Pages

Friday, September 12, 2008

Seorang kenalan yang bertanya

Kamu hidup untuk apa

Kembali teringat dengan seorang kenalan yang bertanya ”kamu hidup untuk apa? Kenapa kamu bertahan hidup di dunia? ”Saya hidup untuk yang Maha hidup, dulu sejatinya saya ingin meninggalkan dunia ini dalam usia muda. Berhari-hari menunggu, ternyata Allah belum juga kan ambil nyawa saya.

Lama akhirnya, saya berpikir bahwa belum saatnya saya meninggalkan dunia, baiklah selama masa itu belum tiba, saya akan lakukan apa yang saya bisa. Allah amanahkan pada saya, hmmh ingin menangis rasanya.

Ah, entahlah. Setiap kali menatap matahari, setiap kali menatap luasnya langit ini, setiap kali menikmati apa yang Ia berikan hingga kini, mengapa semakin dirasa berat, mengapa semakin dirasa begitu hati seharusnya mencintai.

Tak pernah sebanding apa yang dilakukan diri hingga saat ini, dengan apa yang telah dan akan Dia berikan setiap hari, setiap waktu, setiap desah nafas, setiap..setiap...setiap, saya diam dalam bungkam.

Kembali kepada dia yang bertanya ‘saya hidup untuk apa?’, yah sampai saat ini, di usia 22 ini, saya hanya berusaha melakukan yang terbaik agar Dia tidak kecewa pada saya yang sudah sekian lama memegang amanah yang Ia berikan untuk hidup di dunia.
Sampai tiba saatnya saya harus berjumpa dengan Nya.

Thursday, September 11, 2008

koyunlarzo3xz5.jpg hosted at ImageShack.us

Free Image Hosting at www.ImageShack.us

QuickPost Quickpost this image to Myspace, Digg, Facebook, and others!

Pagi di Kampus Hijau Tercinta

Pagi itu, 26 Agustus 2008

Terima kasih pada-Nya, terima kasih untuk semuanya. Terima
kasih telah memberi kesempatan untuk kembali menikmati iman dan islam di pagi ini.

Berjalan menyusuri papping-papping trotoar, pagi yang indah, apa yang tidak ada dikampus mu, ada di kampus ku... ah entahlah ini sekedar asumsi dari seorang anak manusia yang begitu mengagumi
keindahan alam kampus hijau yang Allah ciptakan ini.

Mengapa dada ini dirasa begitu lapang, mencoba mengintip Sang mentari dari sela-sela dedaunan. Memperhatikan dinamika kehidupan, menatap langit sembari terbenam dalam senyuman yang kadang membuat mereka yang melihat bertanya ’ada apa dengan dia? Apa dia gila?’. Hari ini indah, ya setiap hari dirasa begitu indah.

Menyenangkan berada di sini, di kampus ini. Saya mencintai setiap pepohonan yang ada di dalamnya. Saya mencintai setiap kicauan burung yang dengan setia menemani dari pagi hingga petang menjelang. Saya mencintai suara serangga-serangga yang mengerik di siang hari menciptakan harmoni. Seperti berada jauh di dalam hutan, tenang.


Saya mencintai keindahan yang Dia berikan pada tiap kali saya memandang matahari yang setiap pagi merangkak, meninggi, hingga membuat saya membasahi diri dengan peluh keringat di pagi hari karena berjalan kaki.


Saya mencintai setiap manusia yang saya temui di kampus ini, hingga Dia beri saya kesempatan untuk belajar, untuk mengerti akan hiruk pikik kehidupan ini. Banyak hal manis dan pahit yang berawal dari kampus ini. Entahlah, betapa Ia penuh dengan segala. Betapa begitu sulit bagi saya untuk sekedar melukiskannya ke dalam kata-kata.


Mengapa berada di sini

Seorang kawan pernah bertanya, mengapa dahulu saya tidak memilih
untuk belajar di institusi tempat dimanadia belajar saat ini. Tidak ada jawaban pasti saat itu, karena memang saya tidak tahu mengapa saya memilih berada di kampus hijau sampai saat ini. Lama, hingga akhirnya saya berkata pada diri saya.

