Pages

Tuesday, September 1, 2009

Jangan Salah Obat untuk Hati

Saya bukan penyembuh bagi luka hati manusia. Luka yang disebabkan oleh manusia yang lainnya. Saya hanya teman, teman yang bersedia mendengarkan bila diminta, teman yang bersedia memberikan solusi bila “ditanya”. Saya bukan obat, saya bukan antibiotic, saya tidak punya kuasa untuk menyembuhkan penyakit hati akut yang menyerang kalian-kalian yang bercerita.

Tidaklah bijak bila saya menempatkan diri saya sebagai obat, dan ketika mereka sudah merasa ketergantungan dengan saya, dan ketika saya terpaksa meninggalkan mereka, yang ada saya hanya membuat luka baru, bisa jadi lebih dalam dari sebelumnya.Saya tidak ingin masuk, kecuali hanya berdiri di depan pagar, untuk sekedar bertanya “apa kabar mu, keluarga mu, pekerjaan mu, dan mungkin sebagai bonus kamu boleh bercerita tentang luka hatimu akibat wanita-wanita itu. Tapi, menempatkan posisi untuk menggantikan wanita-wanita itu untuk menyembuhkan luka, maaf, saya rasa, saya pikir, saya bukan orang yang tepat.

Banyak yang main hati ketika ada sesosok anak manusia yang masuk ketika penyakit hati melanda, yang kemudian salah satu diantaranya atau bahkan keduanya merasakan “jatuh hati”. Dan ketika hanya salah satu pihak yang merasakan, maka yang timbul adalah pengharapan. Karena si sosok manusia itu mampu menghiburnya ketika rasa sakit itu dirasa.

Obat yang salah, manusia yang tadinya terluka, mungkin merasa ada pengganti yang bisa menghiburnya. Tetapi, pada dasarnya ia hanya membuka luka baru karena ternyata ia kembali mengharap cinta, kasih sayang pada manusia.

Saya bukan obat, saya hanya manusia, manusia pendengar. Saya tidak bisa, tidak akan pernah bisa menggantikan posisi wanita yang pernah menyakiti hati mereka, karena hanya Sang Pemilik hati yang bisa menyembukannya, hanya Dia yang mampu menentramkannya. Tapi, beberapa dari mereka kembali membuka luka lamanya dengan orang yang sama. Entah apa yang ada dipikirannya, karena “keledai sekalipun tidak akan jatuh ke lubang yang sama”. Ada pula yang menggantungkan harapannya pada wanita, pria lainnya.

“helaan nafas berat saya hembuskan”

Saya sudah berbuat semampu yang saya bisa, sisanya, kalian yang teruskan kawan. Karena itu jalan hidup kalian, kalian yang memilih, kalian pula yang menentukan pada apa dan siapa cinta itu kalian labuhkan.