Pages

Sunday, April 19, 2009

27 februari 2009

Ingin tertawa, tapi hati tidak izinkan aku tertawa

Ada pelajaran yang harusnya aku simpan di dalam dada.

Sehari yang lalu, kemarin, tertawa itu dirasa menyenangkan, sampai hari ini, Allah berkenan memberikan sebuah pelajaran.

Hujan kembali mengguyur bumi ini, berkah dan rahmat Nya kembali ia turunkan, ia curahkan kepada manusia yang penuh salah dan alpa, namun terkadang begitu sombongnya, seolah-olah ia mampu kokoh seperti gunung, begitu angkuh, seakan-akan ia seperti langit yang dapat tegak tergantung.

Hujan kembali mengguyur bumi ini, masjid Al wasi’I, shaf puteri, atap masjid ini semakin lama semaki tua, dimakan usia, titik-titik hujan membasahi lantai masjid Al wasi’I, semakin lama semakin menggenang.

Deras, berharap sederas itu pula Allah curahkan rahmat Nya ke dunia. Deras, hingga seekor kucing berwarna kuning bergaris-garis, berlindung di dalam, keluar untuk kemudian masuk kembali, selalu begitu, sedari tadi aku perhatikan ia hanya bertingkah laku seperti itu.

Waktu ashar sudah berlalu, hujan masih saja dengan setia mentaati perintah Tuhannya, tidak seperti halnya manusia. Tak lama, kilauan cahaya berkelebat, ialah kilat, mereka yang ada beristighfar menyebut nama Tuhannya. Dan begitulah kiranya ketika hujan tiba, Allah sertakan kilat di dalamnya, hingga menimbulkan ketakutan dan harapan, dan sesungguhnya terdapat perlajaran di sana, kiranya manusia seperti halnya aku, mau memahaminya.

Genangan air itu, semakin lama semakin banyak saja. Hanya memandang dari kejauhan, sedikit tersenyum ketika wanita-wanita berkaos kaki itu, menginjak, terperanjat, basahlah akhirnya alas kakinya, kaos kakinya, ada pula yang hampir tergelincir karenanya.

Semakin lama, semakin jahiliyah saja, dan aku tahu Allah pastilah tidak menyukainya.

Menanti, sembari menatap lekat, bersama seorang kawan, untuk kemudian tersenyum tertahan ketika ada lagi yang menginjak genangan yang membentuk kubangan. Berkali-kali aku lakukan itu, hanya menatap, menanti, sembari sesekali tersenyum, tertawa, terkekeh, dan tidak juga berniat mengeluarkan secarik kertas untuk kemudian menuliskan ‘awas basah’, tidak ada, tidak ada, bahkan hingga aku melangkahkan kaki, meninggalkan masjid Al wasi’i.

Hari ini, 27 februari. Allah kembali turunkan hujan ke bumi ini. Melangkahkan kaki, menjemput dzuhur di masjid Al wasi’i, meniti satu demi satu anak tangga yang ada, lalu ‘ooopsss’, aku hanya dapat