Pages

Sunday, June 3, 2018

Foolish love

It must be foolish love

I tremble in fear

Do you love me
Do you care about me
O moon
Long time no see

Am i happy
With the hope
With the dream
A thousand dream & hope
Seems to be come true

Or i am suffering
In silent
Pretend to be happy
Because the fact a cannot escaping

O moon
Not to leave me
O Allah please help me
To stand still
Accept the reality

The time goes by
The wrinkles added by the time changed

O Allah
Hold me still
This foolish love
Torturing me

O Allah
I tremble in fear
Of death
Of lonely

Monday, May 7, 2018

Membagi kebahagiaan atau memamerkan kebahagiaan

[8:28] Dan ketahuilah, bahwa *hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian* dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

[21:35] Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. *Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian (yang sebenar-benarnya)*. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

[29:2] *Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?*

[29:3] Dan sesungguhnya *kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka*, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

[2:155] Dan sungguh akan *Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan*. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (AL BAQARAH (Sapi betina) ayat 155)

[2:214] *Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?* Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

[3:186] *Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu*. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

[5:48] Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi *Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu*, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

Sunday, April 29, 2018

Anak-anak itu mengagumkan

Saya penggemar anak-anak, atau sepertinya saya penggemar manusia, tapi setelah dipikir-pikir saya menggemari semua yang bisa saya amati.

Dalam keadaan lapang, dapat berpikir dengan jernih, apa yang ada di sekitar kita, akan terlihat mengagumkan, mengesankan.

Pagi ini, pintu unit saya diketuk dengan keras, saya pikir penagih hutang. Ah tapi saya tidak punya hutang, ya tertunggak tidak, cicilan ada sampai beberapa tahun ke depan "riba oh riba".

Saya melihat dari balik pintu, yang mengetuk anak kecil, perempuan, tetangga beberapa langkah dari rumah. Tampak malu-malu dia bertanya, anak perempuan pertama saya dimana, tapi sayang anak pertama saya yang perempuan, sedang bermain air dengan suami saya. Saya tawarkan untuk bermain dengan anak lelaki saya yang no dua, usianya terpaut kurang dari 2 tahun.

Anak perempuan itu mengangguk, berangkatlah ia dengan anak lelaki saya.

Di pertengahan waktu bermain mereka, saya mendengar lamat-lamat suara anak lelaki saya bersitegang dengan temannya "ini punya aku, ini mainan aku". Saya ingat pasti, anak lelaki saya tidak membawa satu pun dari mainannya. Jadi, mainan siapa yang dia klaim sebagai miliknya.

Tak lama, pintu unit saya diketuk. Anak lelaki usia 9 tahunan berkata "aaric ambil mainannya apin", ya ya ya, saya sudah menduga. Saya minta dia mengembalikannya, meminta maaf pada temannya. Anak lelaki saya pun berlalu pergi, dengan mainan mobil kecil berwarna hitam. Anak lelaki saya yang ini, mendominasi, selalu mengupayakan negosiasi dengan kedua orangtuanya, kadang terlihat jelas belum ada rasa sungkan, segan, bahkan meskipun itu dengan orang dewasa yang bukan anggota keluarganya, dengan orang asing sekali pun, ketika merasa ego nya diusik, dia bisa dengan mudah mengangkat tangannya, berlaku di luar dugaan.

Kadang mengesalkan ha ha ha ha, bayangkan saja, dia seperti tidak merasa bersalah, meminjam mainan tetapi ketika tidak didapatkan, dia memaksa. Dipinjamkan yang berukuran kecil, dia menawar meminta yang berukuran besar. Tidak diberi? Tangannya akan naik, mengancam akan memukul. Apakah saya bangga? Tentu tidak, memberikan pemahaman padanya bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang sangat keliru, merupakan pekerjaan rumah untuk saya.

Jadi, mobil kecil hitam tersebut kembali kepada pemiliknya.

Lalu, tak lama dia kembali pulang, mencari mobil kecil yang lain, bergambarkan kartun karakter mobil Disney, Lightning Macqueen. Ya, mobil sedan merah berukuran dua ruas jari itu, didapatkan dari temannya. Dibungkus dengan kertas, bertuliskan namanya "untuk aaric". Kado ceritanya.

