Pages

Tuesday, March 17, 2009

preman ompong

Preman ompong
Asli sumatera Gender wanita Umur dua puluh dua Anak nomor dua

Pulau sumatera,
diseberanginya, seorang diri, tak peduli, ia pemberani

Pulau Jawa,
didatanginya, seorang diri, tak peduli, ia seorang penjelajah sejati

Jalanan sepi,
tak peduli, seorang diri, tak peduli, ia penuh nyali

Kalimantan,
dia datang, seorang diri, tak peduli, ia ‘jantan’, begitu ujar pak satpam

percakapan di suatu pagi

umi : “bawa motor saya saja mbak”
dia : “saya ndak bisa bawa motor umi”
umi : ha….3x
dia : cengar-cengir ndak jelas

Percakapan di suatu petang

dia : isin mas bawa galon
pedagang : “kenapa harus isin, sampeyankan ndak maling”
dia : ya udah deh mas, saya jadi beli air mineralnya
pedagang : “tu, bawa motor saya mbak”
dia : cengar-cengir ndak jelas “saya ndak bisa bawa motor mas”
pedagang : “ya jangan kalo gitu, malu-maluin aja, perempuan angkat-angkat gallon”

percakapan di suatu hari
teman “hah, kamu gak bisa bawa motor cep? Gaya seperti preman, seperti laki-laki, tapi bawa motor aja gak bisa ha…3x"
dia "tersenyum malu-malu"

perenungan di suatu waktu di suatu pagi
“rasulullah bersabda, ajarilah anak-anakmu memanah, menunggang kuda, dan berenang”
Diam, berpikir, menyamakan, merelevankan dengan zaman sekarang.

Menunggang kuda samakan saja dengan mengendarai kendaraan bermotor = tidak bisa
Berenang, tetap berenang = tidak bisa
Memanah, katakan saja beladiri = sedikit-sedikit bisa, dicampur nekad tentunya

Akhir dari perenungan
Dia : “ha…3x”

‘preman ompong’,

Monday, March 16, 2009

niat ndak mau menikahnya jadi batal

Muslim meriwayatkan dari Anas R.A, ia berkata “Pernah ada tiga orang datang ke rumah istri nabi untuk menanyakan perihal ibadah nabi S.A.W. ketika dijawab, mereka menganggap bahwa ibadah yang mereka lakukan selama ini masih sedikit, lalu mereka berkata : “Lantas di mana posisi kita jka dibandingkan dengan nabi s.a.w, sementara beliau mendapat jaminan bahwa semua dosa beliau pasti diampuni, baik yang sudah berlalu maupun yang belum terjadi?’ Salah seorang dari mereka lalu berkata: ‘Mulai sekarang, aku akan mengerjakan qiyamul lail semalam suntuk buat selamanya’. Orang kedua berkata: ‘Adapun aku, aku akan berpuasa sepanjang tahun selamanya tanpa pernah ada satu hari pun yang aku tidak berpuasa’. Orang ketiga berkata: ‘Adapun aku, aku akan menjauhi wanita dan tidak akan pernah menikah untuk selamanya’. Tak lama kemudian Rasulullah S.A.W datang menemui mereka seraya bersabda: ‘Benarkah tadi kalian berkata begini dan begini? Demi Allah, sungguh aku adalah orang yang paling takut dan paling bertaqwa di antara kalian. Akan tetapi, aku berpuasa namun terkadang juga tidak berpuasa: aku mengerjakan qiyamullail namun juga tidur: dan aku juga menikahi wanita. Barang siapa yang tidak suka mengerjakan sunnahku, berarti bukan termasuk golonganku’

-------------------------------------------------------------------------------------
he..3x nah gara-gara hadist di atas, niat ndak mau menikahnya dibatalkan

si titi

Eksis, 11 januari 2009 salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia

Adalah Titi, gadis jepara yang dengan bangga hidup serumah dengan yang bukan muhrim, orang asing, bertubuh tambun, berambut 1 cm agaknya.

Setelah beberapa tahun, baru menikah ia, mengukuhkan statusnya di kantor urusan agama (KUA), pikir saya, ini titi sepertinya muslim untuk status agama di dalam KTP nya. Umurnya sudah hampir separuh baya agaknya atau hanya boros pada wajahnya.

Bila di jawa barat, kawin kontrak begitu marak, bumi jepara lebih memilih kumpul kebo sebagai sarana orang asing, bule, jepang, korea, untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Patung R. A kartini, berdiri tegak, kokoh, dan kepala saya ini berpikir bahwa kiranya si raden ajeng itu tidak tahu tentunya bila generasi berikutnya, wanita-wanita setelah ia, beberapa abad berikutnya akan sangat jauh berbeda dengan cita-cita dan harapannya.

