Consumer behavior, bicara tentang leadership opinion, influencer, dan worthed or not worthed
Bicara mengenai gaun seharga Rp. 600.000, menurut saya yang tipikal -cuek-, sebenarnya gaun itu tidak menarik, tidak seberapa menarik. Tetapi, menjadi menarik, ketika si penjual berkata "dicoba saja mbak", lalu diikuti dengan -leadership opinion- dari seorang ibu yang usianya kira-kira 50 tahun, yang berkata "baju itu bagus kok untuk mbak, kalau buat saya gak enak, karena saya terlalu gemuk".
Begitu cerita awalnya
Alih-alih, karena ternyata saya masih-lah wanita, dan mudah dipengaruhi, saya pun mencobanya. Dan -walla-, penjual dan ibu yang pembeli, yang juga secara tidak langsung berperan ganda sebagai si-leadership opinion- plus -influencer-, berkata "cocok".
Sebagai calon pembeli yang sekaligus seorang wanita, saya terpengaruh, saya pun mulai bertanya tentang harganya. Kemudian penjual berkata "Rp. 675.000 mbak". -Wow- saya langsung mengernyitkan -hati-, karena kalau saya mengernyitkan dahi, si penjual tentu langsung bisa mengenali bahwa saya begitu keberatan dengan harga itu.
Penawaran pun dimulai, karena saya terus terang menjadi terpengaruh oleh si pembeli yang berperan ganda tersebut, dan terpengaruh oleh kata-kata manis pedagang. Pas nya berapa mbak "600.000" begitu katanya. Menimbang, saya terus menimbang, saya menjadi berpikir bahwa harga itu pantas untuk gaun yang memang dibuat "khusus - hanya satu" begitu informasi pedagang.
Apakah saya jadi membelinya?
Saya menundanya, kemudian beranjak pergi setelah sebelumnya saya meminta brosur yang sudah tertera no kontak yang bisa saya hubungi.
Lama, setelah berada agak jauh dari tempat gaun itu dijual, seperti tersadar dari hipnotis si pedagang "hahahaha". Jadi inilah yang dinamakan dunia marketing, saya jadi teringat dengan apa yang dosen marketing saya sampaikan tentang kekuatan "leadership opinion" tentang peran "influencer" yang bisa memberi pengaruh besar kepada calon pembeli. Kalau saya tidak segera pergi dari tempat itu, mungkin saya sudah menjadi pembeli yang membeli karena "leadership opinion dan influencer", bukan membeli karena hasil observasi, yang saat ini sudah jarang ditemui.
Kembali mengenai mata kuliah marketing yang sedang saya ambil semester ini, alasan lain mengapa saya tidak jadi membeli "gaun Rp 600.000 itu", karena dosen Marketing saya berkali-kali berkata "biaya produksi T-shirt yang paling bagus, bisa berkisar antara Rp. 100.000 sampai Rp.150.000 rupiah". Sepanjang jalan saya semakin jadi tersenyum-senyum, sembari mencoba menganalisa berapa biaya produksi yang dikeluarkan oleh si produsen. Dan silahkan baca kutipan berikut ini
Ada 3 lokasi yang biasanya dijadikan tempat berburu bahan pakaian di Jakarta. Pasar Tanah Abang, Pasar Mayestik, dan Pasar Baru.
Harga kain chiffon (polos) biasanya dijual mulai harga Rp10.000,00 per meter . Tapi biasanya kalau kamu mencari yang benar-benar chiffon agak sulit. Mereka lebih banyak menjual "high count" atau "double high count" (terutama di Tanah Abang dan Mayestik). Kedua kain ini mirip dengan chiffon. Pedagang akan mulai membuka harga dari Rp15.000,00 sampai Rp17.500,00. Terus tawar serendah mungkin, bahkan sebetulnya bisa mencapai sedikit di bawah Rp10.000,00.
Harga kain satin biasanya dijual mulai Rp17.500,00. Jenisnya pun bermacam-macam. Yang cukup populer satin biasa dan satin "jeruk" (karena teksturnya mirip kulit jeruk). Di beberapa toko satin biasanya dijual dengan harga Rp20.000,00 per meter bahkan lebih. Tapi seperti biasa, tawarlah hingga harga yang diinginkan.