Tetapi, ternyata, si pemilik asli dari mobil mainan itu, tidak merasa memberikannya. Melainkan dua adik perempuannya yang begitu murah hati, membagikan mainan termasuk mainannya kepada teman-temannya. Hahahaha, bersyukur belum saya buang ke tempat sampah, mengingat mainan itu teronggok begitu saja di lantai, dengan dua buah roda yang entah sudah di mana rimbanya.

"bilang maaf ya sama a at" begitu pesan adik perempuan si pemilik mobil. Padahal, yang memberi mobil itu adalah dia dan kakak perempuannya hahahahaha lucunya anak-anak.

"Maaf ya", begitu saya mendengar suara anak lelaki saya.

"Aaric, lain kali, kalau kakak pipi kasih mainan ke Aaric, mainan mobil-mobilan, jangan mau ya. Itu punya kakak farhad"

Demikian, pagi, berawan, tiba-tiba senyap dan entah kemana anak-anak itu pergi bermain. Saya pikir, anak lelaki saya sudah bertandang ke rumah orang lain. Semoga tidak tertegun sembari menonton televisi, semoga jari dan mulutnya tidak sibuk bersinergi menyantap kudapan, cemilan, yang diberikan oleh orang lain he he he he.

Saturday, April 28, 2018

Melahirkan operasi caesar yang pertama

Bismillah, mau sedikit berbagi tentang pengalaman melahirkan dengan cara operasi. Rasanya? Luar biasa he he he he.

Baiklah, awal mula kenapa anak pertama saya harus dilahirkan dengan cara operasi. Sebagai ibu-ibu muda, jauh dari orangtua dan mertua, e do do e, luar biasa ya dengan kehamilan pertama. Daku tak kuasa jauh dari kasur, jalan agak jauh sedikit, yaaaaaaaaaaa gak sampai 50 meter deh kayaknya, sudah lemas, letih, lesu, lunglai. Itu berlangsung sampai usia kehamilan 7 bulan.

Ih, lemah banget sih kamu say. Heu heu heu, bukan manja ya cintah, tapi bawaan hormonal pada saat hamil, setiap calon emak pasti gak sama. Kalau saja diriku tinggal bersama mamak ku di kampung sana, sudah pasti nasihat panjang kali lebar kali tinggi akan keluar he he he he "Ibu juga dulu hamil, jangan dibawa maunya badan untuk males-malesan, banyak gerak, blah blah blah". Heu', ya harap maklum.

Lanjut cerita, dahulu awal hamil, karena bersamaan dengan kuliah, periksalah diriku ke RS Borromeus bandung, deket kan sama kampus, tinggal nyebrang he he he. Sempat minta saran perlu bawa oksigen gak, hahahahaha, karena sulit bernafas itu deh, sering ngos-ngosan, tapi Mbah dokter berkata "gak usah, ibu gak apa-apa", ya udah deh gak jadi.

Ingat-ingat lagi, hm hm hm awal kehamilan pernah juga diresepkan penguat, karena dari swalayan bawa 3 kg buah-buahan, belum termasuk belanja keperluan harian he he he, ya maklum pas hamil anak pertama, jadi anak kosan, sendirian pula, suami tercintah nan mempesonah ada di Jekardah.

Wokeh, akhirnya tiba masanya ikut suami pindahan, kuliah tinggal sisa-sisa plus proyek tesis aja. Di Jekardah, periksalah daku dan bayi ke RS Hermina Jatinegara, dengan dr Irsyad Bustaman, ini pak dokter ramah, no Hp nya dibagikan ke pasiennya. Bahkan meskipun daku sudah tak jadi pasien beliau lagi, tetap juga dibalas pesannya.

Dan, hasil diagnosa, bayi sungsang, kurang ketuban, heu heu heu, jadilah daku sujud semakin lama, makan telur tiap harinya. Pesan pak dokter sih begitu, supaya air ketubannya banyak, daku mengikuti saja. Dan, sampai mendekati bulan lahir, bayi sholehah ini tetap setia pada posisi sungsangnya.

