Pages

Wednesday, April 20, 2011

Analisa sederhana tentang perbedaan

manusia dewasa? dari sisi mana maka seorang manusia dikatakan dewasa. Dari segi usia? atau dari sisi pengalamannya tentang hal tertentu? dan bisa dikatakan pengalaman sejalan dengan usia seseorang. Maka, kesimpulannya pengalaman seiring dan sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.

Beberapa waktu sejak kejatuhan saya beberapa bulan yang lalu, tepatnya desember 13, 2011. Saya lebih sering menghabiskan waktu di depan layar netbook saya. Terkadang, saya katakan saya sudah seperti manusia -autis-, menjadi sibuk dengan dunia sendiri, dunia maya.

Saya adalah tipe manusia yang senang mengamati, menganalisa, mencari ruang sendiri, yang ramai tapi sebenarnya sepi. Senang pula mempertahankan sesuatu agar tidak hilang digerus waktu yang menggerogoti ilmu pengetahuan itu. Maka, kembalilah saya berkutat dengan dunia maya, dunia -cyber, cyber chat-. Beberapa kali saya masuk ke -room- Indonesia, entah kenapa tapi saya tidak menemukan rasa nyaman di sana. Room, room itu terlalu sibuk dengan bahasan-bahasan anak-anak -cetakan- zaman sekarang. Mungkin dari usia, mereka tidak jauh berbeda dengan saya, tetapi zaman yang membuat pola pikir mereka dan saya berbeda. Maka, saya tinggalkan room Indonesia.

Entah kenapa, kemudian saya terdampar di room Australia 4 dan 5. Sepi, tidak banyak arus komunikasi di sana, yang ada hanya percakapan bias, dari para -BOTS- yang meramaikan suasana. Dan dari room ini juga saya tahu tentang apa itu -BOTS-. Pengertian sebenarnya saya kurang tahu, tetapi intinya BOTS adalah pelacur, wanita tuna susila, tetapi melalui dunia maya.

Prostitusi melalu berbagai media, manusia memang cerdas luar biasa melihat peluang. Karena memang ada yang mengkonsumsi layanan ini, bersedia untuk membayarkan ratusan dolar untuk melihat hal berbau -nude, porno- dan sebagainya.

Banyak hal yang saya pelajari dari sana, tentang kenyataan bahwa orang kulit putih -western-, beberapa yang saya temui, -kasar, cendrung tidak sopan, cendrung rasis, cendrung tidak bisa menerima perbedaan-. Amat sangat miris ketika di ruang publik seseorang dengan ID breezy1_23, yang berwarganegaraan australia, menghina chatters dari Philipina dan India. Semua kata-kata kotor dia keluarkan, saya pun menjadi heran, keheranan. Cerita lain lagi ketika saya berbincang dengan seorang pria kulit putih, saya lupa dia berasal dari negara mana. Pendek kata, dia mengatakan saya yang memakai jilbab adalah -misserable-. Pengalaman lain lagi, ketika seseorang yang berada di dalam contact list saya, dengan ID william_william, bersikukuh mengatakan saya tersiksa dengan jilbab saya. Atau ketika dia mengatakan bahwa agama saya sudah mengekang kebebasan pemeluknya. 

Lama, saya menjadi berpikir, menganalisa, sebenarnya yang kampungan itu, saya yang berasal dari negara berkembang? atau mereka yang katanya berasal dari negara maju. Kedewasaan berpikir mereka tidak semaju teknologi dan perekonomian yang mereka punya. Pada kenyataannya, mereka lebih cendrung tidak siap menerima perbedaan dibandingkan dengan yang lainnya. Ya, memang tidak semua orang kulit putih (yang konon kurang pigmen) bersikap seperti itu. Tetapi, mendengar kisah-kisah, tentang supir taksi (beragama muslim) yang ditusuk di Amerika karena ke-muslim-annya. Atau, kisah tentang pasangan suami istri yang tewas dengan mengenaskan di hadapan polisi dan hakim di Jerman. Membuat sketsa-sketsa itu menjadi semakin jelas, semakin nampak garis-garis tegasnya, semakin nampak warna-warnanya. Semakin kentara, bahwasannya pola pikir mereka masih -infantile-, terlalu kekanak-kanakan.

