Pages

Monday, May 28, 2012

Advertising is not efective as before

Need to do the advertising, tapi kita tidak begitu perlu menggunakan Advertising karena ada fasilitas online seperti website, blog, facebook, twitter etc.

Biaya iklan yang dihabiskan pada tahun 2010 sebesar 60 Triliun, iklan tersebut berupa bilboard yang terpasang di kiri kanan jalan protokol dengan asumsi terpasang di seluruh indonesia.

According to my lecture said, Mr Setya, advertising seperti bilboard itu tidak begitu penting, tidak efektif, tetapi 'beeing unique, creative, be different', merupakan hal yang terpenting dalam membangun sebuah usaha. 

"Advertising is not efective as before, now we have lots of ways to promote to socialized our brand, that's why we not called it promotion but integrated marketing communication" Mr setya said.

agree or not agree, it is depend on you

Bukan sekedar di atas kertas, sebuah ilustrasi

Hujan turun, deras, aku bercerita tentang seorang anak manusia yang sudah cukup lama aku kenal, amat lama. Beberapa berkeluh-kesah pada datangnya hujan, tetapi anak-anak pembawa payung-payung besar itu, begitu riang ketika hujan datang, karena berarti 'profesi mereka sebagai pengojek payung' sudah pasti menuai rezeki.

Suara titik-titik hujan itu begitu terdengar keras, membasahi setiap mili dari atap rumah tempat anak manusia itu berada kini. Sekedar ingin bercerita tentang bahwa kualitas seorang anak manusia bukan sekedar apa yang tertera di atas kertas.

Suatu ketika, ketika aku tidak tahu harus memulai darimana, suatu ketika dimana aku merasa tidak bebas dengan kamu, tempat dimana aku terbiasa bercerita, berceloteh tentang tingkah laku manusia, penghuni bumi ini, penghuni bumi nusantara, Indonesia.

Dan anak SD yang jujur itu pun sudah beranjak dewasa

Dan tangis itu pecahlah, sesenggukan ia, sore menjelang sholat maghrib itu, ketika dia mengetahui bahwa dia satu-satunya orang yang mendapatkan nilai mutu terendah dari teman-teman satu kelasnya. Sebenarnya nilainya bukan menandakan bahwa dia tidak lulus untuk mata kuliah itu, dia lulus, tetapi dengan semua apa yang dia usahakan, dia merasa keadaan sudah berlaku tidak adil padanya.

Temannya berkata, "Bill gates berkata, orang sukses itu adalah orang yang tau bagaimana dunia bekerja". Hatinya berkecamuk, dia marah entah pada siapa, marah pada dirinya karena tidak bisa bekerja seperti dunia bekerja, dia mampu, dia tidak mampu, dia tidak mau. 

"Apakah aku harus berbuat curang pula seperti mereka, untuk sukses di dunia?" begitu dia berkata pada temannya yang berada disaluran telepon selulernya

"Ya, supaya kamu bisa mendapatkan hasil seperti apa yang teman-teman kamu dapatkan, jika memang itu perlu menurut kamu" begitu jawab temannya

"aku tidak bisa" begitu jawabnya

"Kenapa kamu tidak bisa?" tanya temannya
"Bekerja seperti apa dunia bekerja, kalau kamu merasa bahwa kamu diperlakukan tidak adil, kalau kamu merasa bahwa perlu agar orang lain tau, kamu tidak sebodoh itu. Maka kamu temui dosenmu, tanyakan mengapa nilai kamu paling rendah diantara yang lainnya. Daripada kamu berkeluh kesah yang tidak menghasilkan apa-apa" begitu ujar temannya pula

Snak perempuan itu terus menarik nafas panjang, kepala dan hatinya terus berpikir, kemudian
"menemui dosen? untuk apa? bertanya mengapa nilaiku bisa seperti ini? kalau pun aku diberikan lembaran-lembaran hasil ujianku, aku percaya memang aku pantas dengan nilai itu. Lalu? aku harus berkata apa lagi? mengatakan bahwa hampir 100 % peserta ujian berlaku curang? bekerja sama? menyamakan jawaban setiap kali ujian?"