Bahwasannya saya mulai memahami mengapa Allah tempatkan saya di sini. Ini memang salah satu dari sekian banyak skenario yang harus saya jalani, dari kampus ini saya belajar tentang apa itu kehidupan, saya belajar tentang bagaimana mengamati manusia dan hiruk pikuk yang ada di dalamnya.

Hhhh mencoba menghela nafas panjang, entahlah. Hati ini dirasa begitu berat, dirasa titik-titik air itu mulai ingin membasahi.

Rasa begitu enggan untuk meninggalkan, tak terasa sudah 4 tahun, banyak hal yang sudah saya
pelajari di sini, yang mungkin belum tentu akan saya jumpai bila saya berada di kampus lain yang ada di negeri ini.



Setiap manusia lahir ke dunia dengan mengemban tugas yang Allah berikan padanya. Tak sama, antara tugas yang Allah berikan padamu dan tugas yang Allah berikan pada saya. Dan pada kenyataannya, Allah memberikan pada saya amanah untuk berada di kampus hijau UNILA.

Dan mentari senja mulai menyapa disela-sela daun pohon kelapa

Wednesday, September 10, 2008

Kampus Hijau Antah Berantah, beginilah kiranya

Hijau, ya hijau kampus saya memang hijau.

Di kampus saya, kadang pengamen suka berkeliaran, ada yang cuma dilengkapi kincringan yah semua anak UNILA mungkin kenal dengan dia, namanya Dewi, dan belakangan ini ia tidak lagi terlihat. Terakhir kali saya melihatnya di pasar, pas makan bakso bareng, eh dia melipir-melipir pergi meninggalkan.

Di kampus saya, kadang ada pengemis yang duduk-duduk dengan memegang mangkuk. Da juga pengemis yang berjalan-jalan, berkeliaran, kadang ibu-ibu dengan anak balitanya. Tapi sepertinya sih bukan anaknya, cuma nyewa kali ya. Ada yang menggandeng lelakinya yang difabel 'matanya buta'. Ada juga yang bawa anak kecilnya, untuk meminta-minta, sementara orang tuanya, melihat di bawah pohon, mengamati dari kejauhan.

Di kampus saya, ada halte angkutan. Kalau dahulu, angkutan umum dengan musik jedam-jedum gak jelas itu, hanya masuk areal kampus pada hari sabtu, pada saat tak ada perkuliahan. Sekarang, ganti rektor, malah tambah jadi kekacauan yang di timbulkan. Itu angkutan sesuka hati berkeliaran, berisik, mengganggu. Tapi, pak satpam hanya diam, sudah diberi maih mata rupanya dengan supir angkutan.

Di kampus saya, ada pedagang kaki lima, ada yang tiap lewat bilang "buah..buah, gopek neng, gopek", ada juga bunyi "ting..ting..ting" itu khas penjual bubur ayam. Ada juga yang bawa motor sambil menawarkan "bakso tusuk". Kalau di kampus kamu, kantin bertebaran dimana-mana, kalau di tempat saya, pedagang kali lima yang bertebaran dimana-mana.Sudah seperti pasar......

Di kampus saya, kalau ada yang tertangkap berbuat mesum, menurut pengakuan teman-teman yang kadang tertangkap satpam. Cukup kasih uang damai atau diproses sampai ke tataran rektorat. Mau tau uang damainya berapa? kadang sampai di atas satu juta. Kemahalan? oh jangan khawatir, si abang satpam bisa dinego kok harganya (emang barang?)

Di kampus saya, nilai C tidak bisa diulang. Di kampus saya, uang mahasiswa ratusan ribu bisa hilang, gak percaya? yah silahkan, toh ini di kampus saya. Dan saya ikutan jadi korban, masya Allah kesal sebenarnya, bukan karena uang yang nggak seberapa, tapi karena mental-mental pejabatnya yang tambah lama, tambah gila akan harta..............

Di kampus saya, pemimpin tertinggi untuk tataran mahasiswanya, suka main mata dengan mata uang indonesia, yah semua tau "rupiah" namanya. Omong kosong idealisme yang ia kobarkan, idealisme akan uang, mungkin itu yang selama ini ia perjuangkan. Hah terserah, memang sudah lumrah, uang selalu menarik hati setiap mereka yang suka 'khilaf' begitu katanya.

