bagian keempat
Masbuk ???
Saya sudah katakan bahwa saya bukan dari keluarga agamis bukan? Dan itulah kenapa saya tidak tahu menahu tentang masbuk. Jadi kadang saya dan teman-teman suka main akal-akalan, merasa sudah pintar padahal masih sangat amat jauh dari pintar.
Di tempat saya tinggal, sholat tarawih itu 4-4-3 (ini bukan formasi dalam tim sepak bola), dalam artian 4 rakaat lalu salam, kemudian dilanjutkan lagi 4 rakaat, baru kemudian 3 rakaat witir.
Saya pemalas, saya sudah pernah ceritakan itu sepertinya, tapi kapan dan dimana saya lupa.
Jadi dahulu, ketika sholat tarawih akan dimulai, saya dan teman-teman sengaja membiarkan sholat tarawih berjalan beberapa rakaat, nah setelah tersisa dua atau satu rakaat, baru kami dengan cekatan, secepat kilat, mengerjakan sholat tarawih hingga akhirnya rakaat kami sama dengan rakaat si imam, baru kemudian ketika salam, kami pun ikut salam.
Kejadian itu terjadi beberapa kali, hingga ada seorang ibu yang berkata ”gak boleh begitu, itu salah”, akhirnya sejak saat itu, saya tidak pernah lagi mengulanginya, tapi tetap saja saya tidak mengenal ’masbuk’ itu seperti apa.
Lain lagi beberapa waktu sebelumnya, yang ini lebih parah lagi rasanya. Saya dan teman-teman terkadang mau tidak mau tapi masih dalam suka ria, kedapatan shaf di belakang. Saat jamaah-jamaah yang lain mengerjakan sholat tarawih, maka saya dan teman-teman pasti makan-makan, berbicara dalam bisik-bisik agar tidak terdengar jamaah yang lainnya, agar tidak mengganggu.
Seyogyanya kalau ibu saya tahu, bisa kacau urusannya saat itu. Maka ketika detik-detik salam diucapkan, maka saya akan duduk manis, duduk tahyat akhir, lalu ”assalammu’alaikum wr.wb”, saya dan teman-teman ikut-ikutan salam, ikut-ikutan toleh ke kanan dan ke kiri, layaknya orang selesai mengerjakan sholat.
Yah begitulah, sedikit banyak cerita di masa anak-anak saya dahulunya. Kita semua punya masa lalu, entah baik entah pula buruk. Dan belakangan baru saya ketahui bahwa apa yang ibu saya ajarkan, apa yang ayah saya tanamkan, membuahkan hasil pada akhirnya. Hingga akhirnya saya berkata ”alhamdulillah ibu dan ayah perlakukan saya seperti itu pada masa-masa itu”.