Penyebabnya apa? saya kurang tau, tapi di sini tidak akan kamu temui orang kulit hitam, kuning, merah, dihina. Pada kenyataannya, mereka yang disana mengatakan -HUMAN RIGHT- justru menjadi pelanggar paling besar dalam hak asasi manusia itu sendiri. Mereka mengalami degradasi moral yang luar biasa parahnya, kenyataan bahwa mereka ternyata lebih tidak siap menerima perbedaan yang -krusial-, bila dibandingkan dengan yang lainnya.

Mungkin mereka bisa menerima perbedaan pendapat, bisa menerima keberagaman tentang -gonta ganti pasangan SEX di ranjang-, mereka pun bisa menerima keberagaman menikah -beda agama-, bisa pula menerima perbedaan tentang -sebagian orang yang -TELANJANG- di sebuah pulau. Gila, itu yang mereka sebut dengan -menghargai perbedaan-. Tapi, ketika ini mengenai warna kulit, mengenai agama, mengenai dari negara kamu berasal. Mereka, menjadi seperti kerbau dicucuk hidungnya, berubah menjadi banteng spanyol yang menyeruduk siapa saja, karena tidak sama -bantengnya- dengan si banteng itu sendiri tentunya.

Agak mengejutkan saya, karena ternyata pendewasaan berpikir mereka masih jauh dari apa yang saya kira.

Ya memang tidak semua orang kulit putih (bule) seperti itu, tetapi beberapa orang yang saya temui, dapat saya jadikan contoh, hingga saya dapat menuliskan mereka di blog saya saat ini, sore hari ini. Ada terbesit kekecewaan sebenarnya, tetapi manusia tetaplah manusia.

Sunday, April 17, 2011

Jangan pernah ada kata -rencana terakhir-

Pikiran ku menerawang jauh, melampaui sela-sela besi tua, yang nampak langit biru tanpa awan putih yang berarak. Setiap simpul-simpul syaraf berkata 'tuliskan sesuatu untuk kami, tentang apa yang dapat kamu dapatkan dari kami'. Begitu kira-kira mereka berkata, aku pikir saatnya aku untuk bercerita, menjadi manusia ketiga, manusia yang berada di luar kotak, manusia yang menjadi pengamat. Manusia yang jiwa dan alam pikirannya terbang keluar dari raga yang stagnan, terpaut dan tergantung pada ruang dan waktu.

Alunan lagu it might been you yang dinyanyikan oleh Stephen bishop, mendampingi alam pikiranku. Membawa jiwaku semakin melambung jauh. Berpikir tentang kehidupan, tentang arti dan makna sesungguhnya dari kata kesempatan, dari sebuah umpama bahwa setiap manusia harus punya rencana. Rencana A, B, C, D dan seterusnya bila memang itu ada.

Panasnya cuaca, melihat matahari begitu riang menebarkan sinarnya, sebagai ujud -kewajiban-. Lihat dinding rumah tetangga, diliputi lumut yang tersebar secara sporadis, sesuka hati mereka kemana saja. Tetapi, apakah lumut memiliki hati? Biarlah pikiran yang berimajinasi tentang itu semua.

Aku memiliki rencana, banyak rencana, meskipun terkadang secara tak sadar, semua terlaksana secara tidak sengaja. Atau, ketika aku memaksakan memiliki rencana, dan tak satu pun yang terlahir ke dunia, atau ia lahir tapi dalam ujud yang tak kasat mata. Manusia seperti aku, terbiasa membuat banyak rencana, bila mungkin dari A sampai Z, dari 1 hingga angka terakhir yang ingin aku tetapkan sebagai rencana terakhir. Rencana yang mungkin tidak menyenangkan psikologi tetapi sebenarnya ia adalah yang terbaik dari semua rencana yang ada, untuk subjek yang sama.

