16 oktober 2008, memasuki hari pertama, melangkahkan kaki dengan berjalan kaki menuju kantor pusat PKT, lumayan juga rasanya, tapi tak begitu terasa karena pepohonan yang berada di kiri-kanan jalan. Kalimantan, satu jam lebih dulu dari Waktu Indonesia Bagian Barat, membuka hari sejak dini hari, untuk kemudian terlelap kembali sembari menunggu adzan subuh dikumandangkan. Pagi 16 oktober 2008, menuju kantor bagian diklat perusahaan, hingga akhirnya mempertemukan saya dengan rekan-rekan yang akan melakukan penelitian di perusahaan ini juga, termasuk anak-anak SMK jurusan analis kimia. Minggu pertama, hanya menghabiskan waktu di perpustakaan yang ada, mencoba bertahan agar tak terlelap dalam kantuk seperti teman-teman yang lainnya. Rasa bosan mulai mendera, karena tidak ada aktivitas apa-apa.
Tidak bisa sembarangan di sini, di pabrik ini, tidak dapat masuk bila tidak ada tanda pengenal, sepatu dan helm pengaman, demi keselamatan begitu katanya. Ya kami hanya bisa menurut saja, terkecuali ketiga orang teman saya, yang berasal dari jurusan akuntansi dan pemasaran, mereka tidak memerlukan sepatu dan helm pengaman karena hanya akan berada di dalam kantor saja.
Hampir 2 minggu, semua alat pengaman diri, sudah diberikan, hingga akhirnya seorang bapak, pak jhon nggae namanya, beliau mengantarkan kami ke masing-masing bagian, ke tempat dimana kami akan menghabiskan waktu lama di kota ini, di dalam pabrik ini.
Ada 12 orang mahasiswa yang melakukan penelitian di perusahaan ini, termasuk saya. Ternyata setelah sekian lama bersama mereka, baru saya ketahui bahwa sebagian besar memiliki keluarga yang bekerja di sini, entah adiknya, entah ayahnya, entah pula pamannya, kesebelas orang teman saya semua berasal dari kota ini, adapun yang paling jauh berasal dari kota samarinda tapi memiliki paman yang bekerja di pabrik ini juga.
Hari pertama di dalam pabrik, dengan mengenakan sepatu kebesaran (bukan kebesaran dalam kiasan, tapi kebesaran dalam arti yang sebenarnya), helm kekuningan, dan badge pengenal, berdua dengan seorang teman, lelaki akbar namanya, jurusan teknik elektro UnHass makasar, menemui seseorang yang akan menjadi pembimbing saya dan dia, pak parmo namanya, dari logatnya saya terka dia orang jawa.
Kesan yang muncul pertama kali adalah bahwa beliau orang yang tegas, semua harus serba cepat, dan ketika pertama kali berjumpa, beliau langsung meminta time schedule kami berdua, serta berkata ‘di sini kalau presentasi dibantai’, Masya Allah, sungguh terlalu si bapak, belum apa-apa sudah membuat spot di dada.