Pages

Thursday, February 26, 2009

shadaqah itu

Bukhari Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah R.A ia berkata :
“Seseorang pernah datang kepada nabi S.A.W, lalu bertanya : ‘ya Rasulullah, shadaqah mana yang pahalanya paling besar?’ Beliau menjawab : ‘shadaqah yang engkau keluarkan saat engkau sehat, kikir, takut tertimpa kemiskinan, dan sangat ingin menjadi orang kaya, lalu engkau tidak menundanya hingga nafas menyesak di kerongkongan, sehingga engkau hanya bisa berkata “harta ini (kuwasiatkan) untuk si fulan : harta ini (kuwasiatkan) untuk si fulan: dan harta ini (kuwasiatkan) untuk si fulan”.

Saturday, February 21, 2009

Bocah Ingusan, itu fakta

Bocah ingusan

Kucal, kumal, kupikir 3 thn kira-kira umurnya, berair matanya, sedih ia rupanya, dan menahan sakit karena ulah kakak lelakinya, kupikir 7 – 8 tahun umurnya. Tidak jauh berbeda dalam hal kucal dan kumalnya.

Si kakak pergi meninggalkan adiknya. Dalam diam, bocah kecil itu menitikkan air mata, menghampiriku dan beberapa orang temanku. Mencoba menyeka air matanya, mencoba membersihkan ‘air yang turun’ dari hidungnya. Ia tak mau, bocah ingusan 3 tahun itu tidak mau, ia menolak dengan bahasa tubuhnya, membalikkan badan untuk kemudian menyeka sendiri dengan menggunakan kerah bajunya.

Siapa nama, menangis karena apa, siapa orang tuanya dan dimana, tidak dijawab olehnya. Bocah kecil ingusan itu tidak bergeming. Ia berkulit cokelat, berambut kemerah-merahan, tetap menadahkan tangan sembari tak henti memandangi wajahku yang kini berdiri tepat di hadapannya dengan tinggi tak jauh berbeda, bahkan mungkin sama.

Ku tatap wajahnya, pandangan tertuju pada kedua matanya, mencoba menyelami apa yang ada di dalamnya. Ia masih diam, ku tinggalkan ia sejenak, mencoba menghampiri kakak lelakinya yang berada tidak begitu jauh dari bocah lelaki kecil ingusan ini.

Bertanya, ia membalas dengan memaki dengan intonasi dan kata-kata yang keras dan kasar, jauh dari sopan menurutku, anak sekecil itu. Untuk siapa uangnya, adiknya kenapa, diapakan, kakak lelaki itu hanya menjawab sekenanya, dalam bahasa jawa, kasar pula.

Untuk ibu, jawabnya, lalu ‘diamlah, nanti gua bacok’, masya Allah, anak sekecil itu kata-katanya sudah seperti itu. Terkejut dan miris rasanya. Kakak lelaki itu pun pergi, ia menarik paksa lengan adik lelakinya, kemudian menjambak rambutnya sembari sesekali memukulinya, entah dengan tangannya entah dengan kakinya.

Aku dan keempat orang temanku yang berada tidak jauh dari situ, hanya bisa diam, terpana. Seorang teman sampai tidak berhenti menatap sembari menganga. Kami hanya memandang penuh heran dalam diam. ‘Kenapa bisa seperti itu’ ujar ku, ‘didikan keluarganya, sepertinya kakak lelakinya sering dipukuli oleh orang tuanya, sehingga si kakak membalaskan pada bocah kecil ingusan itu’ begitu jawab salah seorang temanku.

Menarik nafas panjang dalam keheranan, sekiranya di provinsi ini ada komisi perlindungan anak, yang seperti ini memang sudah seharusnya dilindungi. Bukan dilindungi dari si kakak lelaki yang begitu gemar memukuli, tetapi dari orang tua yang nampaknya, sepertinya tidak sayang pada anaknya.

Di Negara maju, ketika orang tua dirasa tidak mampu mengurus anak-anaknya, maka pemerintah yang akan mengambil alih, hingga si anak tumbuh dewasa atau hingga orang tua dirasa mampu merawat anak-anaknya.