"ya kalau memang perlu" begitu jawab temannya

"Tidak, aku tidak mau begitu, aku tidak ingin begitu. Berlaku jujur, sudah menjadi keputusanku, meskipun dari dulu aku sudah tahu akan seperti ini konsekwensinya, tetapi tetap saja kali ini begitu mengecewakan aku. Mereka yang sama sekali tidak tahu menahu, yang kadang hanya bermain-main ketika dosen-dosen itu menyampaikan materi di depan kelas. Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang membuat aku kecewa. Rasa kesal itu selalu ada, begitu setiap kali ujian diadakan, kejadian sama berulang. Persaingan ini tidak sehat, kompetisi ini tidak menguntungkan aku." ujar anak perempuan itu

lalu tambahnya

"yang semakin membuat aku merasa malu, ketika bagian administrasi tempat dimana aku menuntut ilmu, memperlakukan aku seperti berbeda dengan teman-teman aku yang lainnya. Mereka tidak menatap wajahku ketika aku bertanya tentang subjek yang harus aku ulang di semester depan. Mungkin hanya perasaanku saja, tetapi pada saat itu aku ingin berkata -aku tidak bodoh, pada saat ujian itu diadakan, aku sedang dalam keadaan sakit-, semakin tidak berpihak kepadaku ketika banyak yang berlaku curang pada saat ujian. Itu selalu terjadi, meskipun dosen pengawas melihat, meskipun pengawas ujian berada di sana, seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka yang mengawas turut berperan dalam prilaku curang yang dilakukan oleh teman-temanku" begitu ujar anak perempuan itu sembari terus sesenggukan menahankan tangisnya

"Dengar,........." temannya mengomentari celoteh panjangnya
"keluh kesahmu tidak akan menghasilkan apapun itu, temui dosenmu, katakan apa yang terjadi, supaya berhenti tangismu, supaya berhenti keluh kesahmu. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kalau kaum itu sendiri tidak berusaha untuk mengubahnya" tambahnya

Anak perempuan itu terdiam, dia teringat ketika beberapa tahun yang lalu, ketika dia duduk di bangku sekolah dasar, bagaimana dia dikucilkan karena diminta untuk membocorkan jawaban ujiannya kepada teman-teman satu kelasnya. Hal yang menyakitkan, dan lebih terasa menyakitkan ketika dia masuk ke perguruan tinggi, dimana dia berpikir bahwa masa lalu pada saat SD itu sudah berlalu, ternyata itu hanya bayang dan harapan semu. 

Semakin kejam ketika orang-orang dewasa lebih percaya dengan apa yang tertera di atas kertas, daripada apa yang ada di dalam kepala manusia yang memiliki kertas. 

"Sekarang kamu mau apa?" tanya temannya
"Menyerah? perjuangan kamu belum selesai, dunia luar lebih kejam daripada ini, lebih absurd, lebih aneh, sampai saling membunuh. Apa yang terjadi pada mu, dihadapkan pada keadaan dimana orang-orang disekelilingmu berbuat curang massal pada saat ujian? itu masih hal yang kecil, dan memang seperti itulah dunia bekerja. Kalau kamu tidak bisa menerima, bersabar, berlaku curanglah, karena memang seperti itulah dunia bekerja saat ini." begitu ujar temannya saat itu

"Tidak, aku tidak mau. Ibu bilang -nak, yang penting ilmunya, bukan nilainya, biarkan orang berpikir bahwa kita bodoh, yang penting kita tidak bodoh-. Dulu, ibu juga pernah bilang -kita tidak perlu berkata kita pintar untuk membuat orang lain berpikir bahwa kita pintar-. Dan aku tahu, aku tidak ingin berlaku curang seperti itu, aku merasa Allah melihatku, -........,dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan, bukan sebaliknya.....-" ujar anak perempuan itu

"Kalau begitu, tegakkan kepalamu. Memiliki nilai B itu bukanlah aib karena kamu berusaha dengan dirimu sendiri, bukan dengan bantuan orang lain. Tidak perlu merasa malu, tidak perlu merasa iri, menjadi jujur itu adalah pilihanmu. Negara ini memang seperti ini dan kamu sudah tau itu, kalau kamu tidak bisa bertahan, maka kamu harus pindah ke luar dari negeri ini. Negeri ini sudah sampai dimana orang-orang yang berlaku jujur itu dianggap aneh" begitu ujar temannya

Anak perempuan itu masih terdiam, dia membenarkan apa yang disampaikan oleh temannya pada saat itu, malam itu, hari itu. Dan semakin membenarkan ketika dia berpikir, ketika hatinya berkata bahwa orang-orang yang tidak berlaku curang, dianggap aneh, semakin lama semakin menjadi minoritas. Sama seperti agama Islam, agama yang dianutnya, yang datang dalam keadaan aneh, dan akan kembali dianggap aneh, bahkan saat ini pun sudah dianggap aneh.

