Pages

Saturday, May 2, 2009

Makanya jangan makan daging babiiii

Jakarta, Kompas - Penyebaran virus influenza tipe A atau H1N1 yang sebelumnya dikenal sebagai ”flu babi” telah sampai pada tahap penularan antarmanusia. Untuk mencegah terjadinya pandemi, pengendalian virus harus difokuskan pada manusia sebagai sumber penularan.

Menurut guru besar Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Agus Sjahrurachman, dalam diskusi, Jumat (1/5) di Jakarta, kewaspadaan pandemi influenza telah memasuki fase lima yang ditandai penularan dari manusia ke manusia setidaknya di dua negara dalam satu kawasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hal ini berarti sumber penularan adalah manusia melalui udara. ”Ini berbeda dengan flu burung di mana hewan sebagai sumber penularan dan faktor lingkungan jadi penting. Pada kasus penyebaran virus influenza A, unsur manusia yang berperan penting dalam penyebaran virus itu,” ujarnya.

Salah kaprah

Pengamat masalah veteriner, dr drh Mangku Sitepu, menilai telah terjadi salah kaprah dalam penanganan wabah raya influenza A. Karena disebut sebagai flu babi, pemusnahan ternak babi dan penutupan peternakan babi terjadi di banyak tempat dan mengakibatkan kerugian ekonomi sangat besar.

Berjangkitnya serangan influenza A mendorong pemerintah melarang sementara impor hewan babi dan produk turunannya yang belum diolah. Tindakan itu ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 16/M- Dag/PER/5/2009 dan berlaku mulai 1 Mei 2009.

Menperdag Mari Elka Pangestu di Jakarta kemarin mengatakan, keputusan ini merupakan tindak lanjut sidang kabinet terbatas, rapat koordinasi, dan Keputusan Menteri Pertanian No 1977/Kpts/PD.620/4/2009.

Menurut staf Divisi Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, dr Leonard Nainggolan, ”Yang terpenting adalah memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk orang yang datang dari luar negeri, khususnya di bandara internasional.”

Kemarin di Semarang, Jawa Tengah, Menhub Jusman Safeii Djamal mengimbau warga negara Indonesia tidak berkunjung ke Meksiko dan negara lain yang sudah punya kasus flu babi.

Alat diagnosa

Universitas Diponegoro menyiapkan alat diagnosa dan deteksi dini sebagai langkah antisipasi penyebaran flu babi. ”Kami telah memiliki beberapa peralatan untuk mendeteksi gejala influenza A,” kata Rektor Undip Susilo Wibowo, Jumat di Semarang. Alat deteksi itu antara lain polymerase chain reaction (PCR) yang berfungsi menggandakan DNA.

Menurut Susilo, dengan mengambil sampel dari pasien terduga dan menelitinya dengan alat ini, penanganan tepat terhadap pasien dapat dilakukan.

Sementara itu, pengelola RSUD Abdul Moeloek menemukan sekitar 1.000 dari 6.200 obat oseltamivir cadangan untuk antisipasi penderita influenza A

dalam kondisi kedaluwarsa. Pihak rumah sakit mencoba mendapatkan obat baru untuk menggantikan obat yang kedaluwarsa itu.

Dari Bali, Menkeu sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati menegaskan, pihaknya memastikan seluruh peserta Sidang Tahunan ADB akan diperiksa saat memasuki Denpasar.
Qs 2 Al Baqarah 173

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Qs Al An 'am 144

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Hmm, Alhamdulillah saya lahir dalam keadaan muslim ho...3x