Di negeri ini, fakir miskin dan akan-anak terlantar dipelihara oleh Negara, dijamin oleh Negara. Maka, bukannya meerasa malu, lantas enggan untuk menggunakan pasal yang ada, melainkan semakin berlomba-lomba bergaya, berlagak, berkata ‘kami fakir miskin, kami anak terlantar’ tanpa ada rasa malu. Kalau seperti ini, Negara ini bisa bangkrut hanya dalam beberapa hari, mengingat akan begitu banyak yang mengaku tidak mampu, dan Negara harus membiayai itu.

Sekiranya, Negara ini seperti halnya Negara maju dalam hal pengasuhan anak, maka orang tua yang tidak waras akan berlomba-lomba untuk menyegerakan menyerahkan anaknya pada Negara, untuk dirawat, diasuh hingga ia dewasa, secara Cuma-Cuma tentunya.

Tak ada itu rasa malu manakala menggolongkan diri menjadi ‘tak mampu, fakir miskin’, melainkan berlomba-lomba menjadi tak mampu atau mengupayakan agar terlihat seperti golongan tidak mampu. Berlomba-lomba menjadi peminta-minta, demi uang yang tidak seberapa.

Kulihat itu menjadi salah satu potret di negeriku dalam tinjauan mata, hati, dan kepala. Contoh nyata, BLT tentunya, bagaimana mereka yang mengantri datang dengan membawa kendaraan pribadi, kendaraan bermotor dengan plat berakhiran ‘xx’ di belakangnya. Atau yang datang dengan penuh perhiasan yang ada pada dirinya, dan berpikiran baik saja dengan berkata ‘mungkin saja ia meminjam dari tetangganya’.
Lihat bagaimana masyarakat di negeri ini, berlomba-lomba menjatuhkan diri menjadi si miskin ketika BLT disebarkan, ketika daging kurban didistribusikan, ketika zakat fitrah dibagikan. Lihat pula bagaimana kiranya masyarakat di negeri ini yang berubah sedemikian rupa sehingga ketika hari raya tiba, apa yang tidak patut ada, menjadi ada, kendaraan-kendaraan berplat ‘xx’ di belakang bertebaran, hilir mudik tidak keruan. Pusat perbelanjaan ramainya bukan alang kepalang, ‘setahun sekali katanya’, subhanallah, beginilah potret unik dari negeri yang majemuk ini.

Sekiranya Negara ini seperti halnya Negara maju, dimana pengangguran dengan sedia pemerintah menanggungnya, tentunya sudah begitu banyak manusia-manusia malas, tidak waras. Yang mendaftarkan dirinya menjadi salah satu pengangguran yang layak disantuni di negeri ini.

Pada kenyataannya, Negara maju itu, pengangguran yang ada di dalamnya, justru merasa malu, merasa enggan mengikuti, mendaftarkan diri menjadi salah satu pengangguran yang layak mendapat santunan sampai beberapa waktu yang aku tak punya pengetahuan akan hal itu.
"thats the Fact Pall"

makan bayi u vitalitas ????

Cerita ini ditulis oleh seorang wartawan di Taiwan sehubungan dengan adanya gosip mengenai makanan penambah kekuatan dan stamina yang dibuat dari sari/kaldu janin manusia.

‘Healthy Soup’ yang dipercaya dapat mendapat stamina dan keperkasaan pria terbuat dari janin bayi manusia berumur 6 - 8 bulan dapat dibeli perporsi seharga 3000-4000 RMB (mata uang setempat). Salah seorang pengusaha pemilik pabrik di daerah TongWan, Taiwan mengaku sebagai pengkonsumsi tetap ‘Healthy Soup’. Sebagai hasilnya, pria berusia 62 tahun menjelaskan khasiat Healthy Soup’ ini mempertahankan kemampuannya untuk dapat berhubungan seks beberapa kali dalam semalam.

Penulis diajak oleh pengusaha tersebut di atas kesalah satu restoran yang menyediakan ‘Healthy Soup’ di kota Fu San - Canton dan diperkenalkan kepada juru masak restoran tersebut. Katasandi untuk ‘Healthy Soup’ adalah BAIKUT.

