonesia menarik diri dari kejuaraan karate tersebut sebagai bentuk protes.

==Mematenkan (melakukan klaim hak paten) Batik Parang asal Yogyakarta dan berbagai hasil kebudayaan daerah baik kesenian maupun makanan atau kerajinan sudah banyak diklaim oleh Malaysia. Alasannya satu, karya tersebut belum dipatenkan oleh Indonesia.
Sekarang Batik sudah diakui dunia internasional sebagai milik syah Indonesia.

==Mencoba melakukan klaim hak paten terhadap Angklung (alat musik khas Jawa Barat). Belum lagi reog Ponorogo, Kuda Lumping dan sebagainya yang diakui juga milik Malaysia karena di sana memang juga ada berkembang untuk kesenian rakyat.

==Blog Malaysia Menghina Indonesia
Dalam blog yang mengatasnamakan orang Malaysia ini menghina Indonesia dengan menyebut Indon yaitu orang rendahan. Dan fakta di Malaysia memang para TKI sering diremehkan dengan sebutan seperti itu.

Rakyat Indonesia masih terus meluapkan emosi dan kemarahan atas perlakuan tersebut karena terijak martabat dan harga diri sebagai bangsa berdaulat dan bermartabat. Rakyat juga tahu bahwa Malaysia adalah negara persemakmuran Inggris bersama Australia dan Singapura juga. Namun Indonesia adalah bangsa pejuang yang tidak takut dengan senjata apapun karena yakin kebenaran dan keadilan akan ditegakkan. Rakyat masih menunggu dan melihat langkah pemerintah dalam menyikapi berbagai perlakuan Malaysia atas Indonesia. (berbagai sumber)

Saturday, August 28, 2010

Asal usul WONG FEI HUNG

TRIBUNNEWS.COM - Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film "Once Upon A Time in China". Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang ulama, ahli pengobatan, dan ahli beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong).

Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan jurus "Tendangan Tanpa Bayangan" yang legendaris.

Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju.

Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan jurus "Cakar Macan" dan jurus "Sembilan Pukulan Khusus".

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek.

Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid.

Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin. (sabili)

Tuesday, August 10, 2010

cerita pagi tentang Oknum Polisi

Bukan bermaksud menyudutkan sebenernya.

Kejadiannya tanggal 9 Agustus kemarin, tepatnya hari senin. Sekarang sudah hari selasa tanggal 10, habis urus-urus dokumen, penting gak penting sie. Niatnya habis selesai, trus naik angkot jurusan teluk - tanjung karang, ngeburu mau masuk kerja. Karena sudah sering izin dengan alasan sakit. Emang lagi sakit sie, tapi kalo orang liat mana tau kalo saya lagi sakit.

Oke, stop basa-basi, kita langsung masuk ke inti.

Ceritanya, karena mau buru-buru, pas dapet sopir angkot yang agak-agak ajeb-ajeb, kalo bawa mobil seenak jidat, gak mikirin penumpang yang di belakang spot jantung gara-gara aksi ngerEm mendadaknya yang gak tanggung-tanggung. Pagi itu, rupanya ada aksi tilang menilang beberapa aparat kepolisian, saya lebih suka bilang tu polisi "OKNUM - OKNUM" gak penting.

Pikir-pikir kirain yang kena apes cuma kendaraan bermotor aja yang jadi sasaran empuk tu para oknum berperut gendut gak penting. Gak taunya, mobil angkot yang saya tumpangi kena dampaknya juga. Di 'STOP' gitu loh, disuruh berenti, si sopir langsung aja keluarin surat jalannnya, supaya gak kena tilang.

Naaa semua kelengkapan sudah dikeluarkan sama itu sopir yang kadang agak-agak gak beres. Tapiiii, tetep aja itu oknum POLISI minta si sopir keluar. Ya udah dehhhh, semua penumpang di dalem angkot udah nyambung sama apa yang tu oknum polisi mau. Si sopir angkot pun turun membawa surat-surat beserta segepok uang ribuan.

Lama, saya amati si sopir dibawa ke tempat yang agak tertutup dari pengamatan saya. Isssh amit-amit dah, saya pikir tu polisi pasti minta uang damai. Saya coba amati wajah tu pak polisi, umurnya paling belum ada 35 tahun, perutnya sudah buncit, entah karena makmur atau karena udah kebanyakan 'nelen' uang hasil tilangan. Pikir-pikir, mau saya ambil gambarnya pak polisi yang jadi oknum itu, tapi kamera Hp saya gak memungkinkan.

Tak lama, selang beberapa menit, pak sopir udah kembali lagi. Saya langsung tanya, "ngasih berapa bang?", "Sepuluh ribu" gitu kata pak sopirnya. "biar aja mbak, biar kembung perutnya pas mati nanti" begitu tambah pak sopir. Singkat, cepat, tanpa ba bi bu, saya langsung kirim pesan pada ayah saya, saya ceritakan apa yang saya lihat, apa yang saya alami pagi itu. Akhir pesan saya bilang "amit-amit 'yah, cuma buat uang 10ribu, ishhhh bikin malu".

Ayah saya seorang polisi, kadang ada rasa malu menjadi anak seorang polisi, harapan saya ayah saya bukan salah satu dari sekian banyak oknum kepolisian yang memberi makan keluarganya di rumah dengan 'uang HARAM'. Entah kenapa begitu banyak orang yang bangga menjadi 'POLISI atau PNS'. Di propinsi tempat saya tinggal, profesi POLISI dan PNS sudah lagi tak punya harga diri, beberapa dari mereka mengikuti tes hanya sekedar formalitas, sisanya diselesaikan dengan mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya 'sampai ratusan juta', "NYOGOK" istilahnya.