Anak perempuan itu menghentikan tangisnya, dan aku bersyukur dia sepertinya mulai mengerti jalan hidup yang dia jalani saat ini. Anak perempuan itu semakin menyadari bahwa apa yang dia katakan dahulu bahwa -hidup itu pilihan- seperti inilah nyatanya. Dia yang memilih untuk menjadi berbeda, maka dia harus berusaha lebih karena jalan hidup yang dia pilih. Dunia belum berakhir dengan anggapan miring orang-orang tentangnya, dunia belum berakhir dengan nilai B di lembar kertas miliknya.

"Makasih ya kak" begitu ujar anak perempuan itu kepada kakaknya yang sudah seperti teman baginya

Malampun semakin larut, anak perempuan itu mencoba berdamai dengan hati dan akal pikirannya. Memberikan semuanya kepada Allah yang menentukan takdirnya, menerima semuanya sebagai rezeki, sebagai nikmat yang harus dia syukuri.

---------------------------------------------

"Jadi gitu cep ceritanya" begitu ujar temanku itu kepadaku

Pagi, ketika lelaki itu datang, duduk kemudian bercerita tentang adik perempuannya yang berkeluh kesah kepada kakak lelakinya, dia. Tentang apa yang terjadi di lingkungan tempat adik perempuannya bersekolah, di sebuah Institut teknologi ternama. 

Aku hanya mengangguk, sesekali tersenyum, mengiyakan, menggelengkan kepala, lalu ujarku
"seperti inilah dunia tempat dimana kita berada"

Angin semilir bertiup, sejuk, membawa matahari berjalan semakin jauh, semakin membumbung tinggi kemudian tertutup awan. Aku dan temanku itu kembali duduk dalam diam, seperti tenggelam dalam alam pikiran kami masing-masing tentang bumi nusantara dan manusianya yang semakin bertambah tua, semakin menjadi tingkah lakunya, semakin menyedihkan, tetapi memang beginilah 'dunia bekerja saat ini', memang seperti inilah dunia yang diterima oleh manusia zaman kini.



Sebuah ilustrasi tentang manusia zaman kini
cerita tentang anak SD yang dikucilkan karena tidak membagi jawaban ujian kepada teman satu kelasnya, cerita setahun yang lalu, membuahkan inspirasi untuk menuliskan cerita ini


Thursday, May 10, 2012

Short product analysis: Design Strategy at Samsung Electronics :


Design Strategy at Samsung Electronics :
“Becoming a Top-Tier Company”

Problem Definition
Samsung used to be underestimated. Samsung survived the blow of the monetary crisis affecting the region asia. This new quality and design trajectory was temporarily thwarted by the IMF crisis of 1997, which brought Samsung to the brink of bankruptcy. At the previous time, Samsung had not given priority to either marketing or design. The company engineers had assumed that if their products were good enough, they would sell. If their products are considered good and ready to jump into the market, they would immediately sell it. They think the Samsung’s product that was ready for the market, without they think about consumers will not see from the design.

Short product analysis: Sony PlayStation 3: Game Over?


Sony PlayStation 3: Game Over?

1.      Problem Definition
Sony was the undisputed market leader from the previous two generations of video game consoles (PlayStation & PlayStation 2). It is believed that the next generation console from Sony (PlayStation 3) will follow the success of the previous two consoles. In one sense, long lines and sold-out stores were typical at the beginning of each new generation of video game consoles. But, what made the scene outside of the video game store in Manhattan quite surprising, though, was that the hopeful customers were not waiting in order to purchase a new PlayStation 3 (PS3) game console from Sony. Rather, these particular customers were waiting in line to enter Nintendo’s flagship store, and it was Nintendo Wii that they were after.

Bocah lelaki dengan burung besi bernama sukhoi jagoannya

Mentari beranjak ke peraduan, burung-burung sudah terbang pulang kembali ke sarang. Kota ini seakan tidak pernah mati. Suara deru mesin kendaraan roda dua, roda empat hilir mudik ke sana ke mari. Suara anak-anak, balita, orang tua, muda memenuhi rongga-rongga udara yang kemudian tertiup terbawa angin petang, hingga dalam hitungan beberapa meter, suara-suara itu masih akan terdengar oleh telinga manusia dan makhluk hidup yang lainnya.

tidak ada angin bertiup senja yang semakin temaram ini. Hanya sisa-sisa awan yang sebenarnya berwarna biru, putih, atau sebenarnya tak berwarna, yang kemudian serta merta berubah menjadi gelap, suram, kelabu manakala mentari mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan awan yang tetap berada di atas, langit katanya. Berjejer rapi, tanpa pernah runtuh, jatuh ke bumi meskipun sejatinya awan-awan itu tidak ada yang menyangga, tidak pula ada tali yang menggantungnya. 