Juru masak restoran menyatakan jenis makanan tersebut tidak mudah didapat karena mereka tidak tersedia ‘ready stock’. Ditambahkan pula bahwa makanan tersebut harus disajikan secara fresh, bukan frozen. Tetapi kalau berminat, mereka menyediakan ari-ari bayi (plasenta) yang dipercaya dapat meningkatkan gairah seksual dan juga obat awet muda.. Juru masak restoran tersebut mengatakan jika memang menginginkan Healthy Soup’, dia menganjurkan untuk datang ke sebuah desa di luar kota di mana ada sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung 8 bulan.

Diceritakan pula bahwa si istri sebelumnya sudah pernah mengandung 2 kali, tetapi kedua anaknya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Jika kali ini lahir perempuan lagi, maka ‘Healthy Soup’ dapat didapat dengan waktu dekat. Cara pembuatan ‘Healthy Soup’, seperti yang diceritakan oleh jurnalis yang meliput kisah ini adalah sebagai berikut: Janin yang berumur beberapa bulan, ditambah Pachan, Tongseng, Tongkui, Keichi, Jahe, daging ayam dan Baikut, di tim selama 8 jam, setelah itu dimasak selayaknya memasak sup.

Beberapa hari kemudian seorang sumber menghubungi penulis untuk meberitahukan bahwa di Thaisan ada restoran yang sudah mempunyai stok untuk ‘Healthy Soup’. Bersama sang pengusaha, penulis dan fotografer pergi ke restoran di Thaisan untuk bertemu dengan juru masak restoran tersebut yang tanpa membuang waktu langsung mengajak rombongan untuk tour ke dapur. Di atas papan potong tampak janin tak bernyawa itu tidak lebih besar dari seekorkucing. Sang juru masakmenjelaskan bahwa janin tersebut baru berusia 5 bulan. Tidak dijelaskan berapa harga belinya, yang pasti itu tergantung besar-kecil, hidup-mati janin tersebut dan sebagainya.

(Masya Allah!!!). Kali ini, harga per porsi ‘Healthy Soup’ 3,500 RMB karena stok sedang sulit untuk didapat. Sambil mempersiapkan pesanan kami, dengan terbuka juru masak tersebut menerangkan bahwa janin yang keguguran atau di gugurkan, biasanya mati, dapat dibeli hanya dengan beberapa ratus RMB saja, sedang kalau dekat tanggal kelahiran dan masih hidup, bisa semahal 2.000 RMB. Urusan bayi itu diserahkan ke restoran dalam keadaan hidup atau mati, tidak ada yg mengetahui. Setelah selesai, ‘Healthy Soup’ disajikan panas di atas meja, penulis dan fotografer tidak bernyali untuk ikut mencicipi, setelah kunjungan di dapur, sudah kehilangan semua selera makan, maka cepat-cepat meninggalkan mereka dengan alasan tidak enak badan.

Menurut beberapa sumber, janin yang dikonsumsi semua adalah janin bayi perempuan. Apakah ini merupakan akibat kebijaksanaan pemerintah China untuk mewajibkan satu anak dalam satu keluarga yg berlaku sampai sekarang, atau hanya karenakegemaran orang akan makanan sehat sudah mencapai suatu kondisi yang sangat tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat manusia.
-hmmmh, kira-kira di Indonesia ada ndak ya???-

Thursday, February 19, 2009

orang gila aja tau

Hai orang Israel,
(Diam sejenak, berjalan hilir mudik, kemudian)

Hentikan perang mu,
(Kembali diam, berjalan hilir mudik)

Keluarlah dari negeri
(Tetap diam, berjalan hilir mudik)

Israel
(Masih diam, berjalan hilir mudik)

Sepenggal puisi, saya tidak tahu siapa pengarangnya, yang jelas yang membacalah yang mengarangnya. Lucu, tertawa geli tertahan ketika melihat, mendengarkan puisi itu dibacakan oleh si empunya, oleh si pengarangnya. Bukan bermaksud tidak menghargai, hanya saja, yang membuat dan yang membacakan puisi itu adalah orang gila, maka keluarlah umm apa ya, mungkin tajuk, ya sepertinya lebih enak membahasakannya sebagai tajuk, ya tajuk kali ini adalah ‘orang gila aja tau’.