Adalah titi, wanita asal jepara, tidak ada raut penyesalan di wajahnya atas ke-anomali-an yang ia lakukan tidak seperti narasumber lainnya, yang berbicara dengan disamarkan dalam hal wajah dan suara. Bu de titi, dengan tenang, dengan santai berbicara di depan kamera, tanpa ada kata ‘samaran’. Bu de titi tidak merasa malu, mungkin sudah hilang sejak beberapa tahun yang lalu, atau memang sama sejak awal, rasa malu itu sudah tidak ada sama sekali.

Adalah titi, tak apa ‘kumpul kebo’ katanya. Sejarahnya, cerita hidupnya, ‘orang tua saya miskin, gimana ya, saya sudah bosan hidup miskin’ begitu katanya. Dengan hidup serumah dengan pak de bule, ‘saya jadi tau jogja, bali, bisa nginap di hotel-hotel yang wah’, begitu ujar titi pada pewawancara, polos atau apa? Subhanallah, pikiran ini hilir mudik, centang perenang, tarik ulur benang merah yang ada, menghubungkan yang satu dengan yang lainnya. Hampir pukul 00.00 malam, beginilah kiranya keadaan di luar sana. Sungguh, betapa dunia merupakan sekeping taman surga yang masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan surga yang telah dijanjikan oleh Nya.

Sungguh, melihat, mendengar, betapa banyak di luar sana manusia yang mencintai dunia melebihi batasnya, melampaui porsinya hingga mengabaikan segalanya, hingga melupakan bahwa hidup hanya sementara, dan dunia nampak sudah begitu melenakan bagi manusia yang tidak sadar akannya, saya juga kadang begitu, terkadang seperti itu, nampaknya, sepertinya.

Saturday, March 14, 2009

Ini tentang peyakit bernama DIABETES

Penyakit Diabetes atau lebih lengkapnya Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Orang-orang biasanya menyebutnya dengan penyakit gula.

Diabetes Mellitus itu didefinisikan sebagai penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam tubuh. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh.


Tipe Diabetes
1. Diabetes Tipe I (IDDM/ tergantung insulin)
Seseorang dikatakan Diabetes tipe I, jika tubuh perlu pasokan insulin dari luar. Hal ini disebabkan karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pancreas berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.

2. Diabetes Tipe II (NIDDM/ tidak tergantung insulin)
Diabetes tipe II terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Biasanya orang yang terkena penyakit diabetes tipe ini yaitu orang dewasa.

Gejala – Gejala Diabetes
Diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak (di bawah 20 tahun), sebagai akibat dari adanya kelainan genetika, sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Gejala untuk diabetes tipe I, antara lain :
• Berat badan menurun
• Kelelahan
• Penglihatan kabur
• Sering buang air kecil
• Terus menerus lapar dan haus
• Meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni

Sedang untuk gejala-gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya sama seperti gejala diabetes tipe I.

Penyebab Diabetes
Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu, adanya stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes.

Pencegahan Diabetes
Penyakit diabetes dapat dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang (hindari makanan yang banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam), melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat), serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun.

Cara Mengatasi Diabetes
Jika sudah positif menderita diabetes, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan ikuti anjuran dokter dengan penuh disiplin. Selain itu, perlu melakukan diet, karena diet merupakan langkah awal dari usaha untuk mengendalikan diabetes. Namun, sebaiknya ketika melakukan diet, perlu juga dibarengi dengan olah raga secara teratur. Dan terakhir, pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula Diabetes, yang merupakan suatu gangguan kelainan kadar gula darah karena rusaknya sel beta pancreas, sehingga perlu dikontrol dengan cermat.

sumber http://education.feedfury.com

makan daun Kayak Kambing

sebenernya, dulu sekali, saya paling kagak suka dengan yang namanya sayur, eegghh pokoknya kagak suka. Sampai ketika saya PKL di bandung, entah kenapa itu sayuran sedikit-sedikit saya makan, coz saya jauh dari rumah kali ya.

Kebiasaan di bandung, terbawa sampai ke Lampung. Meskipun ndak banyak, tapi diusahakan ada sayurannya biarpun cuma seiprit di dalam makanan yang masuk ke dalam perut saya.