Bukan main, bukan main, bukan main-main saya tidak dapat berkata apa-apa. Menjijikkan melihat tingkah polah beberapa oknum polisi hari itu. Jangan heran kalau hampir semua lapisan masyarakat "MENGUMPAT, mendoakan" itu para oknum POLISI. Ck ck ck ck, "masih bangga jadi POLISI?? masih bangga jadi PNS?????". Ya silahkan berbangga diri dengan profesi yang kalian geluti, selama ditempuh dengan cara yang halal. Tapi, kalau ditempuh dengan cara mengeluarkan puluhan hingga ratusan juta untuk mendapatkannya, maka saya katakan "profesi kalian bukan apa-apa, kalian sudah tidak lagi punya harga diri"

NB : pas ketik ini posting 'masih EMOSI' sama tu oknum POLISI

Wednesday, November 11, 2009

Hidup itu melelahkan

Ada saat dimana hidup itu bisa menjadi sesuatu yang sangat melelahkan akal dan pikiran, beberapa manusia memilih untuk meninggalkan kehidupan itu dengan cara perlahan, melalui apa yang namanya, stress, kemudian mengalami gangguan kejiwaan, hingga mengidap apa yang kita sebut dengan penyakit gila. Pada tingkatan terparah, manusia yang merasa tidak lagi mampu menghadapi persoalan di dalam hidupnya, yang merasa tidak mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh Sang Maha Pemberi Kehidupan, kemudian dengan serta merta merasa menjaid manusia paling menderita di dunia, hingga akhirnya ia memilih mengakhiri hidupnya dengan cara paksa, “membunuh dirinya”


Pada situasi dan pada manusia yang berbeda, ketidak mampuan menghadapi persoalan tentang kehidupan, tidak hanya berdampak negative pada dirinya pribadi seorang, tetapi kemudian mengikut sertakan orang-orang yang berada di sekitarnya. Hingga ada dari mereka yang memilih mengakhiri hidup salah satu atau bahkan beberapa anggota keluarganya dengan alasan “rasa iba”. Dengan asumsi, bila anggota keluarganya tersebut hidup untuk waktu yang lama, maka pastilah akan menderita. Hal itu timbul sebagai akibat dari rasa khawatir berlebihan akan ketidakmampuan sang ayah tentang memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Padahal, setiap manusia memiliki rezekinya tersendiri, setiap makhluk di dunia sudah Allah jamin tentang rezekinya dan segala hal lainnya yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh akal pikiran manusia, termasuk saya.

Masih ingat dengan seorang ibu muda yang berdomisili di bandung jawa barat, yang sedemikian rupa sehingga menghabisi nyawa ketiga anaknya, dengan alasan khawatir dengan masa depan mereka. Bila dilihat dari latar belakang pendidikan, sangatlah tidak mungkin ia mampu memiliki pikiran untuk menghabisi nyawa ketiga putra/I nya. Terlebih lagi bila mengingat tempat di mana suaminya bekerja. Tapi persoalan kehidupan tidak hanya melulu tentang latar belakang pendidikan, bukan juga tentang tempat dimana manusia itu bekerja, menghabiskan waktu setiap harinya. Tetapi lebih kepada sejauh mana ia memahami hakekat kehidupan itu sesungguhnya, sejauh mana ia yakin dan percaya kepada Rabb Yang Maha Menjamin setiap kebutuhan hamba Nya.

Nampaknya, untuk beberapa saat hal itu luput dari pandangan si ibu, dan nampaknya si ibu pun sempat luput dari pengamatan si ayah. Beberapa kasus berakhir sama, berujung pada mengakhiri hidup dengan cara paksa. Ada ibu yang meminum racun bersama anaknya, atau mengikut sertakan anak agar turut terbakar bersama dirinya. Sebagian besar untuk alasan yang sama, yaitu mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Ada yang merasa kesal pada suaminya, hingga membakar diri lalu meninggalkan anaknya seorang diri.

Pria dan wanita tidak jauh berbeda, ada yang menyakiti diri sendiri, ada juga yang menyiksa anggota keluarganya, hingga meletakkan buah hatinya pada lintasan kereta api.

Betapa kejam dunia, begitu beberapa manusia berkata. Tetapi tidak ada yang salah dengan dunia, semua bergantung pada manusianya. Perlu waktu panjang untuk memahami kalimat bahwasannya “dunia itu tempat sementara bagi manusia untuk mengumpulkan apa yang namanya amal ibadah sebagai bekal untuk kehidupan yang sesungguhnya”.

Hidup itu indah, amat sangat indah dengan segala persoalan, permasalahan yang ada di dalamnya. Kesadaran manusia akan kebutuhan mereka pada Tuhan yang menciptakan mereka, menjadi tolak ukur sejauh mana ia akan bertahan menghadapi segala persoalan, permasalahan, ujian yang diberikan padanya.

Semakin tipis tingkat kesadaran, semakin besar kecintaan pada dunia, semakin dalam meletakkan dunia di dalam hatinya, maka akan semakin sulit bagi manusia itu sendiri untuk mencari solusi, jawaban dari persoalan, permasalahan, yang Dia ujikan pada dirinya. Sebagian dari kita, menitik beratkan kebahagian, kesejahteraan, kebesaran, pada kuantitas, pada sebanyak apa kita mampu mengumpulkan, menumpuk harta. Pada sejauh mana kita sanggup memenuhi pundi-pundi harta, setinggi apa tahta yang mampu kita capai dan sehebat apa kita mampu memikat wanita dengan harta dan tahta yang kita punya.

