Hujan rintik membasahi bumi parahiyangan ini. Dingin, menjadi semakin dingin. Malam yang gelap, lembab, menemukan diri kembali bersendiri, menyepi bersama bayang-bayang diri, membayangi setiap kali jejak kaki melangkah mantap di bumi Allah yang indah ini.
Sejauh batas mata memandang, yang nampak hanya keindahan. Keindahan dari sudut pandang keikhlasan tentang keniscayaan. Keindahan dari sudut pandang air mata dan penyesalan dari setiap hati sanubari anak manusia yang masih bernafas di muka bumi ini. Ada yang datang ada pula yang pergi.
Cintai aku Tuhan ku
Temani Aku
tapi, masih begitu beraninya aku meminta hal seperti itu kepada Mu
Ini sebuah surat cinta
surat cinta itu aku bentuk sedemikian rupa sehingga
aku perturutkan ia bersama tiupan angin sore hari
terbanglah ia melanglang buana
membumbung di angkasa
semoga ia dapat menggapai Mu wahai Tuhan ku
Aku sendiri
Ya, manusia lain berpikir sudah berdua
tetapi, aku sendiri
Bila aku tak dapat mendengar suara manusia yang lainnya, maka aku akan hadirkan suara-suara itu di sini, di dalam hati, di dalam alam pikiran ini. Kalau aku tak dapat melihat wajahmu, manusia itu, maka aku hadirkan wajah-wajah sejuk, teduh itu di dalam hidupku, hari-hariku.
Menginginkan kedamaian sampai akhir nanti, di sinilah aku kini, berpijak di bumi ini. Seperempat abad usiaku, banyak naik turun yang aku lalui. Tidak mengatakan bahwa jalan hidupku adalah lebih menarik daripada manusia yang lainnya. Hanya saja, tiupan angin, lambaian daun-daun hijau di sore hari, dan keterbatasan serta kesendirian membuat aku menjadi manusia yang tumbuh dengan daya imajinasi. Bayangan tentang bahwa hidup itu, bahwa nikmat Nya begitu menjadi luar biasa indahnya.
Sebagian dari kamu yang merasa kecewa padaku, beberapa dari kamu mungkin membenci aku. Ada dari kamu mungkin ingin meludahi wajahku, atau mungkin melemparkan kotoran itu tepat di atas wajahku, kepalaku. Silahkan, aku mengizinkan, tak akan ada beda, semua bau, semua rasa adalah alam pikiran yang mengendalikannya. Dan aku, di sini tetap lah ingin menjadi manusia yang berbahagia. Menjadi manusia yang berdiri di bawah terpaan sinar rembulan. Sembari menengadahkan kepala, tersenyum senang, senyum tentang kebahagiaan. Senyum yang ada karena tak dapat mengungkapkan rasa bahagia tentang menjadi hamba Nya.
Kamu merasa bosan, merasakan kekesalan, merasakan kekecewaan yang mendalam. Oh manusia di luar sana, kamu tidak sendirian. Lihatlah dunia dari sudut yang berbeda, sakitku tidak menjadi keterbatasan bagi ruang gerak tubuhku, akal dan pikiranku. Hidup manusia yang cukup singkat membuat aku menjadi tersenyum mengetahui bahwa betapa aku beruntung, betapa aku harus bersyukur berada di bumi ini.
Dan, kalau aku tidak bisa menemukan kamu, akan aku temukan diriku
kalau aku tak dapat mendengar suaramu
akan kembali aku perdengarkan, putarkan harmoni kehidupan itu di telingaku
kalau aku tak dapat melihatmu
akan aku ajak kedua mataku berkeliling dunia dengan imajinasiku
akan aku ajak mereka untuk memejamkan mata, menemukan kembali duniaku
aku bahagia
kamu pun harus begitu, siapapun kamu
bahagia dengan caramu sendiri
karena hidup ini hanya satu kali
karena hari tidak akan manunggumu untuk berganti
karena waktu tidak akan manantimu untuk berlari
kalau aku tak dapat mendengar suaramu
akan kembali aku perdengarkan, putarkan harmoni kehidupan itu di telingaku
kalau aku tak dapat melihatmu
akan aku ajak kedua mataku berkeliling dunia dengan imajinasiku
akan aku ajak mereka untuk memejamkan mata, menemukan kembali duniaku
aku bahagia
kamu pun harus begitu, siapapun kamu
bahagia dengan caramu sendiri
karena hidup ini hanya satu kali
karena hari tidak akan manunggumu untuk berganti
karena waktu tidak akan manantimu untuk berlari