Macam-macam saja berita, kadang saya setuju saja dengan pendapat ‘matikan televisi mu’, sepertinya saat itu banyak dampak negative yang barang itu berikan pada yang punya ‘kedoyanan’ menonton itu barang. Tapi kadang, ada manfaatnya juga, ya tentunya bila yang dipelototin itu sesuatu yang bermanfaat menurut sudut pandang khalayak tentunya.

Ada yang membuat tertawa, dengan ikhlas tentunya, karena memang mengundang tawa, ya seperti berita tentang si orang gila dengan puisi israelnya. Ada juga yang membuat tawa ndak ikhlas tentunya, ada sedikit berita tentang gizi buruk di Indonesia, sampai meninggal pula. Kadin kesehatan terancam dipecat , begitu katanya. Apa benar begitu? Entahlah, pejabat biasa berjanji, dan saya sudah bosan dengan janji-janji. Ada juga cerita tentang warga miskin di samarinda, luar biasa memprihatinkan kondisinya, ya namanya juga orang miskin. Tapi, yang luar biasa, ternyata masih ada masyarakat yang tergolong sangat miskin, whuahhh yang miskin saja, sudah begitu bentuknya, rupanya, keadaannya, apalagi yang tergolong sangat miskin, mau gimana lagi rupanya, ndak tau saya.

Yang membuat saya tertawa, beberapa waktu yang lalu, menjelang akhir tahun 2008, menteri ekonomi dari negeri antah berantah ini berkata, oh tidak, saya tidak tahu dia berkata atau tidak, anggap saja, mengeluarkan pernyataan, ya menteri urusan ekonomi itu menyatakan ‘angka kemiskinan di Indonesia berkurang hingga 30 %’. Saya tertawa, tertawa miris karenanya, menurun 30%, tapi kok ya gizi buruk masih ada saja, orang miskin jadi tambah nampak saja, bahkan sampai taraf sangat miskin pula, ya sudahlah, kamu yang mbaca saja ndak ngerti, apalagi saya, lebih-lebih ndak ngerti lagi, so adios…he..3x welcome to the jungle dan life is struggle coy.

Monday, February 16, 2009

Keranjingan komputer bikin leher MERADANG

artikel ini, disadur plek banget dari situs detikinet.com
Pernahkah Anda merasa nyeri leher atau sakit kepala setelah seharian bekerja? Bisa jadi ini karena Anda terlalu lama mengoperasikan komputer. Sebab disinyalir, penggunaan komputer dalam jangka waktu lama bisa memicu munculnya nyeri leher.
Fisioterapi Leonie Smith menyebutkan bahwa jumlah keluhan sakit leher pada siswa kelas 10-12 di Western Cape, Afrika Selatan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah jam penggunaan komputer setiap minggunya. Di tahun 2006, seperti dikutip detikINET dari red orbit, Senin (16/2/2009), Smith pernah menggelar sebuah penelitian di Stellenbosch University, Tygerberg, Afrika Selatan, tentang kaitan antara durasi penggunaan komputer dengan sakit kepala atau nyeri leher.
Penelitian ini melibatkan sekitar 1073 mahasiswa, sekitar 65 persen di antaranya adalah wanita, dengan usia rata-rata 16 tahun. Hampir separuh mahasiswa tersebut mengoperasikan komputer di sekolah. Dari mahasiswa yang menggunakan komputer, sekitar 43 persen mengaku mengoperasikan komputer selama 8,5 jam atau lebih per minggu. Smith mengungkapkan belum melihat kaitan jelas antara durasi penggunaan komputer dengan sakit di kepala.
Meskipun tidak disangkal banyak juga mahasiswa yang mengeluhkan sakit di kepala dan lehernya, khususnya para remaja wanita. Sakit leher kerap dialami kalangan mahasiswa yang sering menggunakan komputer dalam jangka waktu lama. Sekitar 16 persen mahasiswa yang menghabiskan waktu lima jam untuk mengoperasikan komputer tiap minggunya mengaku nyeri leher. Jumlah ini meningkat menjadi 48 persen, setelah menggunakan komputer selama 25-30 jam selama seminggu.
"....jadi solusi tepatnya sie, baiknya .... jangan berlebih-lebihan terhadap sesuatu, jangan juga melampaui batas... ya kalau bisa sie, tapi kalau ndak bisa, ya ndak apa juga, cuma tinggal nunggu aja sakitnya he...3x. Tapi jangan lupa, Allah sendiri sudah beberapa kali mencantumkan di dalam Al Qur'an, untuk tidak melampaui batas dan tidak berlebih-lebihan...."

