Pages

Wednesday, August 13, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -9

Si empunya kondangan butuh perjuangan

Minggu pagi saya bergegas pergi menuju terminal Ledeng, menurut skenario hari ini, saya dan beberapa orang teman akan menghadiri pernikahan seorang kawan, lelaki. Ia menikah di daerah Subang sekitar satu setengah jam dari kota ini.

Hmmh, kondangan benar-benar butuh perjuangan. Dari Bandung menuju daerah Subang memang memakan waktu satu setengah jam, tapi ternyata, rumah yang punya kondangan sekitar satu setengah jam lagi dari Subang kota. Jadilah perjalanan yang harus ditempuh kalau ditotal menjadi 3 jam, belum lagi ditambah acara tersasar, karena si empunya kondangan tidak memberitahukan alamat kondangan dengan jelas.

Keringat si bapak sopir angkutan mulai mengucur. Sudah hampir setengah jam kami berempat yaitu saya, Fida, Ratih, dan Yanti, tersasar. Alhamdulillah si bapak mau berbaik hati mengantarkan sampai-sampai bertanya pada Lurah setempat.

Subhanallah, sepanjang perjalanan mencari alamat si empunya kondangan. Beberapa kali saya temui janur kuning melambai, dilengkapi dengan papan bertuliskan ”Pernikahan si fulan dengan fulanah”, artinya dalam satu hari ada beberapa orang yang menikah dalam waktu yang bersamaan. Apa ini musim kawin? Arrgghh pertanyaan macam apa ini?!.

Tak lama, setelah bertanya dengan pak Lurah, alamat pun akhirnya ditemukan. RT sekian RW sekian, mobil angkutan pun menuju tempat yang pak Lurah jelaskan. Subhanallah, ternyata masih beberapa kilometer lagi dari jalan umum. Akhirnya, sampai lah kami berempat di tempat Si Empunya kondangan.

Tidak ada kendaraan umum yang akan melalui jalan ini, dan itu berarti, untuk menemukan kendaraan umum, kami berempat harus berjalan kaki beberapa kilometer lagi. Tapi tak apalah, yang penting sudah sampai.

Ini kedua kalinya saya menghadiri pesta pernikahan, yang pertama seorang teman satu angkatan saya dan seorang lagi teman saya yang satu ini.

Seumur-umur, saya paling malas menghadiri acara-acara yang beginian, meskipun yang menikah itu masih tergolong keluarga dekat. Entahlah, hanya saja saya tidak begitu menyukai keramaian dan segala sesuatu yang berbau ’pesta-pesta-an’.

Pernikahan dengan menggunakan adat Sunda, ada lempar-lempar koin segala, ada juga tarik-tarik ayam yang entah dalam bahasa Sunda disebut apa, saya juga kurang tahu.

Berangkat dari terminal Ledeng sekitar pkl 07.30 dan tiba di tempat tujuan sekitar pkl 10.30, akad nikah terlewatkan. Tapi tak apalah, yang penting bisa datang turut meramaikan.

Dan luar biasa, kami yang kondangan saja butuh perjuangan, berkeringat-keringatan sampai-sampai tersasar. Apalagi yang punya kondangan, pasti lebih butuh perjuangan buat ngadain ini kondangan.

to be continued...