Pages

Friday, January 9, 2009

Keju-dot

Sore tak lama, segera tiba. Suhu tubuh ini sudah mulai turun, ibu tidak juga istirahat, beliau semakin sibuk dengan acara berkebunnya, hingga hampir saja melupakan janji dengan adik bungsu lelakiku itu. Sampai ’jam berapa sekarang?’, begitu kata hati sembari melongokkan kepala ke jam dinding yang terpasang di ruang makan keluarga.

’Sudah Pkl 17.10’ lalu dengan cepat dan tiba-tiba ’gdebukkk’ aduh....aduh sakit...sakit masya Allah Astaghfirullah, innalillahi, Astaghfirullah, sakit, aduh...... sakit... sakit hs hs hs hs hs’ sembari mengusap-usap dahi yang terantuk keras pada sebuah daun pintu.

Ternyata sifat ceroboh ini masih bertahan di dalam diri rupanya, berjalan menyusuri lantai-lantai keramik sembari meraba dahi yang membengkak menggantikan pipi yang sudah mulai mereda sakitnya. Mencoba mengingatkan ibu agar tidak lupakan janji pada anak bungu lelakinya.

Dan sampai dengan pagi ini, Rabu 24 september 2008, ibu masih menghubungi melalui ponsel ini untuk bertanya ’de, gimana giginya? Sudah sembuh belum’. Hhh entahlah, begitu sulit untuk membahasakannya dengan kata-kata, saya hanya bisa berkata ’Alhamdulillah sudah baikkan bu’ dan aku semakin malu padamu wahai ibuku.

-bersambung-