Entah dengan motivasi apa saya membuat judul 'jelajah seribu wajah' ini beberapa bulan yang lalu, tapi mari membuat sebuah asumsi-asumsi sederhana. Sebuah kesimpulan, meskipun kesimpulan itu didapat dari sebuah analisa dangkal tentang berbagai macam wajah yang bisa manusia nampakkan di hadapan manusia yang lainnya.
Manusia memiliki banyak wajah di dalam hidupnya, bahkan seorang suami/istri sekali pun tidak akan pernah tau seperti apa isi di dalam hati pasangannya.
Media televisi banyak menceritakan tentang bagaimana manusia-manusia yang pendiam, yang terlihat baik di luar, tetapi belakangan melakukan tindakan yang menurut orang-orang di sekelilingnya "tidak mungkin dia melakukan itu"
Jelajah seribu wajah, beberapa kali saya melihat iklan rokok di televisi, betapa manusia setiap harinya menggunakan topeng di dalam kesehariannya. Lebih seperti bahwa "dunia ini panggung sandiwara" atau bukan ya? mengingat setiap pemain sandiwara memainkan peran yang bukan dirinya. Sama seperti mengenakan topeng untuk peran yang dimainkannya di atas panggung pertunjukkan.
"baelah" begitu dalam bahasa sunda
Setiap manusia punya alasan mengapa dia mengenakan topeng di dalam kesehariannya. Mengapa dia bersandiwara di dalam hidupnya.
Beberapa orang kenalan saya, menceritakan pengalaman paling memalukan di dalam hidupnya, diri mereka mengatakan bahwa "ini aib" begitu ujar mereka pada saya.
Ya, saya tahu, saat itu saya mengangguk setuju. Tetapi, aib mereka aman bersama saya, saya simpan, saya terbangkan bersama angin yang bertiup kala itu. Saya mendengarkan mereka bercerita, saya memiliki, saya menyimpan kisah di dalam hidup mereka. Saya mencernanya, saya tidak menghujatnya, saya pun tidak mencibirnya, saya memakluminya, saya memaafkan mereka sebagai manusia.
Lalu ketika seorang kenalan saya itu bertanya "bukankah Allah menutupi aib hamba Nya, lantas mengapa kita harus membukanya" begitu katanya pada saya.
Ya, memang, Allah menutup aib hamba Nya. Begitu Maha pengasih dan penyayangnya Dia, ketika Dia Yang Maha menutupi aib manusia, manusia yang tak ubahnya seperti debu yang beterbangan, yang cuma seorang hamba, kadang merasa berhak untuk mengungkap, menyebarkan aib temannya, sesamanya, saudaranya.
Saya simpan rapat-rapat cerita mereka pada saya tentang seperti apa masa lalu yang mereka punya. Saya tersenyum, saya hanya bisa berkata, sebagai seorang manusia "Allah Maha mengampuni dosa hamba Nya, selama tidak menyekutukan Nya" begitu saya sampaikan padanya, beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih menempuh pendidikan strata satu.
Jelajah seribu wajah
Di dalam gelap aku dendangkan, syair lagu kehidupan
saya biarkan masa lalu itu terbang, hilang
saya menganggap tidak ada, apa-apa yang menyakitkan
saya memaafkan manusia
berharap Dia akan mengganti luka
berharap Dia akan mengampuni dosa
berharap Dia akan memaafkan dengan kemurahan hati Nya
dengan keluasan rahmat dan ampunan Nya