Pages

Friday, January 27, 2012

sebentar-sebentar

sebentar-sebentar senang
sebentar-sebentar sedih
sebentar-sebentar tertawa
sebentar-sebentar menangis

semua serba sebentar

Malam semakin larut dan selama beberapa hari ini sebentar-sebentar merasakan sakit di pergelangan tangan sebelah kanan. Entah apa sebab? tak taulah awak. Ada nampak bahwa pergelangan tangan awak menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi kepada buruh yang sedang berdemo, menuntut keadilan demi iming-iming "kehidupan yang layak".

Dan bahkan, pergelangan tangan awak lebih manusiawi, lebih cepat bereaksi, daripada diri awak sendiri. Hebat-hebat...........,

"plok plok plok" awak lakukan ritual tepuk tangan itu demi menghargai aksi solidaritas pergelangan tangan awak yang ikut mogok kepada awak.

Tak sedang senang hati awak untuk bercakap-cakap dengan angin sepoi-sepoi yang sedari pagi hari tadi hilir mudik di depan jendela kamar awak.

"Membuat tulang-tulang dan kulit awak menggigil saja, kau angin" awak kata pada angin

Tak sedang bernafsu pula awak, untuk duduk diam bersama bulan sabit yang sejak malam kemarin menunggu awak untuk sekedar berdiskusi tentang malam bersama bintang.

"Lain kali saja lah bulan, awak sedang tak ingin banyak cakap kali ini" 

Kedua sejawat itu, bulan dan bintang pun pergi meninggalkan awak, sendirian. Awak anak melayu yang tak tahu budaya, yang tak dapat bicara logat ibu dan bapak, hanya dapat mendengarkan sembari melongo, seperti kerbau yang dicucuk hidung oleh si empunya nya.

Awak sedang tak senang
bayang-bayang masa lalu awak, mengenangkan kawan yang dulu masih ada, sekarang sudah tiada. Mengingatkan betapa berbedanya awak yang dulu dengan awak yang sekarang.

Awak mengguncang-guncang
anak melayu udik macam awak, terdampar di pulau seberang. Terperangah dengan gedung-gedung tinggi, bingung macam mana itu gedung bisa sampai setinggi itu. Terbengong-bengong awak dengan banyaknya mobil-mobil mahal mondar-mandir. Bingung, orang-orang dari dalam televisi kata, di negeri awak banyak orang miskin, ya macam awak ini lah. Tapi, melihat mobil-mobil itu, tak lama awak nampak rumah-rumah mewah itu, luar biasa. Negeri awak kaya, orang televisi bohongi orang desa macam awak.

Berhari-hari awak mengumpat-umpat televisi yang awak katakan
"kapitalis kau tipi, barang kotak macam kau ini, berani bohongi awak yang lebih besar, lebih tinggi dari pada kau" umpatku

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, teman awak tetap sama, angin, bulan dan bintang. Tapi awak sudah berubah, awak bukan lagi orang kampung suku melayu yang udik macam dulu. Awak sudah tau itu beda kornet dengan internet, awak juga tau kalau taksi dengan angkot itu tak sama, awak pun bukan lagi kutu buku yang tebal berkacamata, dengan celana macam pelawak jojon. Awak sudah berubah, tak lagi awak bercakap dengan sebutan "Awak". Sekarang zamannya "lo dan gue", begitu cakap teman-teman baru awak. 

Tak lagi awak menjadi udik seperti dulu, setidaknya begitu awak pikir beberapa bulan yang lalu.

sampai, teori sebentar-sebentar awak muncul kembali. Ceritanya awak mulai rindu dengan buku-buku, inilah teori sebentar-sebentar yang awal kali keluar ke permukaan. Awak terkena teori "sebentar-sebentar bosan", ya awak bosan dengan keluar masuk mall, cafe. Otak awak berasa kosong.

Ceritanya, awak bertanya pada angin dimana bisa awak dapat buku-buku untuk hilangkan dahaga otak awak, yang sudah hampir terkena dehidrasi ilmu pengetahuan.
Angin kata "dekat dengan tempat menuntut ilmu, bersebelahan dengan tempat mengisi perut, berhadapan dengan tempat teknologi dipamerkan, berselisih dengan tempat wanita suka habiskan waktunya"

Awak melangkah, mengikuti kemana petunjuk angin mengarah

awak berhenti
awak terdiam
awak serta merta kembali menjadi orang udik yang lebih udik daripada orang udik kebanyakan.

awak menghitung
"satu, dua, tiga,.........................., 10, 11" 
awak berjalan
awak bersyukur 
tetapi, kemudian awak kembali terdiam
".....12, 13" 

awak terkena teori sebentar-sebentar, sebentar-sebentar lega, sebentar kemudian awak kembali terbengong-bengong dibuatnya.

bayi, balita, anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua. Duduk, berjalan, berlari kesana dan kemari, 13 orang manusia dari segala generasi. Dengan mangkuk kecil yang biasa awak pakai untuk makan mie, mereka jalan ke sana kemari, meminta-minta.

sebentar kemudian, awak kembali teringat dengan televisi awak, yang awak umpat karena awak sangka berbohong. Televisi awak jujur, dia katakan negeri awak banyak orang miskin. Hari ini awak begitu banyak nampak orang miskin, tepat di depan mata awak.

Semua terasa semakin kabur, awak tak dapat lagi mengingat untuk apa awak berada di jalan ini. Awak pun sudah lupa dengan siapa diri awak, awak pun sudah tak ingat lagi tentang apa yang harus awak ingat. 

Samar-samar awak mendengar

"besok, sodara saya mau dateng dari kampung. Mau ikut ngemis -ceunah-, dari pada di kampung gak ada kerjaan.........." begitu cakap salah seorang pengemis kepada pengemis lainnya, kawan sebayanya, rekannya, relasi mengemisnya.

"brukkk.........." awak jatuh

Pikiran awak melayang bersama kesadaran awak, awak tinggalkan sebentar alam sadar, awak pergi bersama angin petang, membumbung tinggi menghadiri undangan bulan sabit dan bintang. Undangan menonton televisi bersama, sembari minum kopi di atas awan. 

judulnya "orang udik dan sangkaannya tentang negerinya"

Samar awak membuka mata, terkekeh-kekeh ketiga kawan awak. Angin, bulan dan bintang, mereka menonton film orang udik dan sangkaannya. Dan sebentar kemudian, awak kembali tak sadarkan diri, awak memilih tak sadarkan diri. Mengetahui pemeran utama di dalam film orang udik itu, adalah awak sendiri.

"hahahahahaha" tawa ketiga kawan awak, angin, bulan dan bintang, terdengar nyaring, kemudian hilang. 

Awak memilih tak sadarkan diri sampai film "orang udik dan sangkaannya tentang negerinya" itu selesai diputarkan.