anak kecil itu terdiam, duduk menekuri  pinggir jalanan sebuah desa di salah satu kota yang ada di Indonesia. Dia adalah satu titik yang ada di dunia, yang tinggal di sebuah negeri, negeri antah berantah kata orang 'berambut pirang' di sana. Anak lelaki kecil itu beralaskan sendal jepit, memanggul bongkah-bongkah es batu yang di letakkan di dalam sebuah karung, tepat di punggungnya.

apakah lahir dapat memilih? tidak ada yang bisa memilih. Sebagian orang merasa beruntung lahir di tengah keluarga yang kaya, dengan harta melimpah, fisik dan wajah yang tampan, gagah, rupawan, dengan makanan minuman yang luar biasa enaknya. Dan sebaliknya, sebagian orang merasa tak beruntung ketika lahir dan hidup dari keluarga yang sebaliknya.

dia adalah anak lelaki, berusia 13 tahun, tinggal di sebuah desa, dengan kaki-kaki yang yang kokoh, dengan jari jemari kaki yang kuat menapak, memijakkan diri ke bumi. Dia berjalan di bawah terik matahari, setiap hari, dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun.

Hari itu dia terduduk di tepi jalan yang bersisian dengan sawah yang hampir menguning padinya. Anak lelaki itu duduk dalam diam, kelelahan, bongkah-bongkah es batu yang akan digunakan oleh bapaknya untuk membuat 'es tong-tong' itu, terasa begitu membebani punggungnya. Pikirnya "ah aku istirahat sebentar, tak mengapa" begitu gumamnya.

Anak lelaki itu tetap duduk, meski mentari begitu menggoda dengan lidah-lidahnya yang panas. Dan anak lelaki berambut pirang kerana matahari itu tetap tak bergeming, sampai ketika seorang penjaga warung kecil, tepat di seberang jalan dia duduk, memanggilnya "Kene 'le" begitu penjaga warung itu berteriak dari kejauhan.

Anak lelaki itu serta merta kegirangan, mengangkat sekarung penuh bongkah es batu yang beratnya mencapai 12 kg itu, kemudian meletakkannya di punggungnya yang masih muda belia, sama belianya dengan usianya.
"istirahat di sini le, di luar panas" begitu ujar penjaga warung itu. Seorang wanita tua, dengan kain 'jarik' yang melilit tubuhnya, dari perut sampai ke mata kakiknya. Dengan kebaya yang sudah lusuh, dengan rambut berwarna putih yang tersanggul rapi di kepalanya.

"inggih mbah, matur suwun" begitu ujar bocah lelaki itu

mbok penjaga warung meninggalkan bocah kecil itu setelah berkata "nek haus, airnya di atas meja ya le, ambil sendiri" begitu ujar si mbok, sembari menunjuk ke meja kayu tua yang tepat berada di hadapan bocah lelaki itu. 

"mbah ke belakang dulu ya, ada yang mau mbah kerjain" begitu ujar wanita renta itu, sembari meninggalkan bocah lelaki itu sendiri di amben-amben warung kecilnya.

Angin semilir bertiup, Tuhan tidaklah jahat, begitu pikir bocah lelaki itu. Panasnya matahari yang membuat tersiksa jari-jemari dan telapak kakinya, masihlah diiringi dengan tiupan angin yang meskipun semilir tetapi mampu membuat butiran-butiran keringat yang semula mengalir deras dari ujung kepala sampai ke pelipisnya, menguap, hilang, meninggalkan kesejukan. 

Bocah lelaki yang berambut merah karena matahari itu masihlah menikmati indahnya dunia, versinya, versi orang desa, versi seorang bocah lelaki yang merupakan satu titik kecil di galaksi bima sakti ini. Masih begitu asiknya sampai ketika pandangannya tertumpu pada sebuah tulisan yang berjalan, berganti hilir mudik di layar televisi milik wanita tua yang menjamunya siang ini.

Tulisan itu menceritakan tentang kematian, maut, sesuatu yang tak terduga, sesuatu yang pasti, datang tiba-tiba, bisa terjadi pada seseorang, atau pun terjadi pada banyak orang dalam waktu yang bersamaan. 

Pesawat milik rusia bernama sukhoi itu menarik hatinya, bocah lelaki berambut merah karena matahari itu. Dia tertegun mengamati betapa gagahnya burung besi yang berwarna dominan biru itu terbang, menukik, sebelum kemudian akhirnya dia tahu bahwa burung besi itu sudah hancur, berkeping-keping, karena melawan kokohnya tebing.