Wajar, pada batas kewajaran karena manusia dibekali dengan nafsu, salah satunya adalah nafsu untuk berkompetisi dengan manusia yang lainnya. Tetapi, segala sesuatu yang berlebihan tidak akan baik pada akhirnya. Ambisi akan dunia yang melampaui batasnya, maka akan menimbulkan kehancuran pada si empunya ambisi pada akhirnya.

Akhir dari sebuah catatan panjang adalah bahwasannya hidup itu indah dengan segala apa yang ada, dengan segala apa yang disertakan di dalamnya. Menerima yang satu, maka haruslah dapat menerima yang lainnya. Menerima indahnya dunia, maka terimalah dunia pada bagian tergelap yang ada di dalamnya. Karena memang seperti itulah dunia sesungguhnya, indah dengan segala apa yang ada di dalamnya.

Hidup itu indah, bisa merasakan hidup itu indah, dan pada akhirnya, hidup itu indah dengan segala apa yang Allah sertakan di dalamnya.

Monday, September 14, 2009

Balita-balita yang tersiksa

Mengapa harus mengajak balita?

Pasar belumlah menjadi tempat “cuci mata” yang menyenangkan bagi anak-anak kecil seusia mereka. Apa yang hendak dilihat? Apa pula yang dapat mereka nikmati selain panasnya cuaca hari ini.

Bagi ibu-ibu, remaja-remaja putri, dan bagi wanita-wanita dewasa, mungkin “mencuci mata” dengan melihat beraneka rupa pakaian, mulai dari atasan hingga bawahan, mulai dari yang dipakai di luar, hingga yang dipakai di dalam, bisa menjadi hiburan. Tapi, lain halnya bagi anak-anak mereka, belumlah menarik melirik pakaian-pakaian orang dewasa, selain daripada asesoris lucu berwarna-warni, selain daripada mainan dan rupa-rupa boneka, dan itu semua tidak ada di pasar kecuali di mal-mal yang memang menyediakan ruang bebas bagi anak-anak seumuran mereka.

Ramadhan menjadi sebuah euphoria, setiap tahunnya sepertinya, meskipun itu hanya bagi sebagian orang saja. Kemajuan yang manusia tampakkan mulai terlihat mana kala waktu sholat wajib itu tiba, manakala waktu sholat tarawih itu sampai pada saatnya. Manusia-manusia yang memilih untuk sholat di masjid, mulai dapat dihitung dengan jari, shaf-shaf yang semula sesak, padat, oleh orang muda, paruh baya, hingga orang tua. Kini hanya orang-orang lanjut usia yang tersisa, dan anak-anak kecil pun turut meramaikan suasana, demi mengisi buku wajib dari guru agama yang ditugaskan pada mereka.

Beginilah kiranya, setiap tahunnya. Ramadhan itu sebentar lagi akan berlalu, berlalu dengan hitungan jari. Bagi saya yang hanya mendapatkan tak sampai 15 hari, begitu menyakitkan dirasa, karena khawatir tahun depan usia tak sampai lagi untuk kembali menikmatinya.

Apa makna dari kemenangan itu sebenarnya? Saya masih ragu dengan pemahaman yang kepala saya berikan tentang apa hakekat kemenangan itu sesungguhnya. Apakah saya sudah menang? Atau justru sebenarnya menelan kekalahan pahit dan hanya hati yang merasakan betapa pahitnya kekalahan itu.

Akal pikiran tak begitu dapat merasakan, karena buta mata, buta hati sesungguhnya. Akibat terlampau senang, akibat terlena dengan dunia yang nilainya lebih buruk daripada bangkai kambing kecil yang tuli umpama yang Rasullah sampaikan kepada para sahabatnya.

Tak akan pernah bisa yang haram dicampurkan dengan yang halal, tak akan pernah bisa. Bagaimana bisa pula manusia katakan cinta pada RAbbnya sedang di sisi lain dia menduakannya dengan kekasihnya, sedang di sisi lain dia katakan cinta pada manusia, wanitanya, lelakinya, sedang di sisi lain dia katakan cinta pada hartanya, fisiknya, jabatannya, bagaimana bisa, bagaimana bisa, bagaimana bisa.

Bodohnya saya, karena saya juga manusia, saya pun masuk ke dalamnya.

-SELESAI-

Saturday, September 12, 2009

Ramadhan sebuah Euphoria

Ramadhan itu menjadi sebuah euphoria bagi sebagian anak manusia. Rasa tak percaya hari ini sudah menemani beberapa orang teman wanita memenuhi hasrat mereka ketika hari lebaran tiba, berbelanja.

Penuh sesak manusia, tumpah ruah. Penuh sesak kendaraan roda dua sampai roda empat, bahkan bus AC tak lagi nampak seperti namanya. Penumpang berjejalan, berdiri karena tempat duduk tak lagi tersisa sementara waktu terus berjalan memaksa manusia untuk bergerak cepat.

Hari sabtu, tanggal 12 september 2009, sudah layaknya seperti hari minggu. Pusat-pusat perbelanjaan dipenuhi oleh ibu-ibu, entah lanjut usia entah pula ibu-ibu muda. Tertegun ketika memperhatikan seorang ibu mengaduh sembari memegangi perutnya “aduh” begitu katanya. Rasa sakit itu ia rasa akibat menaiki beberapa anak tangga dengan bakal bayi yang menyertainya.

