manusia dewasa? dari sisi mana maka seorang manusia dikatakan dewasa. Dari segi usia? atau dari sisi pengalamannya tentang hal tertentu? dan bisa dikatakan pengalaman sejalan dengan usia seseorang. Maka, kesimpulannya pengalaman seiring dan sejalan dengan bertambahnya usia seseorang.
Beberapa waktu sejak kejatuhan saya beberapa bulan yang lalu, tepatnya desember 13, 2011. Saya lebih sering menghabiskan waktu di depan layar netbook saya. Terkadang, saya katakan saya sudah seperti manusia -autis-, menjadi sibuk dengan dunia sendiri, dunia maya.
Saya adalah tipe manusia yang senang mengamati, menganalisa, mencari ruang sendiri, yang ramai tapi sebenarnya sepi. Senang pula mempertahankan sesuatu agar tidak hilang digerus waktu yang menggerogoti ilmu pengetahuan itu. Maka, kembalilah saya berkutat dengan dunia maya, dunia -cyber, cyber chat-. Beberapa kali saya masuk ke -room- Indonesia, entah kenapa tapi saya tidak menemukan rasa nyaman di sana. Room, room itu terlalu sibuk dengan bahasan-bahasan anak-anak -cetakan- zaman sekarang. Mungkin dari usia, mereka tidak jauh berbeda dengan saya, tetapi zaman yang membuat pola pikir mereka dan saya berbeda. Maka, saya tinggalkan room Indonesia.
Entah kenapa, kemudian saya terdampar di room Australia 4 dan 5. Sepi, tidak banyak arus komunikasi di sana, yang ada hanya percakapan bias, dari para -BOTS- yang meramaikan suasana. Dan dari room ini juga saya tahu tentang apa itu -BOTS-. Pengertian sebenarnya saya kurang tahu, tetapi intinya BOTS adalah pelacur, wanita tuna susila, tetapi melalui dunia maya.
Prostitusi melalu berbagai media, manusia memang cerdas luar biasa melihat peluang. Karena memang ada yang mengkonsumsi layanan ini, bersedia untuk membayarkan ratusan dolar untuk melihat hal berbau -nude, porno- dan sebagainya.
Banyak hal yang saya pelajari dari sana, tentang kenyataan bahwa orang kulit putih -western-, beberapa yang saya temui, -kasar, cendrung tidak sopan, cendrung rasis, cendrung tidak bisa menerima perbedaan-. Amat sangat miris ketika di ruang publik seseorang dengan ID breezy1_23, yang berwarganegaraan australia, menghina chatters dari Philipina dan India. Semua kata-kata kotor dia keluarkan, saya pun menjadi heran, keheranan. Cerita lain lagi ketika saya berbincang dengan seorang pria kulit putih, saya lupa dia berasal dari negara mana. Pendek kata, dia mengatakan saya yang memakai jilbab adalah -misserable-. Pengalaman lain lagi, ketika seseorang yang berada di dalam contact list saya, dengan ID william_william, bersikukuh mengatakan saya tersiksa dengan jilbab saya. Atau ketika dia mengatakan bahwa agama saya sudah mengekang kebebasan pemeluknya.
Lama, saya menjadi berpikir, menganalisa, sebenarnya yang kampungan itu, saya yang berasal dari negara berkembang? atau mereka yang katanya berasal dari negara maju. Kedewasaan berpikir mereka tidak semaju teknologi dan perekonomian yang mereka punya. Pada kenyataannya, mereka lebih cendrung tidak siap menerima perbedaan dibandingkan dengan yang lainnya. Ya, memang tidak semua orang kulit putih (yang konon kurang pigmen) bersikap seperti itu. Tetapi, mendengar kisah-kisah, tentang supir taksi (beragama muslim) yang ditusuk di Amerika karena ke-muslim-annya. Atau, kisah tentang pasangan suami istri yang tewas dengan mengenaskan di hadapan polisi dan hakim di Jerman. Membuat sketsa-sketsa itu menjadi semakin jelas, semakin nampak garis-garis tegasnya, semakin nampak warna-warnanya. Semakin kentara, bahwasannya pola pikir mereka masih -infantile-, terlalu kekanak-kanakan.
Penyebabnya apa? saya kurang tau, tapi di sini tidak akan kamu temui orang kulit hitam, kuning, merah, dihina. Pada kenyataannya, mereka yang disana mengatakan -HUMAN RIGHT- justru menjadi pelanggar paling besar dalam hak asasi manusia itu sendiri. Mereka mengalami degradasi moral yang luar biasa parahnya, kenyataan bahwa mereka ternyata lebih tidak siap menerima perbedaan yang -krusial-, bila dibandingkan dengan yang lainnya.
Mungkin mereka bisa menerima perbedaan pendapat, bisa menerima keberagaman tentang -gonta ganti pasangan SEX di ranjang-, mereka pun bisa menerima keberagaman menikah -beda agama-, bisa pula menerima perbedaan tentang -sebagian orang yang -TELANJANG- di sebuah pulau. Gila, itu yang mereka sebut dengan -menghargai perbedaan-. Tapi, ketika ini mengenai warna kulit, mengenai agama, mengenai dari negara kamu berasal. Mereka, menjadi seperti kerbau dicucuk hidungnya, berubah menjadi banteng spanyol yang menyeruduk siapa saja, karena tidak sama -bantengnya- dengan si banteng itu sendiri tentunya.
Agak mengejutkan saya, karena ternyata pendewasaan berpikir mereka masih jauh dari apa yang saya kira.
Ya memang tidak semua orang kulit putih (bule) seperti itu, tetapi beberapa orang yang saya temui, dapat saya jadikan contoh, hingga saya dapat menuliskan mereka di blog saya saat ini, sore hari ini. Ada terbesit kekecewaan sebenarnya, tetapi manusia tetaplah manusia.