Pages

Friday, August 15, 2008

Buitenzorg to Batavia, untuk sebuah rencana

chapter -12

Beginilah Kota

Lama luntang-lantung di bandung. ‘Ndak’ jelas, begitu malas rasanya memutuskan untuk segera beranjak pergi dari kamar kost yang kecil ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, merasa terpaksa atau tidak, sekitar Pkl 05.00 memaksakan diri untuk bersentuhan dengan air geger arum yang begitu dingin, gigi-gigi ini saling beradu, begitu menggigil dirasa.

Masihlah gelap di luar sana, tidak ada suara ayam berkokok yang sedianya membangunkan manusia-manusia yang berada di geger arum, untuk segera tersadar dari tidur panjang selepas sholat shubuh ditegakkan. Beginilah kota, tak ada ayam jago, tidak pula ayam betina, tak ada suara-suara jangkrik, tidak pula suara katak yang riuh ramai terdengar seperti di belakang rawa asrama Annisa.

Entah sejak kapan mereka menghilang, terpinggirkan, dikalahkan, menjadi korban dari apa yang namanya perkembangan zaman. Aku ingin pulang, rindu pada harmoni-harmoni pagi dan petang hari, harmoni-harmoni yang disampaikan oleh jangkrik-jangkrik, burung-burung, katak-katak di belakang asrama, rindu pada kokok ayam jago yang memejamkan mata karena begitu hapal diluar kepala dengan teks ‘kukuruyuk’ nya.

to be continued ...