Lama-lama, makan sayuran sudah jadi kebiasaan, jadi kecanduan. Tu karena ketika test hemoglobin, kadar Hb saya kagak sampai 12, akhirnya kagak bisa donor, ugghhh jengkel rasanya, ketika ibu perawat berkata, 'kurang makan sayur', whuaahh dari situ jadi dendam kesumat ama kebiasaan yang kagak suka ama sayuran.

Nah karena itu dendam,saya jadi doyan makan sayuran, he...3x jadi terima kasih sama si dendam.

Kebiasaan itu jadi menyenangkan n menurut saya biasa aja sie, sampe ketika temen saya berkata seperti ini 'cep kamu itu makan daun-daunan itu emang enak? kayak kambing' Gdubbbbbrakkk, saya dibilang kayak kambing, gara-gara doyan makan daun-daunan hijau. Mau ketawa iya, jengkel juga iya, habis disamakan dengan kambing.

Kalau urusan makan daun-daun hijau, 'ini emang udah dari kecil doyannya mbak' begitu terang saya padanya.

Ughh, kayak kambing, keren-keren begini dimatchnya kok sama kambing.

Friday, March 13, 2009

ada-ada aja

lucu, sebenarnya ndak juga sie.
begini ceritanya, suatu hari, teman saya berkata

'cep ada yang mau kenalan sama kamu? temen saya, anak hukum. Gimana? kamu mau kenalan ndak?'

'katanya waktu itu dia liat kamu pas pulang dari kampus, -itu lho lee, temen kamu yang suka jalan kaki itu, orangnya pakai jilbab, cakep, trus ada raut tegas di wajahnya- gitu katanya cep'

Duh, malesin banget sie, kenalan? sama lelaki pula, enggak banget.

'duh, gimana ya lee. Kamu tau kan?'

'iya sie saya juga tau cep, khawatirnya ntar disuka sama kamu?'

'um, ya udah gini aja lee, kamu bilang sama dia, kalau saya sudah dilamar, trus kamu tau kan saya orangnya gimana, ya kamu, saya ama mbak mini, sedikit banyak punya karakter yang agak sama kalau soal yang beginian'

'oke cep'

pesan pun dikirimkan, inginnya sie langsung tau reaksi temannya lia itu, tapi he...3x batterai Hp nya lia lowbatt, ya akhirnya ndak jadi.

saya pikir, kalau memang dia cuma mau berteman saja, sudah dilamar atau belumnya saya, ndak akan jadi masalah, toh cuma mau berteman.

Maghrib tiba, sebuah sms terpampang di layar Hp saya, ternyata dari lia, isinya

'yaudah klu begono, gak jadi deh saya deketin orang yang sudah dikhitbah orang, -cep, nie balesan dari temen saya-

seketika, saya tertawa, kenapa? ya tertawa saja, karena awalnya si lelaki itu katanya, menurut smsnya pada teman saya lia itu, dia cuma berniat untuk berteman, ndak berani untuk ke arah yang lain-lain, belum siap katanya.

yah pokona mah saya ketawa aja, padahal saya cuma iseng saja, tapi ternyata perasaan ndak enak saya itu benar, itu lelaki mau kenalan karena ada ujung di belakangnya.

ada-ada saja

Wednesday, March 11, 2009

Salah kaprah untuk urusan ikhwan vs akhwat

‘kalau memang kamu anggap saya ikhwan, maka kamu bisa pegang omongan saya’
‘…. Dia bukan ikhwan’
‘….memang sih, dia bukan ikhwan, tapi hanif’
‘kata si fulanah, nanti kalau mau menikah, saya disarankan menikah dengan ikhwan’
‘dia ikhwan bukan?’
Atau
‘dia akhwat bukan?’
‘calon suaminya nya ikhwan bukan?
Atau
‘calon istrinya akhwat bukan?’

Ada sedikit salah kaprah sepertinya dalam penggunaan kata dan dalam hal pemahaman mengartikannya. Sepertinya di Indonesia mengalami apa yang namanya pendiskriditan makna untuk urusan kata ‘ikhwan dan akhwat’

Di dalam paradigma berpikir saya, selama beberapa tahun berada di lingkungan mahasiswa, terbiasa mendengar penggunaan kata-kata ‘ikhwan dan akhwat’. Dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa arab, ikhwan berarti pria atau lelaki, sedangkan akhwat berarti wanita atau perempuan, ya sepertinya begitulah makna yang sesungguhnya.

Namun, seiring dengan perjalanan karirnya, kedua kata ini, semakin lama, nampak semakin bergeser dari makna sesungguhnya, atau mungkin terjadi penambahan makna berdasarkan kesepakatan tertentu.

