Hijau, ya hijau kampus saya memang hijau.
Di kampus saya, kadang pengamen suka berkeliaran, ada yang cuma dilengkapi kincringan yah semua anak UNILA mungkin kenal dengan dia, namanya Dewi, dan belakangan ini ia tidak lagi terlihat. Terakhir kali saya melihatnya di pasar, pas makan bakso bareng, eh dia melipir-melipir pergi meninggalkan.
Di kampus saya, kadang ada pengemis yang duduk-duduk dengan memegang mangkuk. Da juga pengemis yang berjalan-jalan, berkeliaran, kadang ibu-ibu dengan anak balitanya. Tapi sepertinya sih bukan anaknya, cuma nyewa kali ya. Ada yang menggandeng lelakinya yang difabel 'matanya buta'. Ada juga yang bawa anak kecilnya, untuk meminta-minta, sementara orang tuanya, melihat di bawah pohon, mengamati dari kejauhan.
Di kampus saya, ada halte angkutan. Kalau dahulu, angkutan umum dengan musik jedam-jedum gak jelas itu, hanya masuk areal kampus pada hari sabtu, pada saat tak ada perkuliahan. Sekarang, ganti rektor, malah tambah jadi kekacauan yang di timbulkan. Itu angkutan sesuka hati berkeliaran, berisik, mengganggu. Tapi, pak satpam hanya diam, sudah diberi maih mata rupanya dengan supir angkutan.
Di kampus saya, ada pedagang kaki lima, ada yang tiap lewat bilang "buah..buah, gopek neng, gopek", ada juga bunyi "ting..ting..ting" itu khas penjual bubur ayam. Ada juga yang bawa motor sambil menawarkan "bakso tusuk". Kalau di kampus kamu, kantin bertebaran dimana-mana, kalau di tempat saya, pedagang kali lima yang bertebaran dimana-mana.Sudah seperti pasar......
Di kampus saya, kalau ada yang tertangkap berbuat mesum, menurut pengakuan teman-teman yang kadang tertangkap satpam. Cukup kasih uang damai atau diproses sampai ke tataran rektorat. Mau tau uang damainya berapa? kadang sampai di atas satu juta. Kemahalan? oh jangan khawatir, si abang satpam bisa dinego kok harganya (emang barang?)
Di kampus saya, nilai C tidak bisa diulang. Di kampus saya, uang mahasiswa ratusan ribu bisa hilang, gak percaya? yah silahkan, toh ini di kampus saya. Dan saya ikutan jadi korban, masya Allah kesal sebenarnya, bukan karena uang yang nggak seberapa, tapi karena mental-mental pejabatnya yang tambah lama, tambah gila akan harta..............
Di kampus saya, pemimpin tertinggi untuk tataran mahasiswanya, suka main mata dengan mata uang indonesia, yah semua tau "rupiah" namanya. Omong kosong idealisme yang ia kobarkan, idealisme akan uang, mungkin itu yang selama ini ia perjuangkan. Hah terserah, memang sudah lumrah, uang selalu menarik hati setiap mereka yang suka 'khilaf' begitu katanya.
Jadi tak perlu jauh-jauh, miniatur negeri ini adalah kampus.
Di kampus saya, kadang pengamen suka berkeliaran, ada yang cuma dilengkapi kincringan yah semua anak UNILA mungkin kenal dengan dia, namanya Dewi, dan belakangan ini ia tidak lagi terlihat. Terakhir kali saya melihatnya di pasar, pas makan bakso bareng, eh dia melipir-melipir pergi meninggalkan.
Di kampus saya, kadang ada pengemis yang duduk-duduk dengan memegang mangkuk. Da juga pengemis yang berjalan-jalan, berkeliaran, kadang ibu-ibu dengan anak balitanya. Tapi sepertinya sih bukan anaknya, cuma nyewa kali ya. Ada yang menggandeng lelakinya yang difabel 'matanya buta'. Ada juga yang bawa anak kecilnya, untuk meminta-minta, sementara orang tuanya, melihat di bawah pohon, mengamati dari kejauhan.
Di kampus saya, ada halte angkutan. Kalau dahulu, angkutan umum dengan musik jedam-jedum gak jelas itu, hanya masuk areal kampus pada hari sabtu, pada saat tak ada perkuliahan. Sekarang, ganti rektor, malah tambah jadi kekacauan yang di timbulkan. Itu angkutan sesuka hati berkeliaran, berisik, mengganggu. Tapi, pak satpam hanya diam, sudah diberi maih mata rupanya dengan supir angkutan.
Di kampus saya, ada pedagang kaki lima, ada yang tiap lewat bilang "buah..buah, gopek neng, gopek", ada juga bunyi "ting..ting..ting" itu khas penjual bubur ayam. Ada juga yang bawa motor sambil menawarkan "bakso tusuk". Kalau di kampus kamu, kantin bertebaran dimana-mana, kalau di tempat saya, pedagang kali lima yang bertebaran dimana-mana.Sudah seperti pasar......
Di kampus saya, kalau ada yang tertangkap berbuat mesum, menurut pengakuan teman-teman yang kadang tertangkap satpam. Cukup kasih uang damai atau diproses sampai ke tataran rektorat. Mau tau uang damainya berapa? kadang sampai di atas satu juta. Kemahalan? oh jangan khawatir, si abang satpam bisa dinego kok harganya (emang barang?)
Di kampus saya, nilai C tidak bisa diulang. Di kampus saya, uang mahasiswa ratusan ribu bisa hilang, gak percaya? yah silahkan, toh ini di kampus saya. Dan saya ikutan jadi korban, masya Allah kesal sebenarnya, bukan karena uang yang nggak seberapa, tapi karena mental-mental pejabatnya yang tambah lama, tambah gila akan harta..............
Di kampus saya, pemimpin tertinggi untuk tataran mahasiswanya, suka main mata dengan mata uang indonesia, yah semua tau "rupiah" namanya. Omong kosong idealisme yang ia kobarkan, idealisme akan uang, mungkin itu yang selama ini ia perjuangkan. Hah terserah, memang sudah lumrah, uang selalu menarik hati setiap mereka yang suka 'khilaf' begitu katanya.
Jadi tak perlu jauh-jauh, miniatur negeri ini adalah kampus.