Pages

Monday, August 25, 2008

Balada Lelaki Tua

Bagian Kedua
===========
Saya tak banyak mengetahui seperti apa silsilah keluarga yang saya tumpangi dan belakangan saya baru tahu, kalau lelaki yang dimaksud oleh si mbak adalah seorang kakek yang sudah berumur antara 75 - 80 tahun. Tidak pernah melihat kakek berkeliling di sekitar rumah karena pada kenyataannya saya pun baru tahu kalau si kakek menderita suatu penyakit yang menyebabkan ia lumpuh di masa tuanya.

Tidak lama saya habiskan waktu di Jakarta, tidak betah, karena atmosfer yang panas dari kota ini. Esok hari, malam minggu tepatnya, saya akan tinggalkan kota ini.

Hari itu, hari sabtu dan saya lupa tanggal berapa saat itu, tidak ada yang bisa saya kerjakan. Proposal kunjungan industri sudah saya hantarkan kemarin, mau berbenah-benah rumah, bingung apa yang mau dibenahi. Mau memasak, ternyata orang rumah sendiri memang jarang memasak, bukan karena malas, tapi lebih karena semua penghuni yang ada di rumah ini bekerja, kecuali imah.

Imah, salah satu penghuni di rumah ini, saya pikir dia berada di bawah saya satu tahun umurnya. Sehari-harinya, dia mengajar di TPA yang ada di sekitar daerah ini, tidak tahu dimana tepatnya. Hari itu, saya hanya berdua dengannya, awalnya saya sadari begitu. Hingga waktu dzuhur tiba, tepat selepas adzan dzuhur berkumandang, lonceng berbunyi. Imah memasuki kamar yang berada tak jauh dari tempat saya duduk menonton televisi.

Apa yang imah lakukan? tertegun saya pada awalnya. Siapa lelaki tua yang berada di atas pembaringan itu. Setiap detail yang imah lakukan bagi si lelaki tua saya amati dengan seksama. Lama, tahulah saya, bahwa yang membunyikan bel itu ada si kakek yang baru hari itu saya melihatnya meski hanya dari kejauhan saja.

Tak berani mendekat, saya hanya mengamati dari depan pintu kamar, kakek membasuh kedua tangan, layak orang berwudhu, ia lakukan semua ritual itu. Tak lama, imah keluar dari kamar, saya pun memberanikan diri bertanya "kakek sholat ya?", "iya" begitu jawab imah sekenanya.

bersambung...