Kata ikhwan yang awal mula hanya bermakna lelaki atau pria, semakin lama semakin berubah makna menjadi ‘lelaki yang baik agama’, begitu juga dengan kata akhwat, berubah atau mungkin mendapat tambahan makna menjadi ‘wanita atau perempuan yang baik agama’.

Tidak setuju sebenarnya, karena mindset berpikir masyarakat kampus dibentuk atau terbentuk sedemikian rupa sehingga bahwa ikhwan bukan lagi bermakna lelaki saja, tetapi lelaki yang baik agamanya, begitu juga dengan akhwat.

Sehingga menimbulkan kesan bahwasannya tidak semua lelaki dapat dipanggil dengan sebutan ikhwan. Bila lelaki tersebut aktif pada lembaga tertentu, lembaga dakwah misalnya, kemudian celana cantung, dengan janggut didagunya, dilengkapi dengan titik hitam di dahinya, dan mendalami ilmu agama (tarbiyah.red) maka orang-orang akan menjuluki dia dengan sebutan ikhwan.

Sama halnya dengan akhwat, bila seorang wanita mengenakan pakaian takwa, dengan kerudung lebar, berbaju longgar, mengenakan blus sebagai bawahan bukan celana, kemudian dia aktif di lembaga semisal lembaga dakwah lalu ia mendalami ilmu agama (tarbiyah.red), maka wanita muslim ini akan dipanggil dengan sebutan akhwat

Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah)
QS. An Nahl 120

Berdasarkan catatan kaki, hanif bermakna seseorang yang selalu berpegang kepada kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya.

Jadi, sepertinya, seorang lelaki muslim yang baik agamanya dan seorang wanita muslim yang baik agamanya, sepertinya baiknya dikatakan hanif, seperti halnya nabi Ibrahim a.s. Allah tidak pernah menyebutkan kata-kata ikhwan dan akwat yang menunjukkan baik atau tidaknya agama seorang hamba Nya, bahkan nabi Ibrahim a.s dikatakan hanif, begitu juga nabi Muhammad saw, nampaknya tidak pernah menggunakan istilah ikhwan dan akhwat kepada para sahabatnya.

wallahu alam

Friday, March 6, 2009

kawan lama, 'menikah? gdubbbrakkk'

suatu ketika, beberapa hari yang lalu
'apa kabar?' begitu katanya
'baik, alhamdulillah' begitu jawab saya

berputar-putar seputar pertanyaan klise, hingga sampailah kepada
'sudah nikah cep?' begitu tanyanya pada saya

gdubbbrakkk, hhh, bingung juga mau jawab apa, karena tadinya tidak ingin menjawab dengan jawaban apa-apa.

'ummm, gini deh, kalau memang ujung-ujungnya cuma mau nikah. Ngapain cep sekolah tinggi-tinggi, mending dari lulus SMA nunggu aja sampai usia 23 tahun sampai ada yang datang melamar' begitu jawab saya, sekenanya.

'ya, bukan gitu juga sie cep. Kalau sudah ada jodohnya, ya kenapa nggak' begitu jawabnya.

iya sih, setudju, tapi nampaknya sampai saat ini istilah 'menikah' dan semua saudara-saudaranya itu belum cocok untuk diterapkan pada saya. Membayangkannya saja sudah bisa membuat saya berkeringat dingin tidak keruan, karena 'itu' nampaklah masih begitu menakutkan.

kawan lama itu saya tinggalkan saja, karena memang saya sedang ada urusan dengan teman-teman yang sedang bersama saya saat itu. Sebenarnya ingin sedikit berlama-lama memutar kembali memori beberapa tahun yang lalu, bersama kawan lama saya itu. Tapi, pertanyaannya tentang 'menikah' itu, membuat saya agak jengah.

at least, ya saya pamit saja, tak tinggalkan dia sama temannya, setelah sebelumnya saya dan dia bertukar nomor handpone tentunya.

entah kenapa, sampai saat ini 'menikah' itu, nampak begitu menakutkan di kepala dan pikiran yang saya punya.......

Thursday, March 5, 2009

caleg? ada-ada aja

Takabur di 2 Februari

Selamat datang pagi di 2 februari di tahun 2009 ini, tidak terasa, sudah tanggal 2 februari pula, dan hari ini, sudah tanggal 3, terbangun sembari lamat-lamat mendengar ‘innalillahi wa innailaihi raji’un, telah berpulang ke rahmatullah…’ ya ada lagi yang habis masa mukimnya di dunia ini, pagi ini.

