Pages

Tuesday, August 12, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

Chapter -8

Luntang-lantung

Entah apa yang saya lakukan di kota ini, karena sebenarnya tujuan saya seharusnya kota Buitenzorg dan kota Batavia. Tapi, kaki ini begitu berat untuk melangkah pergi hingga akhirnya ia melabuhkan diri di kota Bandung ini.

Bapak Burhani bilang, Bandung tidak seperti dulu lagi, Bandung panas. Ya kota ini memang panas, tapi tidak berlaku untuk daerah Lembang dan sekitarnya.

Saya luntang-lantung tidak jelas di kota ini, karena memang tidak punya tujuan pasti. Tapi, lama akhirnya saya putuskan untuk mengantarkan laporan PKL yang saya bawa dan menghadiri pernikahan seorang kawan yang berada di daerah Subang.

Beruntung teman-teman saya mau menerima saya menginap di kamar kost mereka, dan istilah luntang-lantung pun batal saya gunakan. Hanya saja, saya memang jadi manusia yang tidak jelas selama beberapa hari, karena tidak memiliki tujuan yang pasti.

Saya tiba di kota Bandung hari Sabtu sekitar pkl 08.00 pagi, dan karena itu Enjun tidak jadi pulang menemui kedua orang tuanya selepas kepulangannya dari negeri Iran.

Hari itu, hari Sabtu. Menghabiskan waktu seharian bersama enjun dan imar, melepas rasa rindu, ya saya benar-benar rindu, saya benar-benar kangen pada mereka berdua dan seorang teman saya yang bernama Nurul, sayang ia sedang KKN.

Geger arum, saya menginap di Geger arum, memasuki musim kemarau, saya pikir cuaca akan panas, ternyata semakin dingin saja pada malam hari. Masya Allah, biar pun sudah dilengkapi dengan kaos kaki dan seprai kasur sebagai selimut, tetap saja rasa dingin itu menusuk.

Malam pertama di Geger arum terlewatkan dengan selamat dalam kedinginan yang amat sangat.

to be continued...