Pages

Friday, August 22, 2008

Pesan dari seorang teman

Agak malas menulis hari ini, tapi kepala ini terus saja berpikir yang tidak-tidak, berputar-putar dan sayangnya sampai saat ini, masih juga tidak tahu seperti apa isi kepala yang berputar-putar itu. Entah etis atau tidak, bila saya menuliskan pesan dari seorang teman, lalu mengubahnya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya, yang buta akan sastra dan miskin akan kata.

Tak ada yang bisa ku lakukan Tak ada yang bisa kubanggakan Kesuksesan adalah mimpi bagiku Anganku telah mati Keyakinanku mulai pudar Hari ini aku GAGAL lagi Aku putus asa kini..

Pkl 00:18:08

Seperti ini saya membalas pesannya

Jangan begitu tidak bijak kalau sampai beranggapan seperti itu Tidak patut kalau sampai berkata seperti itu seorang muslim tidak boleh berputus asa dari Rahmat Nya Allah punya rencana sendiri...

Pkl. 06:14:07

Segera saya mencoba menghubunginya melalui phone cell yang saya punya, tidak aktif.

hmmh, mencoba menarik nafas panjang, saya prihatin dengan apa yang ia tuliskan. Saya khawatir dengan apa yang dia sampaikan, nampak begitu berat apa yang ia tanggungkan. Untuk saat ini, saya akan berkata bahwa memang beginilah sejatinya sifat dasar manusia, lemah, suka berkeluh kesah, dan terkadang ketika masalah dirasa begitu berat baginya, dengan atau tidak sadar, dia berputus asa dari rahmat Tuhan nya.

Saya tak salahkan dia yang berkata bahwasannya dia berputus asa, karena sejatinya ketika mendengar ia bercerita tentang masalah yang belakangan ini menimpanya, kepala ini menstimulus otak untuk bekerja hingga di dalam hati berkata "subhanallah", masalah yang ia harus hadapi luar biasa.

Kembali menarik nafas panjang, mencoba menghela agar sedikit lega dirasa. Padahal Allah sudah firmankan di dalam Al Qur'an, bahwa sesungguhnya setelah kesukaran ada kemudahan, padahal Allah sudah firmankan di dalam Al Qur'an, jangan berputus asa dari rahmat Nya.

Beginilah manusia, beginilah manusia, saya tidak lagi dapat berkata apa-apa, semua tercekat, tertahan. Hanya kepala yang terus saja bekerja, tak henti-hentinya memikirkan bahwa manusia memang bukan apa-apa bila bukan karena kemurahan hati Nya.