Beberapa waktu yang lalu, simpul-simpul syarafku memaksaku berpikir, bahwa tidak pernah ada abjad terakhir dari apa yang namanya rencana. Tidak juga angka terakhir dari rencana, tidak juga kata -rencana terakhir- karena kata tersebut, sugesti tersebut, pemikiran tersebut hanya rekayasa buah pikir manusia semata. Seperti halnya ketika seorang bijak berkata -ketika nasi telah menjadi bubur, mengapa tidak kita perindah, percantik tampilan bubur dengan taburan bawang goreng? Lalu, kenapa tidak kita buat bubur itu menjadi lebih lezat dengan tambahan potongan daging ayam? Atau apapun yang kita suka, sebelum melumat habis bubur itu, menjatuhkannya telak ke dalam saluran pencernaan kita?

Seperti itulah seharusnya aku, kita, manusia berpikir tentang rencana. Kenyataan bahwa pikiran kita telah menstimulus jiwa dan raga untuk berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan zona nyaman kita sebagai seorang anak manusia. Yang terkadang, membuat kita terjatuh, ketika rencana yang kita katakan -rencana terakhir- itu, merupakan hal yang kita anggap paling akhir. Mungkin rencana yang paling tidak diinginkan, padahal sebenarnya rencana itu lah yang paling baik, dari rencana sebelumnya yang katanya -rencana pertama, rencana yang jika terlaksana, realisasinya merupakan impian kita, manusia-.

Take a bow madonna, mengakhiri kontemplasi saya siang hari ini.


Wednesday, April 6, 2011

Briptu Norman, Polisi juga manusia

Geli, lucu, terpingkal-pingkal, ya itulah yang terjadi ketika pertama kali saya melihat video seorang perwira polisi berpangkat BRIPTU, yang belakangan saya ketahui dia bernama Norman.

Alih-alih mencari sesuatu yang menarik dari tayangan televisi di negeri ini, kakak perempuan saya hari itu tiba-tiba berteriak memanggil saya, yang saat itu sedang berada di dalam kamar. Ada video lucu, begitu katanya. Video lucu itu pula yang membuat saya selama 2 hari ini bersedia menanti di depan layar televisi, sembari melihat berita teranyar dari negeri ini.

Berikut video perwira polisi tersebut


Polisi juga manusia, video yang saat ini sedang ramai-ramainya menghiasi setiap warta berita di negeri ini, sepertinya mampu menarik perhatian masyarakat yang nampaknya masih haus akan hiburan. Entah apa yang melatarbelakangi si perwira polisi membuat video berdurasi lebih kurang 6 menit tersebut. Kalau dari yang saya baca di outline salah satu televisi swasta, si perwira yang berada di dalam video tersebut, sedang mencoba menghibur rekan kerjanya.

Ada-ada saja sebenarnya, tapi lucu juga, jujur, dengan adanya video tersebut, sedikit banyak pandangan negatif saya tentang perwira polisi, jadi berkurang kadar negatifnya. Selain itu, image bahwa polisi adalah makhluk yang menakutkan, jadi sedikit berubah.

MABES POLRI dan POLDA tak perlu berlebihan

Belakangan, saya membaca outline berita, bahwa si briptu yang bernama Norman tersebut, mendapat teguran, bahkan di dalam outline berita tersebut. Si Briptu India tersebut akan dikenai sanksi. Sedikit mengecewakan buat saya, yang turut menikmati video lipsync yang si Polisi india 'nyanyikan'. Pasalnya, Briptu tersebut menurut saya tidak melakukan kesalahan yang sifatnya fatal atau merugikan. Hanya memang, image perwira POLISI jadi berubah. Yaa mungkin dapat membuat sebagian orang jadi berpikir bahwa 'POLISI ternyata manusia' juga seperti masyarakat yang lainnya. Tapi saya juga kurang tahu, kalau sekiranya di dalam peraturan ternyata si BRIPTU sudah melanggar pasal sekian dan ayat sekian.

Kalau pun tidak ada pasal dan ayat yang dilanggarnya, menurut saya, tidak perlu terlalu berlebihan menanggapi video yang dirilis oleh perwira polisi tersebut. Toh, dia menghibur orang banyak dengan leluconnya. Hanya saja, memang ada hal yang saya kurang suka dari si perwira POLISI yang berpangkat BRIPTU bernama Norman itu. Pasalnya di akhir penayangan video, si Briptu Norman menunjukkan lidahnya yang ditindik.

Eugghh, jadi Ill Feel dengan si Briptu.