Dia pun tertegun, dia tak mengerti mengapa burung besi yang baru itu bisa celaka seperti itu. Mengapa burung besi yang katanya kokoh itu bisa hancur berkeping-keping karena tebing yang diam tak bergerak, mati tak peduli. Pikirnya "tebing yang angkuh berdiri itu sudah menghancurkan burung besi idamanku" begitu gumam bocah lelaki berambut merah karena matahari itu.

Bocah lelaki itu masih enggan untuk beranjak dari tempat dimana dia duduk dan termangu, menekuri setiap gerak yang dimunculkan oleh kotak ajaib yang berada di hadapannya saat itu.

Dia semakin terbingung-bingung ketika banyak orang berkerumun, menangisi kehancuran burung besi jagoannya yang berwarna biru, yang bernama sukhoi itu.

Bocah itu tidak lulus SD, tetapi dia masih mampu membaca, mengerti sedikit tentang apa yang di sampaikan oleh ibu-ibu pembaca berita yang ada di dalam kotak ajaib si mbah yang sudah tua renta. Burung besi yang baru saja lahir itu membawa banyak orang di dalam perutnya. Orang-orang yang pada awalnya merasa akan menjadi bagian dari sejarah, berada dalam burung besi yang bernama sukhoi, yang berasal dari rusia itu, negeri yang bocah lelaki itu sama sekali tidak pernah membayangkan seperti apa rupanya.

Mati, kata itu yang melayang-layang di dalam kepala bocah lelaki itu. Mereka yang berada di dalamnya secara simpang siur dikabarnya sudah pasti tidak selamat, "mestine wis menghadap gusti Alloh" begitu gumam lelaki itu. Dia merasa sedih, sedih karena burung besinya kalah dari pertarungannya dengan tebing yang sudah lebih dahulu lahir dari pada burung besinya. Dia merasa iba pada mereka-mereka yang ikut di dalam burung besinya, yang kini tidak jelas bagaimana nasib mereka di sana.

Untuk sejenak, bocah kecil berambut merah karena matahari itu tertunduk lesu, kemudian termangu. Sampai ketika dia mendengar beberapa orang selamat, tak jadi menghadap gusti Alloh, karena memang belum ajalnya, karena memang bukan takdir mereka untuk wafat bersama burung besi yang menjadi jagoan bocah lelaki itu beberapa menit yang lalu.

Ibu-ibu pembaca berita yang berada di dalam kotak ajaib itu berkata, beberapa penumpang, ada yang selamat karena dilarang oleh istrinya untuk ikut terbang bersama burung besi itu, ada yang selamat karena menunaikan sholat zhuhur, sehingga bawahannya menggantikan posisinya. Pikir bocah lelaki itu bapak itu beruntung karena mengikuti permintaan istrinya, yang lain selamat karena mendahulukan sholat lohor memenuhi kewajibannya kepada Sang Penciptanya, daripada coba-coba terbang dengan burung besi baru bernama sukhoi itu. Sedangkan yang lain tidak selamat karena menolak mengikuti perkataan ibunya, yang melarangnya terbang bersama burung besi asal negeri beruang merah itu.

Hari semakin siang, matahari tetap tidak mau berkompromi dengan kelelahan yang dirasakan oleh bocah lelaki berambut merah karena matahari itu. "Mbah, aku arep mulih" begitu ujarnya sembari sedikit mengeraskan suaranya.

si mbah yang semula berada di dapur, mengurusi dagangannya, menemui bocah lelaki berambut merah karena matahari itu. "ooo iyo, sudah segeran tho?" ujar wanita renta itu
"sampun mbah, suwun yo mbah. Pulang dulu, bapak pasti nunggu es batunya" balas bocah lelaki itu
"yo, salam karo bapakmu yo le" kata mbah putri itu kepada bocah lelaki itu.
"yo mbah, assalammu'alaikum"
"kumsalam" jawab mbah putri

Bocah lelaki itu kembali mengumpulkan tenaganya, mengangkat sekuat tenaga sekarung es batu yang beratnya mencapai 12 kg itu, kemudian meletakkannya di punggungnya yang masih belia itu. Bocah lelaki itu kembali menapak dengan sendal jepitnya yang berwarna biru tua, sendal jepit yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun lamanya.

Hari ini, dia belajar, dia belajar untuk mengatakan 'ya' pada semua kata-kata, perintah yang baik, yang dikeluarkan oleh otoritas tertinggi di dalam kehidupan anak manusia. Ketika Suami berkata 'ya' pada larangan istrinya, begitu juga sebaliknya. Dan bagaimana seharusnya seorang anak berkata 'ya' pada larangan yang disampaikan oleh orang tuanya, dan tentang bagaimana mendahulukan kewajiban pada Gusti Allah, daripada mendahulukan urusan dunia yang tak akan pernah ada habisnya.

