Pages

Monday, August 11, 2008

Buitenzorg to batavia, untuk sebuah rencana

chapter-6

Saya dan bapak berpisah

Saya dan bapak berpisah, bapak bilang dia mau ke kampung Rambutan dulu baru kemudian ke Bandung, sedangkan saya langsung menuju Bandung.

Bapak mencarikan saya bus terlebih dahulu, baru kemudian bapak tinggalkan saya sembari berkata ”hati-hati ya”.... ”makasih ya pak” begitu jawab saya

Diam, di dalam bus menuju kota Sangkuriang. Saya melihat bapak, ternyata, bus bapak tepat berada di sebelah saya.

Mengharap-harap agar bapak melihat ke arah saya, lalu dalam isyarat saya berkata ”bapak, minta no handphonenya”. Kaki ini bergegas melangkah setengah berlari, menghampiri bapak yang kemudian turun dari busnya.

”Pak, minta no teleponnya”. Beberapa digit angka bapak sebutkan, kembali ”makasih ya pak”. Saya dan bapak benar-benar berpisah.

NKRI harga mati

Beberapa hal yang membuat saya tertegun manakala mendengarkan bapak bercerita. Bapak bilang ”NKRI harga mati”, nampak bapak begitu mencintai negeri ini.

Mendengarkan bapak bercerita, melintaslah berita-berita tentang beberapa orang tentara yang melawan perintah atasan, menghianati satuan dengan memilih menjadi tentara bayaran.

Bapak dengan wajah seriusnya berkata bahwa wajar saja bila hal itu terjadi, karena gaji tentara kecil, sementara terkadang nyawa jadi taruhannya. Tapi, seharusnya rasa cinta pada negeri ini bisa mengalahkan apa yang namanya materi, begitu kata bapak mengakhiri.

Dan akhir dari kisah ini, bapak seperti ayah saya sendiri.

to be continued...