Ramadhan itu tak ubahnya euphoria, ketika awal mula ia tiba. MAsjid-masjid penuh sesak dengan manusia-manusia yang ingin berubah katanya, yang ingin kembali ke jalan Nya. Jalan-jalan sepi mana kala maghrib tiba, semua kembali ke rumah, semua kembali kepada fitrahnya, setidaknya begitu pemandangan yang kita lihat pada beberapa hari pertama, ketika ramadhan itu tiba.

Menjelang beberapa hari berikutnya, pasar-pasar kembali ramai. Warung-warung makan kembali dibuka, asap-asap rokok sudah kembali mengotori udara, dan ketika saya bertanya “bapak gak puasa?” “puasa de” begitu katanya “tapi kok merokok” balas saya. “kan Cuma merokok de, jadi gak apa” singkat padat, pintu bus dibuka saya pun masuk ke dalamnya, duduk dalam diam, menerawang selama perjalanan menuju kota metro, berpikir ternyata seperti inilah kehidupan itu sejatinya.

Siang ini benar-benar panas, rasa-rasanya tidak tahan berada di luar seharian. Tapi, tidak begitu dengan ibu-ibu, remaja-remaja putri dan wanita-wanita dewasa yang saya lihat, yang saya temui di seputar areal berbelanja yang ada di kota ini. Mulai dari Ramayana, simpur center, sampai dengan pasar bamboo kuning. Semua penuh dengan manusia-manusia yang hilir mudik kesana kemari mencari barang-barang keperluannya. Dan sebagian besar manusia-manusia itu adalah wanita.

Mengherankan melihat wanita-wanita itu berjejalan membeli bahan-bahan untuk membuat panganan khusus hari raya. Mengherankan melihat wanita-wanita itu hilir mudik, dan tanpa sadar memperebutkan oksigen yang ada di pasar bamboo kuning hanya untuk mencari pakaian sebagai pelengkap untuk meraih kemenangan.

Speaker phone berkali-kali mengingatkan setiap pengunjung yang datang untuk memperhatikan barang bawaannya. Berulang kali pula melaporkan tentang ditemukannya bocah berumur sekian, dengan ciri-ciri seperti ini, dengan nama fulanah atau fulan, dan pada akhir dari pengumuman itu, “bagi yang merasa kehilangan dapat mengubungi pusat informasi”. Selalu begini, selalu seperti ini, anak-anak lepas dari pengawasan orang tuanya. Sampai suatu ketika saya pernah mengajak hati dan kepala saya untuk berpikir “Sebenarnya, yang berbelanja itu ibu atau anaknya? Sebenarnya yang ingin dibelikan pakaian untuk hari raya itu, ibu atau anaknya?”

Beberapa kali, hari ini saya temui anak-anak yang nampak merasa terzalimi oleh tingkah polah ibunya. Lucu rasanya ketika melihat seorang anak kecil bersungut-sungut, menggerutu, memasang wajah cemberutnya sembari memegang kantong plastik berbelanja ibunya. Nampaknya si ibu terlalu lama mengajak si gadis kecil berbelanja atau ketika bertemu dengan bayi mungil yang menangis, dan ketika si ibu berpapasan wajahnya dengan saya, sembari tersenyum saya berkata “aduh kasian si ade’ nya kepanasan ya”, “iya” begitu jawab si ibu dengan senyumnya.

-bersambung-

Wednesday, September 9, 2009

Ini Tentang Keselamatan Kerja

Menulis apa pagi ini, semua terhenti manakala hati sudah tak tentu lagi rasanya. Semua terasa buntu hanya berputar-putar mengitari kepala. Melambai-lambai sembari berkata "Ayolah manusia, rangkaikan kami menjadi sebuah kalimat bermakna, menjadi sebuah paragraf yang mungkin dapat bermanfaat suatu hari nanti bagi manusia yang lainnya".

Baiklah, sedikit banyak aku dapat membual pagi ini. Sedikit banyak, aku dapat melayangkan rayuan gombal pada matahari pagi yang masih tersipu malu bersembunyi. Dan sedikit banyak, aku dapat membohongi angin dingin yang berhembus untuk dapat memutar arah menjauh dari diriku agar tidak porak poranda sistem pencernaanku. Morning sickness dan aku menyebutnya dengan "rasa mules tak karuan akibat dinginnya udara pagi yang dihembuskan oleh alam".

Dimulai dari asrama putri Annisa jalan Kopi no 20 A. Bercerita tentang sebuah kisah nyata dari hari-hari seorang anak manusia bergelar mantan mahasiswa, manusia pembelajar yang sudah harus bertebaran di muka bumi dan bermanfaat bagi negerinya. "Ha...3x" manfaat pertama ia pikir dapat diberikannya melalui tulisan, yang disangkanya "blog kepunyaannya sarat dengan makna, hingga banyak manusia yang terjebak untuk mau tidak mau membacanya".

Annisa dicat kembali, di make up sedemikian rupa sehingga menyerupai gedung BTN begitu kata seorang kawan, mantan penghuni asrama, atau "seperti kantor pos" ujar yang lainnya. "Ha..3x" aku tertawa, bila dilihat lebih dekat, lebih nyata, asrama putri ini lebih nampak kantor pos cabang yang baru didirikan dan bersiap-siap untuk diresmikan.

