Diamlah, tetapi ia tidak dapat diam, duduk dalam diam pun tak dapat.
Mari berteriak, tak dapat, ini sudah malam, dan kamu perempuan
Mari berlari, tidak dapat, ini sudah malam, dan kamu perempuan
Aku mencinta
Mencinta pada Yang Maha Mencipta
Aku mencinta
Mencinta pada ayah dan ibu yang sudah berjuang, berkeringat, bermandikan panas dan terik, Bermandikan peluh keringat, berdarah, bertaruh nyawa, hingga membuahkan air mata
Aku menangis
Aku menangis ketika pada kenyataannya
Pada akhirnya
Keluarga menjadi masa lalu
Masa lalu bagi aku, entah kapan itu
Aku berjalan, melangkahkan kaki
Menghela nafas berat, terengah-engah penuh kepayahan
Dapatkah aku mencinta tanpa ada sesiapapun diantara Aku dan Dia
Dapatkan aku hanya berdua dengan Nya tanpa ada sesiapa yang menyela
Mengapa harus ada kata mengapa
Kenapa harus ada kata kenapa
Mengapa harus berdua bila memang sudah sendiri pada mulanya
Mengapa harus berdua bila memang sudah berdua dengan Nya
Saya tak mengerti
Aku tak mengerti
Atau saya memang yang tidak mau mencoba mengerti
Atau aku memang tidak ingin memahami
Aku begitu membenci kata itu
Aku tidak menyukai kata yang dengan kata itu, ganaplah dien seorang anak manusia
Menjerit dalam diam
Berlari di kegelapan
Gila, berlebihan, aneh menurut sebagian orang
Mengapa harus menikah ya Allah,
Mengapa harus
Mengapa harus ya Allah
Mengapa
Bertahun-tahun pertanyaan itu hinggap di kepala
Memberatkan hati, karena pada kenyataannya memang harus dihadapi
Berperang, bertarung, bergelut dengan apa yang ada di dalam diri
Menyerah dalam kepasrahan di sepertiga malam yang Engkau ciptakan
Titik-titik itu jatuh,
Sekuat tenaga dengan segala daya upaya mengalahkan pada yang ada
Apa yang terlahir di dalam kepala, hati, akal dan pikiran
Kemudian berkata 'ya, perintah Mu akan aku laksanakan'
'ya, sunnah rasul Mu akan aku jalankan'
Semakin deras ya Allah
Titik-titik itu semakin deras
Semakin deras