Jadi tak perlu jauh-jauh, miniatur negeri ini adalah kampus.



Tuesday, September 2, 2008

Warga Negara yang Baik

Assalammu'alaikum
Bismillahhirrahmanirrahim

Whuaahh, besok perhelatan akbar di propinsi Lampung diadakan. Mengapa menggunakan salam pada awal membuka sebuah tulisan? yah karena sedang ingin saja. Mengapa pula dengan tumbennya, tidak ada angin, tidak ada hujan, saya menggunakan 'Bismillah' pun pada awal membuka? kembali saya katakan, 'sedang ingin saja'

Tema atau judul, yah terserahlah. Kali ini, tentang warga negera yang baik. Mau jadi warga negara yang baik saya, susahnya bukan main. Mengapa? begini kisahnya bermula.....

Ceritanya, di propinsi saya, lampung, propinsi yang panasnya kadang sampai luar biasa, tapi tidak sampai sepanas cuaca di semarang. Duh jadi melantur, besok, tepatnya tanggal 3 september 2008, pemilihan kepala daerah tingkat Gubernur akan dilangsungkan.

Semua pada sibuk, ada yang sibuk pasang-pasang tanda 'tempat pemilihan suara', ada yang sibuk bertanya 'besok pilih siapa', ada juga yang sibuk seperti saya yang gak jelas sibuknya apa. Kepala Laboratorium saya bertanya "besok nyolok gak?", 'hah nyolok? nyolok apaan', lama kemudian si bapak melanjutkan "besok milih gak?" .....'oh ternyata itu yang beliau maksudkan'. saya jawab saja tidak, beliau pun bertanya "kenapa?", "habis, gak ada kartu hak pilih sih pak".... si bapak tersenyum, lalu "yah sudah, lagi pula gak ada yang bisa dipilih" begitu beliau menambahkan.

Bla..bla..bla.. beliau pun pergi karena suara adzan sudah terdengar dari kejauhan, dari masjid Al wasi'i.

Hmm, sudah lebih dari 4 tahun saya berada di propinsi ini, di pusat kota dari propinsi Lampung. Tapi, KTP pun saya tidak punya, ingin membuat, tapi banyak embel-embelnya, pakai surat keterangan pindah dari lurah lah, pakai kartu keluarga lah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kadang berpikir, 'kira-kira, di luar negeri seperti ini nggak ya?'. Padahal, saya mahasiswa di salah satu universitas yang ada di kota ini, harusnya dengan Kartu Tanda Mahasiswa yang saya punya, saya sudah bisa mengantongi Kartu Tanda Penduduk di daerah ini.

Imbas dari tidak adanya KTP berujung pada, yah saya tidak bisa memilih. Ujung-ujungnya, kepala saya yang cerdasnya luar biasa ini kembali berkata "mau jadi warga negara yang baik saya, bukan main susahnya". Lho kok? ya iya, salah satu kriteria warga negara yang baik itu, selain mentaati peraturan yang ada, adalah menggunakan hak pilihnya pada saat pemilihan berlangsung, entah itu pemilihan Presiden, Gubernur, bahkan Bupati sekalipun.

Mau jadi warga negara yang baik saja, begini susahnya. Memang, pak Presiden instruksikan 'gunakan hak pilih', tapi boro-boro mau digunakan, nama saja tidak terdata. Ada juga sih yang bilang, perkirakan, kebanyakan mahasiswa yang tidak terdata itu karena unsur yang disengaja. yah tapi sudahlah, jadi buruk sangka saja, apalagi sebagian sangkaan itu tidak baik ujung-ujungnya.

Pada akhirnya, besok, tanggal 3 september, saya tidak ikut memilih, sebenarnya sayang sih, habis lumayankan satu suara. Tapi, apa mau dikata, paling diam saja di dalam kamar asrama, otak-atik yang bisa diotak-atik, membaca apa yang bisa dibaca, dan menunggu hasil penghitungan suara sembari berdoa bahwasannya.......

'siapa pun yang menang pada perhitungan hasil akhir nantinya, semoga itu yang terbaik yang Allah pilihkan untuk memimpin Propinsi ini kedepannya'.