Dan hari ini, dia belajar untuk mensyukuri apa yang sudah dia terima hari ini. Bersyukur karena matahari sudah bersedia 'memerahkan' rambutnya tanpa dia harus pergi ke salon dan membayar dengan rupiah untuk itu. Bersyukur meskipun dia tidak memiliki sepeda untuk mempermudah pekerjaan 'memanggul esnya' tetapi Allah masih memberikannya kekuatan fisik dan tubuh yang sempurna. Bersyukur meskipun dia harus berhenti sekolah karena keterbatasan ekonomi kedua orang tuanya, tetapi dia memiliki keluarga yang utuh, yang menyayanginya. Menyesal? tidak ada, meksipun orang tuanya tidak mampu, meskipun harus terhenti sekolahnya, meskipun kakaknya mengalami kekurangan dari sisi pendengarannya.

Allah Maha Adil adik kecil
meskipun susah payah engkau rasakan saat ini
meskipun tak dapat memilih di keluarga mana, kamu dilahirkan
tetapi, dengan syukurmu kepada Tuhan yang menciptakan kamu
tetapi, dengan syukurmu terhadap apa yang Allah berikan kepadamu

kamu jauh, jauh lebih mulia daripada aku, dia, mereka dan manusia yang lainnya, yang sempurna, yang tak sempurna, yang sehat, yang kaya raya, yang memiliki segalanya tetapi lupa, tidak pandai mensyukuri dan tidak ber-qanaah terhadap apa yang telah Dia berikan kepada aku, kita, kami, manusia.






Wednesday, May 9, 2012

tentang Irshad Manji dan orang kota vs orang udik, sebuah filosofi

Saya tidak mengerti tentang 'ada apa denganmu' situs blogger.com yang sudah menemani saya sejak beberapa tahun yang lalu. Tapi, baiklah, kita kesampingkan hal itu, mungkin bukan kesalahan 'blogger.com' nya, melainkan sesuatu terjadi pada jaringan serta provider yang saya gunakan.

Lama tak berjumpa, mengotak-atik isi kepala, melampiaskan apa yang hati saya tanyakan kepada kepala saya tentang seperti apa manusia, alam, tentang kehidupan, bahkan terkadang tentang cuaca.

'tak tik tuk tek tok' seandainya seperti itu suara yang dihasilkan dari interaksi yang terjadi antara jari-jemari saya dengan tuts-tuts keyboard netbook yang kecil tapi tak mungil ini. Tentunya, akan lucu terdengar di telinga saya dan bisa jadi akan terpecah konsentrasi saya. Karena terlalu terpesona dengan suara 'tak tik tuk tek tok' itu.

Saya akan berhenti memulai selayang pandang yang sebenarnya merupakan sebuah pengalihan karena apa terkadang, apa yang ingin saya tuliskan, belum mampu untuk saya tuangkan. Maka, mari berlebih-lebihan dalam membuat sebuah metafora, perumpaan, hiperbolik, yang terkadang terlampau berlebihan.

Siang ini, di dalam sebuah kamar petak, lantai dua, menikmati remangnya cuaca dari siang menjelang senja di kota Bandung. Tepatnya, taman sari, pelesiran nomor sekian (*no saya samarkan demi keselamatan penulis). Hahahahaha, saya mulai bergurau tentang keselamatan yang lebih kepada mengada-ada.

Saya menulis, sebuah cerita, sebuah pandangan tentang seorang anak manusia bernama Irshad Manji. Sejatinya saya tidak mengenalnya, diapun sudah lebih kepastiannya 'tidak mengenal' saya pula. Pemberitaan beberapa hari terakhir ini membuat saya 'sedikit' atau memang 'tertarik' untuk sekedar mencari tahu tentang sosok yang lumayan membuat masalah di negeri ini semakin bertambah *hehehehe.


Singkat tentang Irshad Manji, dari namanya saya pikir dia lelaki, ternyata dia wanita, berusia 44 tahun, berkebangsaan Kanada, seorang muslim. Selebihnya mengenai sosok Irshad Mandi dapat dibaca di situs berita kompas.com. Saya bukanlah seseorang yang bisa dengan mudah 'fans' dengan seorang anak manusia, karena menurut saya, semua manusia sama kedudukannya. Hanya beberapa orang saja yang mampu membuat saya tertegun, kemudian serta merta saya akan berkata 'saya mengidolakannya'.

