Masih menahan sakit dalam diam tertahan, seorang wanita dalam sebuah lakon di dalam kotak ajaib berkata ’Allah memberikan ujian ini, karena saya dianggap mampu...bla...bla...’ tapi bukan pernyataan itu yang membuat mata ini berkaca-kaca, wanita di dalam lakon itu dibutakan matanya, ya hanya menurut skenario saja tentunya.
Kepala ini tersinkronisasi dengan hati, lalu ’ masya Allah, baru kiranya satu buah nikmat yang Allah ambil untuk sementara, tapi aku sudah sebegitu sedemikian sehingga, mengeluhkan sakit yang belumlah seberapa bila dibandingkan dengan manusia-manusia difable, kurang beruntung di luar sana’. Tak tahan, aku pun memutuskan untuk segera tidur, dalam diam, hati ini terus berkata-kata ’apa yang saya rasakan saat ini belumlah seberapa, belum apa-apa’
’Hmmh’, menghela nafas panjang, beginilah kiranya ketika Allah mengambil nikmatnya, meskipun hanya sebentar saja, dan beginilah kiranya manusia ’berkeluh kesah saja kerjanya’.
Diam, dalam lelap hingga entah berapa lama ibu berkata ’de, bangun sahur’, agak malas rasanya, karena memang pencernaan ini tidak mau kompromi dengan makanan yang masuk pada waktu dini hari, kecuali air putih dan sekotak susu cair, tapi ibu tetap memaksa, ’biar gak masuk angin’ begitu katanya.
Demi, akhirnya makanan itu kutelan juga, tanpa mengunyah, karena gigi ini luar biasa dampak sakitnya.
-bersambung-