Kapan mula renovasi dimulai? aku sudah lupa, tidak begitu memperhatikan, selain dari pada jejak-jejak kaki yang tukang-tukang cat tinggalkan di dalam kamar, hingga membuatku harus mengepel lantai berulang-ulang. Tapi tidak dengan hari kemarin, tanggal 8 September 2009, ketika bapak tua yang beberapa hari lalu mengecat pintu dan kusen kamar ku, hingga menyisakan bercak-bercak noda berwarna kuning tua di jilbab biru terbaru ku "whuaaaa".

Ini kisah sebenarnya dari bualan-bualan yang ada sebelumnya, yakk kembali buntu agaknya ini kepala. Tapi, mari mencoba menembus kebuntuan, mari mencairkan kekakuan dengan mengamati beberapa gambar di bawah ini



Gambar pertama, kira-kira apa yang dilakukan sesosok manusia di atas sana? kira-kira si manusia berada di ketinggian berapa ya???



Gambar ke dua



Gambar ketiga, ck...3x ternyata si manusia berada pada ketinggian yang luar biasa, atap dari lantai 3 gedung Asrama Annisa I.

Tidak ada SOP atau dalam bahasa indonesia kita menyebutnya "standard operation procedure" tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang mereka gunakan. Modal nekad, ya aku lebih suka menyebutnya dengan istilah "modal nekad". Entah ilmu macam apa yang mereka gunakan, dan berani bertaruh, orang-orang bule bisa berdecak kagum melihat keberanian manusia-manusia Indonesia. Terlebih lagi, Manusia yang berada di atas atap sana, sudah lanjut usia.

Ketika saya mengambil gambarnya dari kejauhan, si bapak lanjut usia hanya melambaikan tangannya sembari tersenyum pada saya. "Ckkk..3x" saya hanya bisa tersenyum sembari geleng-geleng kepala. Luar biasa si bapak, subhanallah untuk ukuran saya dan terima kasih untuk gambarnya.
"Beginilah INDONESIA"


Tuesday, September 1, 2009

Jangan Salah Obat untuk Hati

Saya bukan penyembuh bagi luka hati manusia. Luka yang disebabkan oleh manusia yang lainnya. Saya hanya teman, teman yang bersedia mendengarkan bila diminta, teman yang bersedia memberikan solusi bila “ditanya”. Saya bukan obat, saya bukan antibiotic, saya tidak punya kuasa untuk menyembuhkan penyakit hati akut yang menyerang kalian-kalian yang bercerita.

Tidaklah bijak bila saya menempatkan diri saya sebagai obat, dan ketika mereka sudah merasa ketergantungan dengan saya, dan ketika saya terpaksa meninggalkan mereka, yang ada saya hanya membuat luka baru, bisa jadi lebih dalam dari sebelumnya.Saya tidak ingin masuk, kecuali hanya berdiri di depan pagar, untuk sekedar bertanya “apa kabar mu, keluarga mu, pekerjaan mu, dan mungkin sebagai bonus kamu boleh bercerita tentang luka hatimu akibat wanita-wanita itu. Tapi, menempatkan posisi untuk menggantikan wanita-wanita itu untuk menyembuhkan luka, maaf, saya rasa, saya pikir, saya bukan orang yang tepat.

Banyak yang main hati ketika ada sesosok anak manusia yang masuk ketika penyakit hati melanda, yang kemudian salah satu diantaranya atau bahkan keduanya merasakan “jatuh hati”. Dan ketika hanya salah satu pihak yang merasakan, maka yang timbul adalah pengharapan. Karena si sosok manusia itu mampu menghiburnya ketika rasa sakit itu dirasa.

Obat yang salah, manusia yang tadinya terluka, mungkin merasa ada pengganti yang bisa menghiburnya. Tetapi, pada dasarnya ia hanya membuka luka baru karena ternyata ia kembali mengharap cinta, kasih sayang pada manusia.

Saya bukan obat, saya hanya manusia, manusia pendengar. Saya tidak bisa, tidak akan pernah bisa menggantikan posisi wanita yang pernah menyakiti hati mereka, karena hanya Sang Pemilik hati yang bisa menyembukannya, hanya Dia yang mampu menentramkannya. Tapi, beberapa dari mereka kembali membuka luka lamanya dengan orang yang sama. Entah apa yang ada dipikirannya, karena “keledai sekalipun tidak akan jatuh ke lubang yang sama”. Ada pula yang menggantungkan harapannya pada wanita, pria lainnya.

“helaan nafas berat saya hembuskan”

Saya sudah berbuat semampu yang saya bisa, sisanya, kalian yang teruskan kawan. Karena itu jalan hidup kalian, kalian yang memilih, kalian pula yang menentukan pada apa dan siapa cinta itu kalian labuhkan.

Monday, August 31, 2009

Pada dasarnya, Pria dan Wanita

Pada dasarnya, peraturan itu ada untuk dilanggar. Seakan tidak percaya, tentang bagaimana beberapa orang bisa menerapkan peraturan, kedisiplinan, sedemikian rupa, sehingga manusia-manusia di dalamnya, tunduk dan turut serta menjalankannya. Ada yang pada awalnya dengan terpaksa, ada yang acuh-tak acuh tetapi tetap menjalankan juga, ada juga yang melanggar untuk kemudian dengan sendirinya mematuhinya.

Berdasarkan, penelitian orang-orang yang berada di wilayah barat sana. Bahwasannya pria hanya mengeluarkan 7000 kata dalam satu harinya, dan wanita 20.000 kata. Luar biasa beberapa kali lipatnya.