Mudah-mudahan informasi ini cukup membantu. Rekan lain mungkin punya informasi yang lebih lengkap.
Dan bahan gaun yang saat itu hampir saja saya beli adalah, chiffon. Bayangkan kalau saya jadi membeli gaun itu, dan kemudian saya membaca artikel di atas, bisa menyesal berlipat-lipat saya "Hahaha". Tapi baiklah, kita melihat dari sisi marketing management tentang "leadership opinion dan peran influencer" kemudian semakin mendalam dengan melihat sisi "consumer behavior" yang saat itu saya sebagai consumer-nya.
Gaun yang seharga "Setengah juta lebih Rp. 100.000" itu,
Positioning dari gaun tersebut kira-kira sebagai pakaian muslimah
Memiliki segment yang kira-kira seperti ini
- Gender : Female
- Age : 17 tahun - 55 tahun
- Occupation : career women, student, housewife
- Salary : > 3.000.000 IDR
- Social state : Middle class
- Education : start from senior high school
- Living area : city, urban
Sedangkan target mereka adalah wanita yang usianya 17 tahun - 55 tahun, muslimah, dengan main target female working or not working from middle class, Secondary target is student from middle class family with income > Rp. 3.000.000.
Terlepas dari harga gaun tersebut, beserta biaya produksinya yang menurut saya jauh "gdubrak" dengan harga jualnya. Mari kita melihat dari sisi tentang bagaimana sebuah kreatifitas dan inovasi, tentang bagaimana sesuatu yang berbeda bisa dihargai dengan nilai tinggi. Selain itu, kalau melihat dari target mereka dan nampak jelas sekali mereka menyasar "niche market", dengan value dari produk yang ditawarkan berupa ke-eksklusif-an. Kenapa? karena menurut info penjual, gaun itu hanya dibuat satu atau dua. Dalam arti, mereka tidak memproduksi massal, make to order.
9 November 2011
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa semester ini saya sedang mengambil mata kuliah marketing dengan Mr. Satya Wibowo sebagai dosen pengajarnya. Serta alasan bahwa saya kadang seperti mengalami in-konsistensi mengenai Segmenting, targeting dan positioning. Maka, saya meminta dosen saya tersebut untuk mengoreksi ulasan saya di atas. Berikut koreksi yang beliau berikan pada saya melalui emailnya (dengan edit seperlunya),
Ada beberapa input yang dapat dijadikan perhatian. Opinion leadership pada artikel tersebut tidak tepat, karena apabila anda datang ke toko tersebut, beserta seseorang yg anda kenal, yang selama ini anda anggap sebagai orang yang mengerti tentang dunia fashion atau penampilannya fashionable, kemudian bisa diandalkan untuk memberikan advise mengenai pakaian, maka dia adalah opinion leader. Atau di toko tersebut anda bertemu seseorang yang terkenal dan anda percaya bahwa dia ahli untuk masalah fashion.
Mengenai target, target adalah segmen yang diambil dari segmentasi. Pada bagian segmentasi dapat ditambahkan muslim, middle and middle up. Maka target marketnya lebih spesifik lagi muslimah yang memperhatikan penampilan, middle up, sebaiknya usia dibuat lebih spesifik disesuaikan dengan gaun tersebut, misalnya 25 -35.
Untuk harga jual agar dipertimbangkan / dibahas juga; ongkos buat, ongkos distribusi dan added value karena Design dan Brand.Maka, segmenting dari gaun tersebut adalah sebagai berikut :
- Gender : Female
- Age : 17 tahun - 55 tahun
- Occupation : career women, student, housewife
- Salary : > 3.000.000 IDR
- Social state : Middle, middle up
- Education : start from senior high school
- Living area : city, urban
- For : muslim
Sedangkan target mereka adalah wanita yang usianya 25 tahun - 40 tahun, muslimah yang mementingkan penampilan, dengan main target female working or not working from middle up class. Secondary target is student from middle up family with income > Rp. 3.000.000.
------------------------------------------------------END-------------------------------------------------
Demikian ulasan mengenai Segmenting, Targeting, positioning serta Leadership Opinion. Semoga bisa bermanfaat