Saya penggemar anak-anak, atau sepertinya saya penggemar manusia, tapi setelah dipikir-pikir saya menggemari semua yang bisa saya amati.
Dalam keadaan lapang, dapat berpikir dengan jernih, apa yang ada di sekitar kita, akan terlihat mengagumkan, mengesankan.
Pagi ini, pintu unit saya diketuk dengan keras, saya pikir penagih hutang. Ah tapi saya tidak punya hutang, ya tertunggak tidak, cicilan ada sampai beberapa tahun ke depan "riba oh riba".
Saya melihat dari balik pintu, yang mengetuk anak kecil, perempuan, tetangga beberapa langkah dari rumah. Tampak malu-malu dia bertanya, anak perempuan pertama saya dimana, tapi sayang anak pertama saya yang perempuan, sedang bermain air dengan suami saya. Saya tawarkan untuk bermain dengan anak lelaki saya yang no dua, usianya terpaut kurang dari 2 tahun.
Anak perempuan itu mengangguk, berangkatlah ia dengan anak lelaki saya.
Di pertengahan waktu bermain mereka, saya mendengar lamat-lamat suara anak lelaki saya bersitegang dengan temannya "ini punya aku, ini mainan aku". Saya ingat pasti, anak lelaki saya tidak membawa satu pun dari mainannya. Jadi, mainan siapa yang dia klaim sebagai miliknya.
Tak lama, pintu unit saya diketuk. Anak lelaki usia 9 tahunan berkata "aaric ambil mainannya apin", ya ya ya, saya sudah menduga. Saya minta dia mengembalikannya, meminta maaf pada temannya. Anak lelaki saya pun berlalu pergi, dengan mainan mobil kecil berwarna hitam. Anak lelaki saya yang ini, mendominasi, selalu mengupayakan negosiasi dengan kedua orangtuanya, kadang terlihat jelas belum ada rasa sungkan, segan, bahkan meskipun itu dengan orang dewasa yang bukan anggota keluarganya, dengan orang asing sekali pun, ketika merasa ego nya diusik, dia bisa dengan mudah mengangkat tangannya, berlaku di luar dugaan.
Kadang mengesalkan ha ha ha ha, bayangkan saja, dia seperti tidak merasa bersalah, meminjam mainan tetapi ketika tidak didapatkan, dia memaksa. Dipinjamkan yang berukuran kecil, dia menawar meminta yang berukuran besar. Tidak diberi? Tangannya akan naik, mengancam akan memukul. Apakah saya bangga? Tentu tidak, memberikan pemahaman padanya bahwa apa yang dia lakukan adalah hal yang sangat keliru, merupakan pekerjaan rumah untuk saya.
Jadi, mobil kecil hitam tersebut kembali kepada pemiliknya.
Lalu, tak lama dia kembali pulang, mencari mobil kecil yang lain, bergambarkan kartun karakter mobil Disney, Lightning Macqueen. Ya, mobil sedan merah berukuran dua ruas jari itu, didapatkan dari temannya. Dibungkus dengan kertas, bertuliskan namanya "untuk aaric". Kado ceritanya.
Tetapi, ternyata, si pemilik asli dari mobil mainan itu, tidak merasa memberikannya. Melainkan dua adik perempuannya yang begitu murah hati, membagikan mainan termasuk mainannya kepada teman-temannya. Hahahaha, bersyukur belum saya buang ke tempat sampah, mengingat mainan itu teronggok begitu saja di lantai, dengan dua buah roda yang entah sudah di mana rimbanya.
"bilang maaf ya sama a at" begitu pesan adik perempuan si pemilik mobil. Padahal, yang memberi mobil itu adalah dia dan kakak perempuannya hahahahaha lucunya anak-anak.
"Maaf ya", begitu saya mendengar suara anak lelaki saya.
"Aaric, lain kali, kalau kakak pipi kasih mainan ke Aaric, mainan mobil-mobilan, jangan mau ya. Itu punya kakak farhad"
Demikian, pagi, berawan, tiba-tiba senyap dan entah kemana anak-anak itu pergi bermain. Saya pikir, anak lelaki saya sudah bertandang ke rumah orang lain. Semoga tidak tertegun sembari menonton televisi, semoga jari dan mulutnya tidak sibuk bersinergi menyantap kudapan, cemilan, yang diberikan oleh orang lain he he he he.