Bagaimana pria diminta begitu bersabar untuk mendengarkan si wanita yang bercerita, guna menghabiskan jatahnya yang ’20.000’ itu. Bahkan hingga waktu menjelang tidur tiba, si wanita tetap saja ‘keukeuh’ dengan ceritanya, sementara suaminya hanya menjawab sekenanya dengan berkata “ya, ooo, hmm” dan masih banyak kata-kata singkat lainnya. Hingga, pada akhirnya si wanita bercerita atau sebenarnya ia mendongeng untuk suaminya???

Buat sebagian wanita, adalah hal yang menjengkelkan ketika sedang asyik bercerita, tiba-tiba ketika sampai pada saat dimana si wanita memerlukan pendapat “menurut abi bagaimana? Menurut mas gimana? Menurut kakak gimana? Menurut Aa gimana?” dan yang terdengar hanya “ZZZzzzzzZZZ”, ternyata sang suami sudah terlelap terbawa ke alam bawah sadarnya.

Beberapa melengos, mengeluh kesal, beberapa mungkin ada yang tersenyum melihat polah suaminya, mengingat betapa lucunya, menyadari bahwasannya ternyata ia terlalu banyak bercerita, sehingga nampak sedang mendongeng saja. Beberapa merasa kasihan, menyadari betapa suaminya begitu kelelahan akibat aktivitas seharian demi ia dan anak-anaknya.

Terserah bagaimana mau menanggapinya.
Renungan sederhana, ia saya tuangkan karena rasa kesal yang muncul sebagai akibat dari mahasiswa-mahasiswa yang mengadakan buka puasa di asrama Annisa. Bukan masalah dengan buka puasanya, tetapi volume suara yang dihasilkan oleh peserta-peserta yang mengikutinya. Hingga menjelang adzan isya menggema, suara-suara itu masih terdengar keras dan sumbang di telinga.
Suara wanita yang tertawa-tawa, senang, riang. Suara baritone para lelakinya, yang diiringi gelak tawa. Suara mereka yang bersahut-sahutan, berlomba-lomba dengan suara adzan dari masjid yang berada tak jauh dari asrama saya, dan saya terganggu, mereka mengganggu. Tidak nampak terdengar akan mengecil volume-volume suara itu, hingga akhirnya saya keluar kamar dan berkata “maaf ini sudah masuk waktu sholat isya, tolong suaranya dikecilkan”. Tidak ada yang hening, teriakan, gelak tawa pria dan wanita, tetap saja keras terdengar.

Saya hanya diam, melihat dari kejauhan, beberapa menit agaknya, hingga akhirnya “sssttt, suaranya” begitu ujar beberapa di antara mereka. Pria dan wanita, mungkin itulah kenapa pria dan wanita harus ada batasannya. Saya heran, bagaimana rasanya tertawa, berteriak di saat adzan berkumandang. Berpikir, mencoba mengingat, seingat saya teman-teman saya tidak sampai sebegitunya, yang lelaki tidak akan betah berlama-lama karena mereka sadar, tempat tinggal saya isinya wanita semua, yang wanita pun tidak sampai sebegitunya dalam mengeluarkan suara, kecuali di kampus dan tempat-tempat dimana sekiranya tidak akan mengganggu manusia di sekelilingnya.

Beginilah dunia dengan banyak macamnya manusia yang berada di dalamnya. Saya ingin menjadi manusia individu bila menyadari bahwa nampaknya bagi mereka “peraturan itu ada untuk dilanggar”. Tapi hati saya tidak pernah mengizinkan begitu, ia tetap saja usil,ia tetap saja jahil, ia tetap saja ingin tampil, ia tetap saja ingin bersuara, menyuarakan kebenaran katanya.

Tapi kebenaran menurut hati yang saya punya, belum tentu benar di mata mereka karena setiap kita memiliki sudut pandang yang berbeda.

Monday, August 17, 2009

Karena dunia itu -harta, tahta dan wanita-

Hujan deras membasahi bumi lampung yang katanya panas, memang panas karena letak geografisnya, panas pula masyarakat yang berada di dalamnya, tetapi pada dasarnya, semua manusia baik adanya.
Patah hati, lebih tepatnya itu yang dialami oleh seorang teman saya. Patah hatinya pula yang membangunkan saya dari lelapnya tidur menjelang siang sebagai pelengkap dari sebuah pembenaran akan munculnya alasan ‘malas’. Semakin mendukung dengan turunnya hujan yang disertai angin kencang, saya menyukainya, saya mencintai hujan yang Dia turunkan sebagai tanda kasih sayang Nya pada ummat manusia, yang terkadang berkhianat kepada Nya, yang terkadang menduakan cinta Nya.

Handphone tua itu berdering, sebuah pesan masuk. “Lagi apa cep” begitu bunyi pesannya. Saya terbangun, sembari sesekali menahan rasa kantuk yang mendera, yang menggoda kedua kelopak mata saya untuk segera mengatupkannya.

Masih patah hati dia rupanya, serpihan-serpihan perasaannya masih berserakan, hingga menyebabkan dia berkata “ya emang benar, tapi sulit pada kenyataannya. Pelajaran yang saya dapet, gak boleh mencitai wanita terlalu dalam. Karena cinta yang abadi cuma cinta pada Nya. Apa saya pantas mencintai wanita?” begitu isi pesan yang kesekian kalinya.