Sosok irshad manji ini cukup membuat situs berita online kebanjiran berita mengenai sepak terjangnya di Indonesia pada tahun 2012, ya setidaknya terhitung sejak kedatangannya ke Indonesia, sampai dengan ketika dia diboikot oleh ormas tertentu pada saat akan melakukan diskusi di Teater Salihara. Menurut beberapa situs berita online yang saya baca, Irshad Manji dituding menyebarkan hal-hal tentang 'transgender, homoseksual, dan lesbian' melalui bukunya yang berjudul 'Allah Liberty and Love'. Tetapi, menurut si penulis (irshadmanji red) dia tidak menyebarkan paham-paham, pemikiran-pemikiran tersebut di dalam buku yang dia karang.

Waallahualam, karena saya belum membaca bukunya. Tetapi, menurut teman saya *masih menurut pendapat orang lain, isi buku dari Irshad manji tersebut 'memprovokasi'. Tentu saya akan provokatif apabila yang membaca, sekedar membaca tanpa menganalisa, kemudian terbawa dengan alur pikiran si penulis, atau bertentangan tetapi bertentangan tersebut sifatnya merusak. Seperti memaki-maki penulis, atau menghina, menghujat salah satu pihak, seperti yang saya baca  melalui komentar-komentar pembaca berita tentang Irshad Manji di situs-situs berita online *menyedihkan.

Hal yang menjadi pertanyaan di dalam benak saya adalah bagaimana Irshad Manji bisa sampai ke Indonesia, sementara pada tahun 2008 *dia sempat menerbitkan buku juga*, tetapi tidak terkenal. Siapa yang mengenalnya? saya tidak, bahkan tidak ada pemboikotan atas kedatangannya. Lalu, tahun ini, 2012, siapa yang mengundangnya, siapa juga yang mempersiapkan, mengatur agenda diskusi Irshad Manji dengan Universitas-universitas, siapa pula yang memfasilitasinya? Yang menjadi fasilitatornya, yang menghubungkan dia pihak-pihak yang sekarang ini telah, sedang, dan akan berdiskusi dengan Irshad mengenai bukunya 'Allah, Liberty, and Love'.

Sedikit aneh menurut saya, ketika dia katakan bahwa Tuhan itu sama dengan cinta. Tetapi, bila dia perempuan, dia muslim, dia mencintai Tuhannya, dan dia paham sekali dengan konsep ketuhanan, cinta, yang saat ini dia anggap benar. Seharusnya, setiap pencinta akan melakukan segala sesuatu untuk kekasih yang dicintainya, seperti Allah perintahkan TUTUP AURAT, maka bila memang benar dia memahami konsep 'cinta', memahami Tuhannya, maka dia *irshad manji* akan menutup auratnya. Tetapi, pada kenyataannya, dia tidak.

Buku yang dia karang, pernyataan yang dia keluarkan, pemikiran yang dia tuangkan ke dalam bukunya, menurut saya kontradiktif dan Irshad Manji lebih kepada sosok yang Inkonsisten.

Dan yang saya heran, mengapa orang Indonesia sebegitu inginnya berdiskusi dengan dia? Secara gamblang, singkat, sekilas, dan dangkal, saya melihat sosok Irshad Manji adalah tipe manusia yang mencari pembenaran, bukan kebenaran. Dia lebih nampak sebagai seseorang yang mencari hal-hal yang mendukung pemikirannya, mengambil ayat sebagian lalu mengesampingkan ayat yang lain.

Lantas, hal apa yang ingin didiskusikan orang Indonesia dengan dia *Irshad Manji*?

Orang Indonesia, penyakit latahnya tidak pernah hilang. Asalkan seseorang itu berasal dari luar negeri, entah itu Amerika, Kanda, eropa atau barat sebelah ujung berungpun. Asalkan berasal dari barat, diketahui muslim, berpikiran 'terbuka' menurut mereka, maka akan berbondong-bondong tertarik. Menganggap kata-kata orang 'Barat, muslim' itu -petuah, emas, bijak-, menganggap cara pikir mereka luar biasa. Meskipun sebenarnya biasa saja.

Kemudian secara kurang ajarnya saya membuat sebuah perumpamaan. Dimana Orang Indonesia tak ubahnya seperti orang Udik, orang kampung yang dari kampung sekali. Tak mengenal listrik, tak mengenal televisi, tak mengenal alas kaki. Sehingga, ketika melihat orang kota (*orang asing, barat) datang ke kampungnya yang udik, dengan memakai mobil *meskipun butut*, yang wanita memakai rok pendek dengan konde seberat 1kg, yang lelaki dengan pakaian perlente dengan pantat tertungging-tunggi ke belakang, sembari menyunggingkan senyumnya yang memperlihatkan barisan gigi-gigi emasnya. Maka serta merta orang udik itu mengikuti orang kota ke balai desa. Menonton pertunjukan 'orang kota masuk desa'.
Sesampainya di balai desa, termelongo-melongo-lah orang-orang udik itu ketika melihat orang kota yang berbeda dengan mereka. Orang kota yang putih-putih, yang giginya terpasang emas, perak. Sampai ketika orang kota itu berbual-bual "gajah itu lebar sodara-sodara" begitu ujar orang kota.