Mari kembali ke tanggal 2, dimana kekonyolan dirasa, dimana rasa malu itu akhirnya muncul juga, dimana sepertinya rasa takabur menguasai selama beberapa menit lamanya.

Seperti biasa, dengan percaya diri menghadapi hari, membaca doa bangun tidur di dalam hati, dan ‘selamat datang pagi’, senyum lebar, ku persembahkan pada mu sang mentari yang masih juga enggan untuk unjuk gigi karena hujan yang selalu mengguyur kota ini ‘alhamdulillah’.

Meluruskan niat, ingin menemui dosen pembimbing pagi-pagi sekali, tetapi sebelumnya, mengambil hasil legalisir tes TOEFL di kantor balai bahasa, kampus UNILA.

Selesai, bersiap-siap, cucian kemarin, terpaksa ditinggalkan, khawatir sampai di kampus terlalu siang. Mp3 berwarna putih itu saya fungsikan, melantunlah lagu-lagu yang membuat saya menjadi overload dengan semangat, dan overload dengan rasa percaya yang ada di dalam diri, dan saya lupa bahwa saya sudah lupa.

Sepatu kets putih itu sudah mentereng dengan keren, di kedua kaki yang Allah berikan ini. Dimulai dari kaki kanan lalu kaki kiri, kemudian ‘bismilah’, doa keluar rumah yang sejak TK ‘mungkin, saya sudah lupa kapan saya menghapalnya’ – saya lafalkan.

Tap-tap-tap, hmmh, sial saya lupa, masya Allah saya lupa.

Seperti biasa, senyam-senyum sendirian, yang kadang aneh, tidak jelas, bahkan gila menurut sebagian orang. Memasuki areal kampus UNILA, melewati rumah dinas rektor UNILA, itu satpam-satpam bertampang, berwajah garang, tetapi tontonannya dari pagi mungkin juga sampai petang menjelang, ‘sinetron’ menjadi pilihan, kadang geli hati, kadang ‘ya satpam juga manusia, wajah boleh Rambo, tapi hati, tetap betaria sonata’.

Tap-tap-tap, begitu derap langkah kaki, dan saya masih lupa, umm mungkin karena kebanyakan dosa, astaghfirullah.

Sampai mendekati kantor balai bahasa, ada sebuah pintu kecil, yang harus membuat mata awas, khawatir tersandung, lalu tersangkut parit yang ada di depanya. ‘ah selamat, tidak terjadi apa-apa’, masih dengan semangat dan percaya diri yang overdosis sepertinya, berjalan dengan senangnya, seolah-olah dunia milik saya saja, yang lain ‘menumpang agaknya’. Tak lama, gdebukkkkk he…3x saya terjatuh, ‘astaghfirullah’, malu, ya tidak juga, karena jatuhnya tidak tersungkur, dan tidak banyak pula orang yang melihat, semua punya urusan nampaknya. Tidak ada masalah dengan jatuhnya, tapi masalah pada kaki saya, kaki saya terkilir, hikz….3x saya hanya mampu beristighfar melalui bibir.

Menguatkan diri, memaksa kaki untuk melangkah pergi dari TKP pagi ini, sakit, ya tentu sakit, hanya bisa tersenyum, mengulum senyum, ‘astaghfirullah’, ya awalnya begitu, saya baru sadar saya sudah takabur, sudah berlebihan, sudah terlampau percaya diri, pointnya adalah ‘saya takabur’, dan sepertinya Allah menegur saya karena Dia tidak menyukainya.

Sakit? Tentu, tapi mau bagaimana lagi, tersenyum entah pula meringis menahan sakit, Alhamdulillah setidaknya Allah masih mau mengingatkan, Alhamdulillah sekedar terkilir, bagaimana kiranya kaki ini patah, ‘wah-wah, masya Allah kalau sampai begitu jadinya’.

Hasil legalisir saya bawa, ada sebuah lirik lagu ‘lihat cara dia berjalan, oh mengagumkan….’ Tetapi ini sebaliknya. Saya hanya bisa tersenyum sendiri sembari menahan sakitnya kaki ini, mendekati wilayah nongkrong bocah – bocah fisika, mereka bertanya ‘kaki kamu kenapa cep?’, ‘terkilir’ begitu jawab saya, sembari cengar-cengir tidak karuan. Yah setidaknya Alhamdulillah Allah masih mau mengingatkan, dan sampai pagi tanggal 3 Februari, he…3x kaki ini masih sulit untuk diajak berjalan, ‘sakit’, begitu ujarnya pada saya tuannya.
‘… jangan melampaui batas, … jangan berlebihan…’