Preman ompong
Asli sumatera Gender wanita Umur dua puluh dua Anak nomor dua
Pulau sumatera,
diseberanginya, seorang diri, tak peduli, ia pemberani
Pulau Jawa,
didatanginya, seorang diri, tak peduli, ia seorang penjelajah sejati
Jalanan sepi,
tak peduli, seorang diri, tak peduli, ia penuh nyali
Kalimantan,
dia datang, seorang diri, tak peduli, ia ‘jantan’, begitu ujar pak satpam
percakapan di suatu pagi
umi : “bawa motor saya saja mbak”
dia : “saya ndak bisa bawa motor umi”
umi : ha….3x
dia : cengar-cengir ndak jelas
Percakapan di suatu petang
dia : isin mas bawa galon
pedagang : “kenapa harus isin, sampeyankan ndak maling”
dia : ya udah deh mas, saya jadi beli air mineralnya
pedagang : “tu, bawa motor saya mbak”
dia : cengar-cengir ndak jelas “saya ndak bisa bawa motor mas”
pedagang : “ya jangan kalo gitu, malu-maluin aja, perempuan angkat-angkat gallon”
percakapan di suatu hari
teman “hah, kamu gak bisa bawa motor cep? Gaya seperti preman, seperti laki-laki, tapi bawa motor aja gak bisa ha…3x"
dia "tersenyum malu-malu"
perenungan di suatu waktu di suatu pagi
“rasulullah bersabda, ajarilah anak-anakmu memanah, menunggang kuda, dan berenang”
Diam, berpikir, menyamakan, merelevankan dengan zaman sekarang.
Menunggang kuda samakan saja dengan mengendarai kendaraan bermotor = tidak bisa
Berenang, tetap berenang = tidak bisa
Memanah, katakan saja beladiri = sedikit-sedikit bisa, dicampur nekad tentunya
Akhir dari perenungan
Dia : “ha…3x”
‘preman ompong’,