Friday, February 13, 2009

---ummm---

"kamu sadar ndak, kamu itu sudah membunuh perasaan lelaki"

'gDubbbbRAaakKKK, masya Allah salah apalagi saya ini.

Haduh, pusinggg, mummeetttt,
jalan-jalan di bawah hujan
pada intinya, 'hujan-hujanan'
biar mengalir itu mumet, hanyut terbawa air hujan
biar hilang itu pusing, terbang menguap bersama debu-debu yang beterbangan.

eh si mumet memang hilang, hanyut sepertinya
si pusing tetap bertahan, pusing karena kena hujan
dari gerimis hingga hujan deras berkepanjangan.

'membunuh perasaan'
begitulah kira-kira
karena ketidakpekaan saya yang begitu parahnya, jadi pernyataan itu beliau lontarkan begitu saja

'membunuh perasaan lelaki'
begitu katanya

Wednesday, February 11, 2009

Dilema

Lelah, ya saya lelah, kaki ini pun lelah. Duduk lama di dalam metromini, membuat saya tidak sadar bahwa saya akan segera sampai di tujuan, jalan kopi. Mencoba meregangkan syaraf-syaraf yang terlelap dalam istirahat, mata ini tertumpu pada sebuah stiker bertuliskan ’jauh dekat Rp 2.500 rupiah’. Padahal berdasarkan keputusan PerDa, tarif angkutan untuk mahasiswa dan pelajar hanya Rp 2.000 rupiah saja


Kembali, dilema, antara ingin memperjuangkan hak saya atas uang Rp 500 rupiah saja dan keinginan untuk memakmurkan mereka agar kiranya propinsi ini tak lagi mendapat peringkat propinsi termiskin di negeri Indonesia tercinta.


Pikiran yang ada di kepala terus saja berkompromi, berdiskusi dengan hati. Terjadi perdebatan sengit antara pikiran yang mengedepankan logika dengan hati yang mempertahankan nurani di dalam diri. Dan pada akhirnya, hati dapat mengalahkan pikiran dengan menggunakan nurani.


Lama menimbang-nimbang antara Rp 2.000 rupiah dengan Rp 2.500 rupiah, ’Gila !!!’ dan akhirnya, saya menyerah, ’yah hitung-hitung sedekah’ begitu hati nurani berkata untuk menentramkan pikiran yang ada di kepala. Saya bayarkan pada si abang Rp 10.000 rupiah, ”untuk dua orang bang” begitu ujar saya padasi abang kernet metromini yang saya dan eneng tumpangi.


Saya pun segera turun dari angkutan, eneng tetap di dalam, melanjutkan perjalanan karena memang tempat saya dan eneng tinggal, agak berjauhan. Beginilah kehidupan ’argggh entahlah....’ sebentar lagi adzan maghrib menggema, membeli nasi bungkus di warung makan pak adib, warungnya mahasiswa. Tidak ada kenaikan harga yang berarti yang membebani kantong ini, meskipun semua serba naik, sana-sini.


Meneruskan perjalanan, melangkahkan kaki hingga sampai di asrma Annisa yang sudah hampir 5 tahun saya diami kini. Matahari sudah terbenam, beginilah hari ini dan kembali kepala ini mengajak pikiran untuk berdamai dengan hati hingga terciptalah kata-kata melankoli yang menggelitik hati.


Sejatinya, banyak pelajaran yang dapat diambil bila mau melihat meskipun hanya sekejap.


