Pages

Sunday, August 5, 2018

Lelaki paruh baya

Musik

Beberapa mengharamkan, ada yang membolehkan dengan catatan, ada pula yang santai, ada yang memuja, terlena, diperbudak, ada yang seperti menghamba.

Aku mungkin seperti mereka yang terlena, setiap petikan dawai, alunan lembut anak kecil yang bersenandung, atau suara sopran lelaki paruh baya dari belahan bumi yang lainnya, mampu membuatku terlena. Mengenangkan masa lalu, masa-masa menanti itu. Tentang kelanjutan dari kisah kasih antara dua hati anak manusia. Apakah ia akan bertepuk sebelah tangan, memperpanjang malam-malam penantian. Ataukah ia akan terjawab, anak perawan manusia itu mendapatkan apa yang hatinya harapkan. Cinta dapat membuat kita tiba-tiba menjadi melankolis, sentimentil, cengeng, berderai air mata. Membebani hati dan pikiran, menyiksa jiwa. Itulah yang aku rasakan, anak perawan yang merantau jauh ke pulau seberang. Dalam setiap derap langkah kaki, aku berharap untuk dapat melupakannya.

Tapi, hati memang tak dapat membohongi dirinya sendiri. Aku terlalu mencintai pemuda itu.

Dalam setiap penokohan, adalah biasa ketika para jejaka digambarkan gagah perkasa, cakap, baik budi dan bahasa. Mereka seperti makhluk sempurna yang tanpa cela. Mereka digambarkan sedemikian rupa, dengan semua kelebihannya sehingga mampu memikat setiap gadis yang mendengar ceritanya.

Tapi, lelaki ku ini, jauh dari penggambaran tokoh cerita, tidak seperti pandai bertarung sepertinya arjuna, tidak berotot kawat dan bertulang besi seperti gatot kaca. ia lelaki biasa seperti yang lainnya yang membuat aku jatuh cinta, dia istimewa.

Terpisah selama 7 tahun membuatnya meneguhkan hati untuk menemui atasannya dan meminta, agar ke depannya dia hanya bertugas di daerah ini saja. Kenapa? Agar dekat dengan putra dan putrinya.

Dia biasa, tapi bagi setiap anak wanita lelaki yg dipanggil dengan sebutan ayah itu adalah cinta pertama mereka. Guratan lelah semakin memenuhi wajahnya, di setiap guratan itu pula seperti merekam setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidupnya.

Berat masa kecilnya, dia bukan berada dari kalangan orang kaya. Ayah dan ibunya petani yang kemudian menjual hasil ladang berikut ladangnya untuk kemudian mengirim anak pertamanya menempuh pendidikan kepolisian di ibu kota tempat dia tinggal.

Ayah tak banyak mengeluh, sekali pun terkadang ibu nampak begitu keras pada ayah. Kadang sedih dirasa, mengapa ibu bisa begitu kerasnya. Tapi, belakangan saya mengerti apa yg melatarbelakangi ibu untuk berlaku begitu. Ayah dan ibu adalah anak pertama di dalam keluarganya. Dan keduanya menjalani hari-hari yang berat di dalam hidup mereka, masa kecil, masa remaja mereka.

Ayah, yang saya ingat beliau selalu membawa buah tangan begitu datang setelah dinas meninggalkan kami selama berbulan-bulan. Sepanjang waktu samlai akhir masa jabatannya, dia tidak pernah meninggalkan tugasnya untuk waktu yang lama, kewajiban katanya.

Menjelang pensiunnya, di akhir masa tuanya, ia ingin mengunjungi saya katanya. Tapi, apa hendak dikata adik lelaki saya adalah tidak mungkin meninggalkan ibu seorang diri dengan adik lelaki saya itu.

Ah ya Rabb

Tanpa menuliskan ini pun, aku tau Engkau mendengar keluh kesah hamba Mu.

Setiap manusia memiliki jalan terjal dalam hidupnya. Mungkin inilah jalan terjal di dalam kehidupan ayah dan ibuku, memohon belas kasih Mu agar kau jaga selalu kedua orang tuaku. Mereka begitu jauh dari jangkauan tanganku, jari jemariku. Tak ada se ujung kuku pun sholehnya aku, tentunya belumlah pantas aku banyak meminta kepada Mu.

Lelaki gagah itu, beranjak menua semakin lemah ia. Kadang dari kejauhan aku mendengar suaranya terbatuk-batuk, masih enggan ia berhenti dari kebiasaan merokoknya. Ayah bisa dikatakan nyaris tidak pernah marah pada ibu. Ada sekali dua saya melihat ibu menangis dan itu pun ayah hanya diam.