Whuaaahh ini yang saya tidak suka, manusia melankolie yang tidak pada tempatnya. Akhirnya saya katakan padanya, bahwa bersyukurlah ia karena Allah mau menunjukkan jalan yang terbaik baginya, bayangkan bila mereka sudah menikah kemudian si wanitanya meninggalkan ia hanya karenya “motor thunder merah”. Teman saya, dia masih muda, ya setidaknya saya masih lebih tua beberapa bulan dari dia.

Awalnya saya bertanya apa alasannya mengirimi saya pesan di tengah hujan deras yang sesekali diiringi petir yang menimbulkan ketakutan dan harapan. “BT (boring time.red)” begitu alasan awalnya, saya pikir ia merasa kebosanan karena kekasih hatinya, si wanita yang juga sama manusianya dengan saya, sudah tidak bisa lagi ber-sms-an ria dengannya.

Seperti biasa, reaksi yang biasa, teman saya itu menyangkalnya, sampai pada akhirnya “ia curhat juga”, arrgghhhhh gdUbbbRakkk, teman saya ini masih merasakan sakit agaknya. Maka ketika saya katakan “saya mau ke toko buku, gramedia”, dia mau ikut begitu katanya pada saya. Lalu “hujannya sudah berhenti, ke gramed yuk. Saya lagi butuh banget teman yang bisa nunjukin bahwa dunia gak kecil, hidup masih panjang dan masih banyak wanita di dunia ini”.

Boleh, baiklah insya Allah akan saya coba tunjukkan dunia yang saya lihat, pada dia teman saya yang sedang patah hatinya. Tapi, ketika teman saya itu berkata “naik motor”, ohhh maaf saya menolak ajakannya. Dia bilang “sekali-sekali naik motor cep, bla..bla…bla”, “ya ya ya saya juga sering naik motor, dengan ayah saya, dengan ibu saya” begitu jawab saya. Lalu “ya naik motor saja, saya jemput, kita lewat belakang” begitu balasnya.

Gdubbbrakkkkk, lewat belakang
? Memangnya penerimaan PNS, memangnya penerimaan POLISI, memangnya penerimaan Mahasiswa baru, memangnya penerimaan Bank BUMN, memangnya penerimaan siswa/i baru?. Ternyata teman saya ini tidak paham dengan apa yang saya khawatirkan. “bukan masalah lewat belakang atau depan, karena keduanya sama saja, Allah dapat melihat semuanya. Akhirnya teman saya itu menyerah juga, dia mengikuti gaya hidup saya yang kemana-mana via angkutan umum dan jalan kaki “sekali-sekali mengikuti bagaimana cara saya menikmati hidup”.

Deal, dia setuju, hanya demi apa yang dia sebut dengan “melihat dunia dari sisi yang berbeda”. Humph kasihan kau kawan, nasib mu sama seperti nasib beberapa orang teman lelaki satu angkatan yang lainnya, patah hati, ditinggalkan wanitanya.

Ada yang ditinggalkan karena ternyata lelaki yang lain lebih menjanjikan dari pada dirinya, teman saya. Lebih menjanjikan dengan mobilnya, dengan apartemennya. Ada yang ditinggalkan karena kesatria barunya membawa thunder merah sebagai kendaraan andalan. Ada pula yang ditinggalkan karena “katanya saya terlalu baik cep, jadi dianggap kakak angkat aja, biar gak ada putusnya”. Hhumphh, memutuskan hubungan dengan cara yang halus. Ada juga yang ditinggalkan karena gaya hidupnya yang bagaikan seniman, “tidur malam, bangun siang, wajah awut-awutan, mata masih merah meskipun matahari sudah berada di atas kepala”.

Begitulah bila melabuhkan cinta pada manusia, saya sudah pernah mencoba memberikan pengertian kepada mereka. Tetapi ternyata, pepatah lama memang ada benarnya bahwasannya “pengalaman adalah guru yang terbaik” bagi manusia. YUppp teman-teman saya baru mengetahui kebenarannya, baru menyadari kesalahannya ketika mereka sudah terkena batunya.

Humph, ya beginilah ketika sudah menyangkut rasa,

Beginilah rumitnya wanita, diberikan lelaki baik-baik, maka "Terlalu baik katanya". Beginilah dunia wanita, tidak akan cukup bila hanya dengan mengandalkan cinta, karena cinta tidak akan pernah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan akan -sandang, pangan, papan-, kebutuhan akan yang -primer, sekunder, dan tersier-.

Tidak bisa menyalahkan mereka yang memutuskan teman-teman saya, karena seperti apa yang mbak tingkat saya katakan "hak mereka untuk mencari dan mendapatkan yang lebih baik". Begitulah, saya pada akhirnya hanya dapat menarik nafas panjang, harta, tahta, dan wanita memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan di dunia.

Itulah kenapa saya katakan "dunia itu semu, dunia itu sementara, dan manusia menyukai yang semu dan bersifat sementara itu".

Saturday, August 15, 2009

Mudahnya mencari uang di dunia

Symphony no 7 in A major…..

Ia berdendang menemani jarum jam yang berdetang 7.30 malam. Mari membuka memori yang ada di kepala tentang kisah beberapa hari yang lalu, kapan tepatnya? Maaf aku tidak tahu, aku sudah lupa.

Mencari uang itu gampang, begitu ujar saya pada seorang teman. Ia kemudian mengomentari dengan berkata “kata siapa? Cari uang itu susah” begitu katanya. Saya pikir, tanggapan yang wajar, karena ia pribadi sudah atau sebenarnya sedang merasakan bagaimana susahnya mencari uang.