Teman-teman dewi menggelandang


Dan pagi ini, hari minggu, saya melihat teman-teman dewi menggelandang. Mereka tidur di depan sebuah warung internet, kasihan dan sayangnya hanya kata-kata kasihan yang dapat saya ucapkan. Padahal sampai kapan pun, kata-kata ’kasihan’ itu tidak akan dapat memberi perubahan. Maka, pada akhirnya hati dan pikiran ini berkata bahwasannya kaya bukan menjadi suatu pilihan melainkan menjadi sebuah keharusan.


’Tapi bagaimana caranya?’ Begitu kata pikiran pada hati ini. ’biar Allah yang tunjukkan’ begitulah hati berkata pada pikiran yang ada di kepala.


-end-

Tuesday, February 10, 2009

Mereka juga manusia

Minoritas, kadang menjadi bagian dari sesuatu yang minoritas, maka ketika si minoritas mencoba naik, keluar, ingin nampak ia dipermukaan, mereka yang mayoritas, mulai memasang lampu sorot yang menyilaukan.

Tatapan-tatapan tajam dari mata-mata si mayoritas, dirasa begitu menghujam, ingin mundur, ingin kembali berada di dalam, tak ingin lagi muncul ke permukaan. Tapi, sesuatu itu membuat si minoritas bertahan

Mari berbicara tentang si minoritas.

Partai Keadilan Sejahtera, sejarah tentang partai ini, saya tidak begitu mengerti, tidak begitu mengamati. Saya bukan kader, terus terang saya bukan kader dari partai ini. Suka politik pun saya tidak, menyentuhnya pun saya enggan, politik kampus saja sudah cukup membuat saya gerah, jengah.

Beberapa waktu belakangan ini, menjelang PEMILU tahun 2009 ini, partai yang satu ini sedikit menjadi sorotan, ada isu-isu yang mengatakan partai ini ingin menegakkan syariat islam di negeri yang majemuk ini, entahlah wallahu alam saya tidak tahu.

Mengapa harus berbicara tentang partai kali ini, saya tidak suka politik, sangat, tapi saya lebih tidak suka lagi dengan seseorang, sekelompok orang yang menyudutkan. Saya tidak suka dengan mayoritas yang semakin lama semakin nampak melampaui batas.

Menjadi mayoritas, menjadi berbeda tidak semudah yang dikira, rasakan sendiri bila kamu pernah mengalaminya.

sudah cukup berbasa-basi yang tidak jelas juntrungannya. Beberapa waktu lalu, seorang kader PKS tertangkap di sebuah panti pijat, bisa diterka, bisa diduga, ramai-ramai orang membicarakannya, di media massa, baik elektronik mau pun media cetak. Ada yang bersikap datar, ada pula yang kecewa, itu wajar, saya katakan wajar, entah, tapi sikap seperti itu wajar.

Tetapi ada beberapa yang menurut kepala saya tidak wajar. Ada yang mengumpat, ada pula yang menghujat, ada yang langsung tertuju pada pribadi, pada pelaku, ada yang secara luar biasa mengeneralisir bahwa partai tempat dia bernaung, ndak jauh berbeda.

Ini yang membuat kepala saya menjadi tidak jelas rasanya.

Ingin saya berkali-kali berkata, 'dia juga manusia', 'mereka juga manusia', dan 'kamu yang membaca ini juga manusia'. Kita tidak pernah akan tahu kapan kiranya kita akan berbuat salah, dan ketika kesalahan itu menimpa kita, maka kita pun ingin orang lain memahami bahwasannya 'kita ini manusia, saya ini manusia'.

Masya Allah, manusia, Allah Yang Maha Mulia saja, mau memaafkan kesalahan manusia, hamba Nya, sebanyak apa pun kesalahan mereka, selama tidak menyekutukannya. Tetapi, manusia terkadang suka bertindak melampaui batas, melebihi Tuhannya.

Monday, February 9, 2009

Wanita dengan sembilan nafsunya

Saya masih saja berjalan dengan si eneng, berjalan dalam diam sembari pikiran ini melayang-layang. Apa yang saya cari di pasar tradisional ini tidak saya dapatkan, tetapi si eneng yang tidak punya keperluan selain menemani saya, akhirnya membeli sesuatu yang tidak ia rencanakan.