Menjelang lahir, diminta pulang ke kampung cyiiiiiiin sama orangtua. Daku periksa ke dr Mahmud yang praktik di RS Handayani. Bayinya tetap sungsang booooook ha ha ha. Diwanti-wanti deh, operasi gleg gleg gleg, di keluarga daku belum ada yang pernah melalui operasi untuk proses lahir bayi. Jadilah orangtua eike wanti-wanti, jangan sampai operasi. Suami sampe keluarga suami pun sama, jangan sampai operasi.

Tepat tgl 3 Juni 2013, shubuh, mules, sampai jam 11 malam dibawa ke RS Handayani, bukaan gak jalan-jalan. Sementara, panggul daku diperiksa, sempit katanya ditambah ada tulang yang menonjol. Gak tau lah diriku tulang yang mana, bentuknya gimana. Yang pasti, gak mungkin itu tulang ikan atau tulang ayam kan say.

Sambil menunggu pak suami yang tampan nan mempesona yang membuat daku tergila-gila, tiba dari Jekardah, pak dokter memberikan pilihan operasi, demi keselamatan bayi, agar tak tersangkut kepalanya di tulang panggul ibunya, heu' menelan ludah.

Pak suami pun tiba di rumah sakit, deuuuuuuh meuni kasian, pulang dari kantor, langsung cus ke kotabumi lampung utara, dan tetap tampan tentunya hahahahaha. Tand tangan lah beliau, operasi pun dilakukan jam 23.00 WIB ya sekitar itu. Dan, lahirnya Zidni Ilmi Cantabile itu, dengan berat 3.4kg panjang 49cm, pada tanggal 3 Juni 2013 di ruang operasi RS Handayani, alhamdulillah.

Selepas operasi? Karena bius seluruh badan, jadilah daku baru sadar beberapa jam kemudian. Sakit ya cyiiiiiiin habis operasi ha ha ha ha. Belum boleh minum, kalau belum kentut, gitu deh kata perawatnya. Deuuuuuuh baru kali ini deh, kentut dicari-cari, ditungguin, dinanti-nanti ahahahaha, masya Allah memang ya. Plus 1 x 24 jam, dipaksakan untuk bergerak, berjalan ke sana ke mari, meskipun nyeri membayangi perut ini.

Menurut keterangan kakek ane, yang mantri zaman baheula, kentut menandakan sistem di dalam tubuh khususon pencernaan pasca operasi, sudah berangsur normal, alias gak ada masalah, aman sentosa jaya. Habis kentut, buang air besar lah yang dinanti-nanti, semakin berangsur membaik tandanya. Alhamdulillah 3 hari kemudian, kami pun pulang. Satu minggu kemudian, daku sudah bisa jalan-jalan wara-wiri belanja ahahahaha

Okeh lah kalau begitu, pengalaman melahirkan operasi pertama kali, selesai dibagikan. Pengalaman yang kedua? Insya Allah menyusul kemudian,

Saturday, October 7, 2017

Bagaimana ketika anak balita meniru dan mem-bully

Saya punya dua anak, salah satunya seorang perempuan. Berbeda dengan adiknya yang lebih terlihat tidak peduli dengan bagaimana orang lain berpijak, anak perempuan saya seperti mencari siapa idolanya, selain ibu & ayahnya.

Anak lelaki saya bisa dengan santai, pulang ke rumah, ketika teman-temannya sedang sibuk bermain. Alasannya "capek ibu, mau main sama ibu, aku lapar". Tidak tampak terpengaruh, pecah konsentrasi yang begitu berarti, ketika tiba waktu makan dan suara teman-temannya berlarian di depan unitnya.

Anak perempuan saya?

Berbeda, setiap perbedaan adalah keindahan, perbendaharaan pengalaman. Di tempat saya tinggal, ada beberapa anak yang se-umuran dengannya, ada juga yang usianya lebih tua tapi tidak terpaut terlalu jauh. Tetapi, cukup bisa memberi pengaruh pada putri saya yang sedang mencari siapakah idola terbarunya.

