Saya sudah katakan bahwa saya belum baik-baik amat selama hidup di dunia bukan, tapi lagi-lagi Allah begitu baiknya memberikan karunia-Nya pada saya. Percaya dengan rezekinya orang berpuasa? Nah itu dia, setiap mau berbuka, seorang ummi, ummi zaid namanya. Kalau kamu tebak zaid itu nama suaminya, maka ‘totet’ kamu salah, zaid itu nama anaknya, ‘100’ buat kamu yang bisa menebak dengan benar. Si ummi ini, selalu mengirim sms yang isinya seperti ini kira-kira ‘mbak lagi ngapain? Puasa kan? Nanti buka di tempat saya ya’, selalu begitu setiap waktu.
Pucuk di cinta ulam tiba (ha...3x), perut sedang lapar-laparnya, eh ada yang menawarkan. Kalau ditolak, ‘tidak baik menolak rezeki’ begitu kata orang tua. Jadilah saya dijamu setiap kali berbuka puasa di rumahnya. Tapi tidak hanya sampai di situ saja, terkadang ummi masih juga membekali saya dengan makanan, ‘duh saya jadi tambah ke-Enakkan’. Sekali, dua kali, sampai tiga kali, naluri mahasiswa saya yang senangnya sama gratisan, merasa begitu dimanjakan, tapi keempat kali dan seterusnya, naluri manusiawi saya mulai muncul ke permukaan.
Hmmh, mau tidak mau, suka tidak suka, saya munculkan juga wajah ini di depan kamarnya. Kadang, dengan sengaja menghilang pada saat mendekati senja, kadang, dengan sengaja me-non-aktifkan handphone sampai mendekati waktu isya, tapi tetap saja, si ummi memerintahkan prajurit kecilnya yang bernama zaid untuk menjemput saya, memanggil-manggil nama saya sembari berteriak ‘embak, di suruh ummi ke kamar’, mau tidak mau, saya akhirnya angkat kaki juga, karena teriakan si prajurit kencangnya luar biasa.