Pages

Saturday, January 10, 2009

Pembuka

Bontang dalam Tulisan


Assalammu’alaikum cerita pagi, hari ini tanggal 9 november 2008, hujan turun membasahi bumi, memang sudah seperti ini di kota ini. Entah mengapa hujan senantiasa turun di hari sabtu dan minggu, sejak pagi hingga malam menjelang.

Sepi disini, teman-teman sedang pergi. Nama saya sefta, saya mahasiswa universitas lampung, yang bila disingkat namanya berubah menjadi UNILA bukan UNLAM bukan pula UNLA dan tak banyak manusia Indonesia mengenalnya, tak banyak pula yang mengetahui bahwa kampus saya itu ada, yah tak apa, tidak mengapa.

Bontang Kalimantan, perlu perjuangan mengalahkan emosi agar bisa sampai kemari. Mulai dari orang tua yang begitu berat melepaskan, hingga mengancam tidak akan memberi ongkos jalan, dan akhirnya uang bulanan menjadi korban, perlu pengorbanan untuk bisa sampai ke kota ini, mengorbankan hasrat untuk tidak membeli setiap kali kaki melangkahkan diri ke salah satu toko buku yang ada di kota tempat saya berasal, lampung, orang-orang lebih mengenalnya sebagai salah satu kota dengan tingkat kriminalitas yang tinggi atau sebagai kota dengan sumber gajah terbanyak di Indonesia, bukan sebagai kota penghasil rempah-rempah seperti kopi dan lada, tak mengapa, tidak apa.

Bontang Kalimantan, perlu perjuangan hingga saya bisa sampai kemari. Mulai dari cibiran mereka-mereka yang berkata ‘buat apa’ ada pula yang berkata ‘kamu mau jalan-jalan ya’ hingga mereka yang berkata ‘kamu orang kaya ya?’, cukup menggoyahkan hati, hampir membuat patah, hati yang rapuh ini, tapi tak apa, tak mengapa, mereka tak mengerti, mereka belumlah mengerti, hanya Allah yang memahami apa maksud hati.


-bersambung-