Beberapa kali, ketika pulang dia berkata "mau beli ini ibu, mau itu, aku mau seperti princess elsa, princess ana". Lalu saya bertanya "princess elsa itu apa, princess ana itu apa, siapa?". Saya meminta dia menjelaskan, menggambarkan apa yang dia dapatkan dari teman-temannya. Sedikit pengetahuannya tentang itu, karena memang saya meminimalisir segala sesuatu tentang hal-hal yang berujung pada penokohan karakter imajinasi, khususnya putri putri an ini.

Awalnya, tidak begitu mengkhawatirkan, tapi lambat laun, putri saya mulai merengek, meminta dibelikan, bertanya kenapa dia tidak punya seperti apa yang temannya punya, hal putri itu. Dia mulai berpura-pura memiliki rambut yang panjang, bertanya mengapa tokoh kartun itu pakaiannya terbuka dan lain sebagainya.

Akhirnya, saya menunjukkan pada putri saya, seperti apa putri di dunia nyata. Bahwa, dalam imajinasi, siapa pun bisa menggambarkan karakter putri sesuai dengan keinginannya. Berambut panjang kah, pendek kah, atau tanpa rambut sekali pun. Dan bahwa cantik itu bukan dari pakaian, atau rambutnya, tapi dari hatinya, tingkah lakunya, begitu seterusnya. Dan dia bisa menggambar princess sesuai dengan imajinasinya sendiri.

Lalu, drkegiatan meng-imitasi kartun karakter ini pun mereda.

Tapi, hal lain tiba. Ketika suatu kali putri saya pulang, dalam wajah kelabu, tak, dia tak menangis. Tapi saya dapat menangkap sedih di wajahnya.

Kenapa?

"Dia, gak mau temenan sama aku. Karena aku bajunya gak seperti dia" begitu jelas putri saya. Dan saya memang melihatnya, ketika dua orang temannya dengan baju serupa, bergandengan tangan, menjauhi putri saya. Dengan yang seorang, yang usianya lebih tua beberapa bulan dari putri saya berkata "jangan main sama dia, dia kan bajunya gak princess seperti kita". What??? This is wrong, dan yang saya sayangkan, teman saya yang juga merupakan ibu dari putri kecil itu, hanya terdiam, tidak meluruskan putrinya.

Di dalam rumah, saya peluk putri kecil saya. Saya kembali ingatkan dia, kalau temanmu belum mau bermain dengan kamu, biarkan. Saya kembali mengingatkan dia, tentang bagaimana rupa putri di dunia nyata. Saya jelaskan padanya tentang cantik itu seperti apa, tentang pentingnya menjadi dirinya sendiri, membangun hatinya, menanamkan di dalam kepalanya tentang jati dirinya. Dia adalah dia, ayah & ibunya bangga padanya dengan semua yang ada pada dirinya.

Sorry to say, saya jelaskan pada putri saya tentang tujuan para produsen yang menjadikan orang tua dan anak-anak sebagai sasaran marketing mereka. Yang menjejalkan hal princess dan super hero yang tidak ada di dunia nyata, untuk tujuan komersil, penokohan fiktif yang menurut saya sedikit demi sedikit mem-brainwashed pikiran anak-anak yang polos ini, untuk membentuk mereka bukan menjadi diri mereka sendiri.

Ini, alhamdulillah terlewati. Apapun pakaian yang temannya pakai, bagaimana pun temannya mempengaruhi tentang betapa cantiknya pakaian princess itu, putri saya tidak lagi terpengaruh.

Lain hari, lain pula cerita.

Ada alasan kuat kenapa anak-anak sebaiknya tidak bersekolah di bawah usia seharusnya. Menurut atasan seorang teman saya, bersekolah lebih dulu dari teman-teman sebayanya, membuatnya kini menjadi 'anak bawang' di kantornya, terdominasi, kurang diperhitungkan, itu salah satu alasannya.

Putri saya, sedang mencari idola lain di luar keluarga intinya.