Tapi, secara keseluruhan, saya pikir apa yang dilakukan oleh Briptu Norman yang ber 'lipsync' ria dengan lagu India tersebut, adalah hal yang biasa. Jadi, seandainya si Briptu 'mau' dikenai sanksi akibat ke 'kreatifitas' an nya tersebut, saya kurang setuju. Pendek kata, tidak perlu diambil tindakan serius yang malah nantinya terkesan berlebihan. Yah, biasa-biasa saja, anggap-anggap saja, tindakan si Briptu Norman tersebut, sebagai ujud 'pengubah citra' kepolisian. Dari yang terkesan negatif, menyeramkan, menjadi sedikit positif (ya meskipun sedikit) dan menyenangkan.

"Apa yang si perwira polisi berpangkat briptu bernama norman lakukan, menjadi sebuah penegasan bahwa 'Polisi juga manusia', manusia yang bisa berlaku lucu dan manusia yang juga bisa tergila-gila dengan film India hahahahaha"


Tuesday, April 5, 2011

Memanfaatkan sayuran sisa agar tidak terbuang

Sebenarnya dibilang bisa masak, ya tidak juga. Hanya saja saya tipe orang yang tidak suka buang-buang makanan atau sayuran. Maka, jadilah terkadang makanan atau sayuran yang ada di lemari es, saya olah kembali, supaya bisa menjadi makanan jadi. Hari ini, di dalam lemari es, ada beberapa buah wortel, buncis, sayuran hijau yang sudah matang, beberapa buah tomat yang sudah terlampau matang. Apa nama masakannya, nah saya belum ketemu. Tapi, biar saya urutkan dulu resepnya dan bahan-bahan yang digunakan.

Bahan-bahan
1. Wortel
2. Buncis
3. Sayuran hijau

Bumbu
1. 2 siung bawang merah ukuran besar
2. 3 siung bawang putih
4. 5 bh cabe merah
5. 5 bh cabe rawit
6. garam kasar
7. gula pasir
8. gula palm
9. terasi 1/4 sdk teh
10. 250 ml air
11. 1 buah tomat
12. 1 sdk makan minyak sayur

Cara membuat

  • Cincang halus bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe merah
  • Potong segi empat tomat
  • Panaskan penggorengan, masukkan 1 sdk makan minyak sayur
  • Tumis bumbu yang sudah dicincang halus beserta tomat, dengan api kecil.
  • Setelah harum, masukkan 250 ml air. Kemudian tambahkan garam, gula palm, terasi, gula pasir secukupnya. Semua bahan ini, berfungsi sebagai penyedap rasa alami, sehingga tidak perlu menggunakan MSG.
  • Setelah air mendidih, masukkan sayuran yang sudah dipotong (wortel, buncis, sayuran hijau).
  • Diamkan selama lebih kurang 10 menit dengan api kecil, matang, angkat.
  • Soup siap dihidangkan


Catatan.

  1. Gula pasir, gula palm, terasi dan garam berfungsi sebagai pengganti MSG, saya tidak tetapkan takarannya, karena selera setiap orang berbeda
  2. Rasa sayuran ini pedas, manis, asam, karena saya suka pedas jadi cabe nya saya buat banyak. Kalau rasa asam di dapat dari tomat, tapi tidak terlalu asam. Rasa manis berasal dari gula, sedikit gurih karena garam dan terasi.
  3. Sayuran ini hampir seperti sayur bening, tapi kuahnya berwarna orange. Warna orange berasal dari tomat, jadi lucu deh
  4. Kenapa saya cuma pakai 1 sdk makan minyak, supaya sayuran ini tidak begitu berminyak, yaaaa alih-alih menyelamatkan jantung dari kolesterol hehehe.
  5. Oh iya, bahan yang digunakan bisa sayuran apa saja, yah intinya yang kira-kira bakal dibuang, tapi sayang, gak mau mubazir. Nahh lebih baik diolah aja. Mau diolah apa? ya semua terserah anda.
  6. Setelah dicoba, diicip-icip, hehehehehe, buat saya enakkk enakk enakk
  7. Selamat mencoba
Jadi saya beri nama masakan ini
"Sop orange PMA"
(pedas manis asam)