Menulis apa pagi ini, semua terhenti manakala hati sudah tak tentu lagi rasanya. Semua terasa buntu hanya berputar-putar mengitari kepala. Melambai-lambai sembari berkata "Ayolah manusia, rangkaikan kami menjadi sebuah kalimat bermakna, menjadi sebuah paragraf yang mungkin dapat bermanfaat suatu hari nanti bagi manusia yang lainnya".
Baiklah, sedikit banyak aku dapat membual pagi ini. Sedikit banyak, aku dapat melayangkan rayuan gombal pada matahari pagi yang masih tersipu malu bersembunyi. Dan sedikit banyak, aku dapat membohongi angin dingin yang berhembus untuk dapat memutar arah menjauh dari diriku agar tidak porak poranda sistem pencernaanku. Morning sickness dan aku menyebutnya dengan "rasa mules tak karuan akibat dinginnya udara pagi yang dihembuskan oleh alam".
Dimulai dari asrama putri Annisa jalan Kopi no 20 A. Bercerita tentang sebuah kisah nyata dari hari-hari seorang anak manusia bergelar mantan mahasiswa, manusia pembelajar yang sudah harus bertebaran di muka bumi dan bermanfaat bagi negerinya. "Ha...3x" manfaat pertama ia pikir dapat diberikannya melalui tulisan, yang disangkanya "blog kepunyaannya sarat dengan makna, hingga banyak manusia yang terjebak untuk mau tidak mau membacanya".
Annisa dicat kembali, di make up sedemikian rupa sehingga menyerupai gedung BTN begitu kata seorang kawan, mantan penghuni asrama, atau "seperti kantor pos" ujar yang lainnya. "Ha..3x" aku tertawa, bila dilihat lebih dekat, lebih nyata, asrama putri ini lebih nampak kantor pos cabang yang baru didirikan dan bersiap-siap untuk diresmikan.
Kapan mula renovasi dimulai? aku sudah lupa, tidak begitu memperhatikan, selain dari pada jejak-jejak kaki yang tukang-tukang cat tinggalkan di dalam kamar, hingga membuatku harus mengepel lantai berulang-ulang. Tapi tidak dengan hari kemarin, tanggal 8 September 2009, ketika bapak tua yang beberapa hari lalu mengecat pintu dan kusen kamar ku, hingga menyisakan bercak-bercak noda berwarna kuning tua di jilbab biru terbaru ku "whuaaaa".
Ini kisah sebenarnya dari bualan-bualan yang ada sebelumnya, yakk kembali buntu agaknya ini kepala. Tapi, mari mencoba menembus kebuntuan, mari mencairkan kekakuan dengan mengamati beberapa gambar di bawah ini
Gambar pertama, kira-kira apa yang dilakukan sesosok manusia di atas sana? kira-kira si manusia berada di ketinggian berapa ya???
Gambar ke dua
Gambar ketiga, ck...3x ternyata si manusia berada pada ketinggian yang luar biasa, atap dari lantai 3 gedung Asrama Annisa I.
Dimulai dari asrama putri Annisa jalan Kopi no 20 A. Bercerita tentang sebuah kisah nyata dari hari-hari seorang anak manusia bergelar mantan mahasiswa, manusia pembelajar yang sudah harus bertebaran di muka bumi dan bermanfaat bagi negerinya. "Ha...3x" manfaat pertama ia pikir dapat diberikannya melalui tulisan, yang disangkanya "blog kepunyaannya sarat dengan makna, hingga banyak manusia yang terjebak untuk mau tidak mau membacanya".
Annisa dicat kembali, di make up sedemikian rupa sehingga menyerupai gedung BTN begitu kata seorang kawan, mantan penghuni asrama, atau "seperti kantor pos" ujar yang lainnya. "Ha..3x" aku tertawa, bila dilihat lebih dekat, lebih nyata, asrama putri ini lebih nampak kantor pos cabang yang baru didirikan dan bersiap-siap untuk diresmikan.
Kapan mula renovasi dimulai? aku sudah lupa, tidak begitu memperhatikan, selain dari pada jejak-jejak kaki yang tukang-tukang cat tinggalkan di dalam kamar, hingga membuatku harus mengepel lantai berulang-ulang. Tapi tidak dengan hari kemarin, tanggal 8 September 2009, ketika bapak tua yang beberapa hari lalu mengecat pintu dan kusen kamar ku, hingga menyisakan bercak-bercak noda berwarna kuning tua di jilbab biru terbaru ku "whuaaaa".
Ini kisah sebenarnya dari bualan-bualan yang ada sebelumnya, yakk kembali buntu agaknya ini kepala. Tapi, mari mencoba menembus kebuntuan, mari mencairkan kekakuan dengan mengamati beberapa gambar di bawah ini
Gambar pertama, kira-kira apa yang dilakukan sesosok manusia di atas sana? kira-kira si manusia berada di ketinggian berapa ya???
Gambar ke dua
Gambar ketiga, ck...3x ternyata si manusia berada pada ketinggian yang luar biasa, atap dari lantai 3 gedung Asrama Annisa I.
Tidak ada SOP atau dalam bahasa indonesia kita menyebutnya "standard operation procedure" tentang kesehatan dan keselamatan kerja yang mereka gunakan. Modal nekad, ya aku lebih suka menyebutnya dengan istilah "modal nekad". Entah ilmu macam apa yang mereka gunakan, dan berani bertaruh, orang-orang bule bisa berdecak kagum melihat keberanian manusia-manusia Indonesia. Terlebih lagi, Manusia yang berada di atas atap sana, sudah lanjut usia.
Ketika saya mengambil gambarnya dari kejauhan, si bapak lanjut usia hanya melambaikan tangannya sembari tersenyum pada saya. "Ckkk..3x" saya hanya bisa tersenyum sembari geleng-geleng kepala. Luar biasa si bapak, subhanallah untuk ukuran saya dan terima kasih untuk gambarnya.
Ketika saya mengambil gambarnya dari kejauhan, si bapak lanjut usia hanya melambaikan tangannya sembari tersenyum pada saya. "Ckkk..3x" saya hanya bisa tersenyum sembari geleng-geleng kepala. Luar biasa si bapak, subhanallah untuk ukuran saya dan terima kasih untuk gambarnya.
"Beginilah INDONESIA"