“mencari uang itu mudah, yang susah adalah tentang halal atau tidaknya uang yang kita dapatkan” kira-kira begitu saya membalas pesannya.

Bukan tanpa alasan saya katakan mencari uang itu gampang. Asumsi itu bermula bersamaan dengan mentari yang tiba menyapa, pagi itu, hari itu, dan kembali saya katakan, saya lupa kapan tepanya. Pagi yang indah, burung-burung gereja itu sudah terbang melayang, kesana kemari. Ada yang membawa jerami, ranting-ranting kecil, untuk membuat sarang. Ada pula yang sibuk dengan tanggung jawabnya akan keluarganya, memberi makan anak-anaknya. “humph, ibu dimana-mana sama, mau dia hewan atau manusia. Tetap saja, anak yang menjadi prioritas utama”.

Kembali kepada kisah tentang bagaimana mudahnya mencari uang di dunia, di Negara ini, di Indonesia, di propinsi ini, di kampus ini, UNILA.

PAgi yang cerah, “membuka dengan mengucap syukur padanya, melalui doa bangun tidur tentunya. Menghentikan kerja MP3 agar pekerjaan yang lain tidak terbengkalai akibat alunan music yang diputar oleh MP3 putih yang sudah tidak lagi nampak keputihannya.

Saya sudah siap dengan segala konsekuensi tentang dunia, pagi itu, hari itu. Mempercepat aktifitas untuk mengejar kereta pagi menuju perjumpaan dengan Nya melalui sholat dhuha. Bismillah, pintu gerbang asrama dibuka, saya melangkahkan kaki dengan semangat 45.

Tidak boleh kalah dengan burung-burung yang terbang di angkasa. Tidak boleh kalah dengan mentari yang sudah dengan setia menyinari bumi karena perintah Nya. Tidak pula boleh kalah pada manusia-manusia yang lainnya, yang mengabdikan hidupnya pada Dia Yang Maha Memberikan kehidupan pada manusia.

Humph menghela nafas panjang, menulis dalam keperihan, menuangkan kisah dalam kelelahan akibat dari sebuah perjalanan panjang.

Mencari uang itu gampang, begitu akhirnya saya menarik kesimpulan. Pasalnya, ketika saya sedang bersenandung riang di sepanjang papping menuju kampus unila, kampus hijau katanya. Tiba-tiba seorang anak perempuan, anak remaja, belasan tahun umurnya, menghampiri saya.

Anak perempuan tinggi semampai, berambut lurus sampai ke bahu, bertubuh kurus, berkulit hitam. Tanpa basa- basi dia berkata “mbak maaf, bisa minta tolong?” begitu katanya. Saya tertegun sejenak, ini anak siapa? Apa maksudnya? Saya tidak begitu mendengar tujuan ia menghentikan perjalanan saya. Sampai seperti orang tuna rungu (tuli.red) saya berkata “apa?” berkali-kali, sampai akhirnya MP3 itu saya ‘off’ kan sejenak, untuk mendengarkan perkataannya.

Lalu “minta tolong mbak, minta uang bla…. Bla… bla…” dan yang samar-samar terdengar, ia membutuhkan sejumlah uang untuk ongkos pulang, untuk makan. Saya tidak lagi mendengar apa selanjutnya, tidak ada yang saya lakukan selain memandang penuh keheranan. Mengamati wajah hitam manisnya, melihat berisan giginya yang nampak keluar darah dari sela-sela giginya. Eugghh, saya alihkan pandangan, mencoba mengacak-acak tas ransel yang saya bawa, mencari sejumlah uang untuk diberikan padanya.

“dapat, 2ribu rupiah” uang itu saya berikan padanya sembari berkata “lain kali jangan minta-minta lagi ya de, gak boleh. Alhamdulillah ada Rp. 2000” begitu ujar saya padanya. Tanpa ba bi bu, ia menerimanya kemudian pergi, berlalu setelah sebelumnya berkata ‘terima kasih ya mbak”, “ya sama-sama” begitu balas saya padanya.

Sudah ‘lihat’ kan? Sudah tahu bukan, tentang bagaimana mudahnya mencari uang.

Dalam keheranan saya kembali meneruskan perjalanan, masih ada beberapa menit lagi untuk tiba di jurusan fisika Unila tercinta. Sepanjang jalan, papping-papping trotoar itu menemani saya dalam diam. Pikiran ini melayang, menerawang tentang betapa mudahnya mencari uang di negeri ini. Cukup dengan berdandan seadanya, meletakkan mangkuk kecil di hadapannya. Atau dengan cara meminta tolong dengan dalih tidak punya ongkos untuk pulang, atau dengan cara membawa kotak amal, atau mungkin dengan trik membawa anak kecil di dalam dekapan.

Beginilah wajah Indonesia dan tentang bagaimana caranya manusia, warga negera di dalamnya mencari rezeki sebagai sumber penghidupan untuk dia dan keluarganya. Tidak ada yang salah bila sudah menyangkut soal uang, salah-salah itu dikesampingkan.

Di dalam hukumnya mencari uang, yang halal atau pun tidak, tidak menjadi soal. Mencari dengan cara memalukan atau tidak, tidak lagi menjadi urusan. Mengusahakan rezeky dengan terhormat, bukan dengan tangan di bawah pun, sudah lama diabaikan. Diabaikan pula apakah Allah ridho atau sebaliknya dengan usahanya dalam mencari sesuap nasi agar ia dapat terus hidup di dunia ini.

Manusia terkadang lebih menyukai yang kasat mata daripada sebaliknya.....