Pages

Friday, June 26, 2009

Teman atau lebih dari sekedar teman

6.36 PM, past midnight menurut orang barat

makan malam, ya sudah memasuki jadwal makan malam. Menyantap makan malam yang sebenarnya merupakan jatah makan siang, ya makan siang yang tidak sempat termakan, atau sebenarnya sarapan yang tidak sempat tersentuh karena pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10.00 dan terburu-buru agar tidak terlambat datang ke pengajian rutinan yang orang-orang tarbiyah menyebutnya 'liqo-an'.

wal hasil itu makanan, baru saya sentuh malam ini, saat ini. Makan malam bersama tempe goreng dingin, sambal goreng asin, dengan nasi putih yang juga dingin, hahhh jadi ingat rumah.

Terlalu banyak berputar-putar, mari kembali ke kisah awal tentang 'teman atau sebenarnya, ia lebih dari sekedar teman'.

Hari berganti, baru 2 hari rasanya seperti sudah tidak tertahankan lagi. Saya berlari kesana kemari mencoba mencari pengganti, panas teriknya matahari sudah tidak lagi penting bagi saya. Tetap, tetap nihil hasilnya. Rasa kesal, kecewa, sedih itu tiba, di kota sebesar ini, teman yang seperti itu tidak ada, tidak tersedia, hingga akhirnya saya menghubungi seorang teman saya, teman saya yang lainnya.

Saya pesan dua, pengganti earphone MP3 saya yang awalnya mengalami disfungsi hanya pada satu bagian saja, hingga akhirnya menjalar menulari bagian yang satunya. Hasilnya, bongkar sana-sini, keduanya rusak semua.

Arrgghhh, saya seperti hilang akal, gusar, kesal, merasa begitu tidak nyaman, gundah. MP3 itu hanya sekedar onggokan tak berharga bila tidak ada earphone itu bersamanya. Akhirnya, meminjam kepunyaan adik perempuan saya.

Biasa, ini kejadian biasa. Tapi tidak bagi saya, heran, gila, aneh, hanya karena sebuah earphone saja, sampai menyusahkan teman, sampai memesan 2 buah agar yang satunya nantinya dapat menjadi cadangan.

Orang bilang MP3 itu teman, tanpa itu saya seperti hilang, BERLEBIHAN. Ada yang secara sengaja 'mensyukurkan', karena dengan MP3 saya seperti autis, sibuk dengan dunia sendiri. MP3 itu hanya teman, ya saya anggap teman, tetapi semakin kesini, semakin aneh dirasa, hingga akhirnya saya bertanya 'mengapa kiranya saya gusar bila ia tidak ada? saya menjadi tergesa-gesa, tidak bersabar karenanya?'

Mp3 itu teman? benarkah begitu? Teman atau lebih dari sekedar teman????? Wallahu alam, saya tidak tahu, hanya saja semoga segala sesuatu bisa sesuai porsinya

Kalau boleh dibilang, dimana ada saya, maka di situ dia ada. Bahkan dibandingkan yang lainnya, ia lebih dekat dengan saya. Tidak pernah lepas, tidak pernah saya tinggalkan, kecuali dengan berat hati. Beberapa hari ini, salah satu bagian tubuhnya mengalami disfungsi, tidak dapat terdengar, kecuali beberapa saat saja itu pun dengan perlakuan khusus yang kadang saya tidak mengerti mengapa bisa seperti itu.

Cerita kali ini nampak sangat berlebihan mungkin bagi sebagian dari manusia yang lainnya yang dengan 'kelegowoannya' mau membaca tulisan saya.