Pages

Friday, October 10, 2008

Catatan Ramadhan 14


bagian pertama

Musim hujan tiba


Hari ini hujan deras, membasahi dari pagi hingga petang menjelang. Beberapa anak manusia berlarian, dibawah guyuran hujan, senang, tertawa, bergembira, mandi sepuasnya, lamat-lamat hingga luput dari pandangan kedua orang tuanya.


Beberapa anak manusia, manusia dewasa berkata ’yah hujan’, lalu ’memangnya kenapa kalau hujan, salah satu waktu dikabulkannya doa adalah pada saat diturunkannya hujan. Kalau mau hujan berhenti, maka berdoalah, insya Allah Dia akan kabulkan’.


Beberapa hari ini, hujan terus menerus membasahi bumi Lampung yang kata seorang teman ’Lampung panas ya’.


Pernah ada seorang manusia dewasa berkata ’hujan lagi’, lalu ’yah mbak, hujan itu rezeki, kalau bukan karena hujan, petani-petani tidak bisa bercocok tanam, mungkin ibu mbak juga ikut berdoa supaya turun hujan, ibu mbak kan petani juga’ begitu kata diri pada wanita yang lebih dewasa dalam hal usia.


Hari ini, memutuskan untuk melangkahkan kaki selepas menunaikan sholat wustha yang Allah perintahkan manusia untuk memeliharanya, sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sholat wustha di sini adalah sholat ashar.


Hujan sudah mulai terlihat reda, hingga ketika menyelesaikan Juz kesekian, mencoba mengejar ketinggalan dengan berupaya sedemikian sehingga tidak mengabaikan tujuan bahwa sebenarnya yang terpenting adalah kwalitas bukan kwantitas.


Hujan yang tadinya dirasa berkurang dalam hal volume curahnya, mendadak serta merta mulai nampak kederasannya. Mengambil jas hujan, meminjam payung pada tetangga sebelah kamar asrama, ’yah payah’ sudah hampir lima tahun saya tidak juga memiliki payung.


Berjalan menyusuri jalan kopi, air-air menggenangi, hujan mulai rintik-rintik hingga ia deras kembali, ’yah basahlah sudah kaos kaki yang baru saja saya kenakan ini’. Apa yang saya lakukan pada hari hujan deras begini, ’cari makan, ya cari makan’ karena khawatir hujan akan terus turun hingga malam hari, maka saya putuskan untuk membeli makan sore hari.


Sampai dipertengahan perjalanan, hujan semakin deras saja dirasa, air mulai membasahi, hingga akhirnya menenggelamkan sama sekali kaki ini ke dalam genangan-genangan air yang tadinya saya hindari. Tidak berlama-lama, segera setelah membeli bekal untuk makan malam dan beberapa titipan tetangga sebelah kamar saya, lalu memutuskan untuk segera pulang, berjalan di bawah guyuran hujan.


-bersambung-