Beginilah kiranya wanita, begitu lemah dengan sembilan nafsu yang ada padanya. Saya tidak menemukan apa yang saya cari, memang selalu begini kiranya bila saya dengan sengaja meluangkan waktu untuk mencari, tetapi pada akhirnya kepala ini berkata ”tak apalah, berarti pada yang dicari belum menjadi rezeki di hari ini”.


Akhirnya, kaki ini benar-benar tidak tahan lagi. Ia semakin meronta, kelelahan, nampaknya timbunan asam laktat sudah semakin meningkat. Saya heran berikut kagum pada mereka, wanita-wanita yang betah berjalan, berlama-lama sampai berjam-jam demi apa yang namanya berbelanja.


Hari sudah semakin senja, saya pun memutuskan mengajak si enang untuk segera pulang, sudah benar-benar tidak tahan. Toko-toko sudah mulai menutup gerainya, memasukkan barang-barang dagangannya, hampir pkl 17.00 WIB saya melirik penunjuk waktu di handphone yang saya punya.


Kami pun melangkahkan kaki untuk mendapatkan angkutan umum tujuan rajabasa, karena memang bukan di sekitar pasar jalur operasinya. Lama berjalan akhirnya ’hh lega’ duduk diam dia dalam metromini, sembari menikmati hembusan angin dari jendela yang terbuka.


-bersambung-

Saturday, February 7, 2009

Hidup penuh dengan perjuangan

Hari semakin senja, kaki ini sudah mulai jenuh berjalan, padahal belum begitu lama ditambah lagi polusi yang semakin hari semakin meninggi kadarnya (nampaknya).


Saya memilih pergi berbelanja di sore hari, agar tak erlu kiranya saya membuang waktu percuma di tempat yang terkadang lebih banyak mudharat daripada manfaat, pasar ya pasar.


Lama berjalan, sampailah kami di salah satu puat perbelanjaan tradisional yang ada. Saya menyegerakan mencari apa yang memang sudah saya rencanakan.


Beberapa waktu yang lalu, pasar ini sudah ditertibkan, pedagang-pedagang kaki lima dipaksa untuk angkat kaki karena dirasa mengganggu ketertiban, kerapihan dan ke..ke.. lainnya. Namun pada kenyataannya, mata ini memandang ke sekelilingnya, papan pengumuman yang bertuliskan ”dilarang berjualan di sepanjang jalan ini” tidak diindahkan. Pedagang-pedagang yang mencari penghidupan itu, sesuka hati menggelar dagangannya, tak peduli.


Entah apa yang ada dipikiran mereka, hanya saja menurut kepala ini, mereka tidak bersalah, yang membuat pengumuman pun tidak bersalah, lalu siapa yang salah ??? ’entahlah’.


Kepala ini membawa diri dan hati berjalan-jalan, melayang-layang, memikirkan, membayangkan, bagaimana susahnya mereka yang berdagang di sepanjang jalan, manakala petugas kamtibmas datang dan mengejar-ngejar mereka yang ternyata masih membandel untuk tetap berjualan. Dan pada akhirnya ’inilah kehidupan, benar bahwa kiranya hidup itu penuh dengan perjuangan, dan ini salah satunya’.


Semua yang ada, semua yang saya temui sepanjang perjalanan saya dengan si eneng, adalah bagian dari kehidupan. Masing-masing memiliki peran penting bagi terciptanya harmoni, keseimbangan dari sistem yang ada dalam kehidupan ini.


Ada penjual, ada pembeli, ada yang tua, ada pula yang muda, ada yang baik, ada juga yang jahat, ada yang memberi ada juga yang menerima dengan menengadahkan tangannya, memelas, hingga tak peduli menjual harga diri.


Terus saja diri ini diam dalam kata, lalu ”mengapa isi pengajian itu ibu-ibu tua semua? Apa yang muda masih belum tertarik dengan sebuah kata ’taubat’ ???? entahlah, abstrak.


-bersambung-