Dia bertemu dengan teman yang salah satunya terpaut usia hampir 1 tahun lebih tua dari usianya. Dan yang terjadi adalah temannya berusaha mendominasinya, memaksakan kehendaknya pada putri saya, memprovokasi anak-anak yang lainnya untuk tidak berteman dengan A, B, atau C, bila tidak sesuai dengan mau & inginnya. Putri saya pernah berada pada situasi itu.

Ketika dia tiba-tiba pulang, dengan sepatu yang baru saja dipakainya. Temannya tidak mau bermain dengannya, lantaran sepatu yang dipakai oleh putri saya tidak memilki 'heels' seperti sepatunya. Temannya, tidak mau bermain dengan putri saya, lantaran putri saya menolak memakai sepatu heels milik temannya. Karena memang saya melarangnya, dan yang terjadi putri saya dijauhi, gadis kecil itu memprovokasi anak-anak lainnya untuk tidak bermain dengan putri saya, karena tidak mengikuti keinginannya.

Dengan wajah lesu, dia melepas sepatunya, sambil memeluk, saya berkata "kalau temanmu, belum mau bermain dengan kamu, tak apa, biarkan, mungkin dia sedang butuh waktu".

Lalu, mulailah putri saya bertanya tentang alasan mengapa saya tidak merekomendasikan dia untuk menggunakan sepatu dengan 'heels' itu. Pertama, itu bukan sepatu miliknya, kedua sepatu dengan 'heels' tidak sehat untuk pertumbuhan tulang kakinya, ketika " did you comfortable with that shoes?" dia menggeleng, dia merasa tidak nyaman. Jadi? Kalau kamu merasa tidak nyaman, tinggalkan, jangan dipakai, buatlah dirimu nyaman, jadilah dirimu sendiri. Kalau temanmu, belum mau bermain bersamamu karena sepatumu berbeda, bajumu berbeda, atau karena kamu tidak menuruti kemauannya, tinggalkan, jangan rusak hari mu, kamu masih bisa bermain dengan ibu, kita bisa memasak bersama, atau kamu bisa membuka-buka bukumu. Karena putri saya belum dapat membaca.

Apa yang saya dapatkan adalah bahwa tidak pernah ada kata terlalu kecil untuk mem-bully.

Saya tekankan, pesankan pada putri saya, kalau dia tidak merasa nyaman ketika temannya tidak mau bermain dengannya, maka jangan perlakukan anak-anak lain seperti apa yang pernah dilakukan temannya padanya.

Mengawasi setiap kali dia bermain, karena ada saat dimana, putri saya mem-bully anak lain yang lebih inferior darinya. Dan tugas saya meluruskannya.

Kegiatan meng-imitasi terlihat lucu, tapi menurut saya menjadi masalah ketika anak-anak kehilangan jati dirinya. Terlalai kan untuk berkembang, tumbuh menjadi dirinya sendiri, dan lebih merasa nyaman untuk berpura-pura menjadi tokoh kartun idolanya. Saya pikir mungkun itulah salah satu alasan kenapa make-up menjadi semakin laris penjualannya, operasi plastik semakin marak, keinginan kita untuk memenuhi lemari dengan jilbab & pakaian semakin tinggi, karena kita menjadikan trend sebagai kiblat kita, kita menjadikan si anu sebagai role model kita.

Wallahualam, ini cerita saya. Setiap dapur memiliki resep yang berbeda, setiap orangtua memiliki caranya, dan inilah cara saya. Yang terutama bagi saya adalah, rasulullah tauladan yang baik, tokoh yang baik. Biarkan anak-anak kita, biasakan anak-anak kita menjadikan beliau sebagai idola, meng-imitasi jalan hidupnya, mengikuti jejak beliau, para istri, para sahabat & orang-orang sholeh-sholehah lainnya.

Bila anak-anak mu di-bully, bangun semangatnya. Dan jangan lelah meluruskannya, bila dia tanpa sepengetahuannya mem-bully temannya.

Semoga Allah meridhai jalan kita semua, aamiin.