Maka orang desa yang udik itu akan saling berbisik satu sama lain "oooooo, ternyata gajah itu lebar. Pak kades kemarin bilangnya gajah itu besar" ujar salah satu orang udik, orang udik lain menimpali "pak kades salah, orang kota pasti benar" begitu ujar udik yang satunya, udik yang lebih udik lagi tak mau kalah "mungkin gajahnya pak kades dengan gajahnya orang kota beda" begitu ujar udik paling udik dengan mimik meyakinkan. Lalu ketiga orang udik itu secara bersamaan berkata "oooooo, ya ya, mungkin gajahnya beda".

Dan kedua orang kota laki perempuan itu serta merta mendelik satu sama lain, saling melirik, memberi kode kepada sesamanya yang artinya 'orang udik mudah dibohongi'. Di lain waktu, mereka akan berkata 'orang udik mudah diadu domba', karena keesokan harinya, mengenai gajah yang besar, gajah yang lebar itu menjadi permasalahan besar. Udik yang satu dengan udik yang lain masing-masing bersikukuh dia yang paling benar, sampai perkelahian pun terjadi, antara sesama orang udik.

Dan, kampung udik yang semula damai itu menjadi rusuh, ribut, kelahi sana-sini, karena kedatangan orang kota ke kampung udik di suatu ketika.
Apa istimewanya buku itu? entahlah

Menurut Irshad buku itu tentang kebebasan, kebebasan bertanya, berpendapat. Yaaaa dari artikel yang saya baca, dia pernah diultimatum untuk menerima tanpa diberi kebebasan untuk bertanya *ketika dia berada di Madrasah.

Siapa yang bilang bahwa Islam itu konservatif? tidak menerima keterbukaan? tidak boleh kritis? tidak boleh bertanya? Hal yang salah kalau ada yang menganggap Islam itu seperti itu. Irshad hanyalah satu dari beberapa gelintir orang Muslim yang kedapatan "apes", karena bertemu dengan guru yang tipikalnya "saya guru, apa yang saya bilang kamu ikut, tak perlu banyak bertanya". Lalu apakah yang salah islam? Islam secara keseluruhan? muslim dan ulama secara keseluruhan?

Tidak, Islam tidak ada yang salah dengannya. Irshad hanya kedapatan apes karena bertemu dengan guru yang seperti itu karakternya, sifatnya. Dan guru juga manusia, lalu, apakah semua guru di madrasah seperti itu? siapa bilang? ckckckckck, sangat disayangkan ketika Irshad secara dangkal men-generalisir bahwa islam yang saat ini (*padahal yang dia temui saja) adalah konservatif). Sebuah analisa dangkal dan hebatnya lagi dengan analisanya sendiri tersebut dia menghasilkan sebuah buku, yang dijual, diterjemahkan, kemudian orang Indonesia berbondong-bondong ingin berdiskusi dengan dia tentang bukunya.

Menyedihkan, ya bagi saya menyedihkan. Hal yang menyedihkan ketika orang-orang muslim yang tidak mengenal agamanya sendiri, kemudian serta merta tertarik dengan Irshad kemudian beranggapan bahwa Irshad mewakili kegundahan hatinya tentang agama Islamnya yang menurut dia telah mengekangnya. Dan yang lebih aneh lagi adalah, ketika dengan jelas Lesbi dikategorikan sebagai gangguan psikologi yang berimbas pada disorientasi seksual. Dan seorang Lesbian, Irshad Manji, justru dijadikan bahan rujukan, contoh, panutan oleh akademisi-akademisi, sungguh memprihatinkan.

Sama memprihatinkannya ketika seorang teman saya, lebih memilih menggunakan kutipan seorang tokoh spiritual Dalai Lama, ketimbang kutipan Al quran, hadist, Rasulullah dan para sahabat nabi, orang -orang sholeh, sholihah. Kiamat semakin dekat kawan, ketika manusia muslim zaman kini semakin menutupi identitas ke-Islamanannya, semakin menganggap aneh ke-Islamannya, dan saya pun termasuk di dalamnya.