Pages

Saturday, August 9, 2008

Buitenzorg to batavia, untuk sebuah rencana

Chapter -2

Perjumpaan saya dengan Pak H. Burhani

Ia memakai topi, dengan tas ranselnya, di dadanya tertera nama H. Burhani, ya nama lelaki itu H. Burhani dan belakangan saya baru tahu, kalau ternyata H di depan bukanlah sebuah singkatan nama, melainkan gelar haji yang didapatnya.

Apa yang menarik dari pria ini, tidak ada hal yang luar biasa pada awalnya. Sedikit percakapan saya dengannya, bahwa ia memiliki 3 orang anak, dengan 2 perempuan dan seorang lelaki.

Berasal dari Jawa barat kemudian memilih tinggal di propinsi ini entah karena alasan apa, saya kurang tahu akan hal itu, yang jelas ia merasa senang bisa tinggal dan membesarkan anak-anaknya di propinsi ini.

Belakangan saya tahu bahwa dia sudah berumur lebih dari setengah abad, sedikit lebih tua daripada ayah saya. Sempat tertipu pada awalnya, karena dari perawakannya, ia terlihat masih muda.

Sampai di pelabuhan, beliau masih lah sosok yang biasa bagi saya. Sampai ketika kami turun dari bus jurusan Rajabasa-Bakauheuni, bapak membawakan kardus yang saya bawa sebelumnya.

Seragam yang ia gunakan, membuat saya tidak perlu membayar ongkos penyeberangan, pun ketika di dalam kapal, memasuki kelas bisnis ber-AC seharga Rp 4.000,-, bapak bilang ’gak usah bayar’. Masih dalam tanda tanya, mengapa orang-orang yang berseragam dibebaskan dari uang transportasi, saya tidak mengerti.

to be continued...