Pages

Monday, February 28, 2011

Being unemployed, no income, no problem for me

Chapter three continued from Chapter two

And when the general affair tersebut berkata bahwa cara berpakaian seperti yang saya pakai, belum bisa diterima di perusahaan tersebut. 'Oh my God, seperti tersambar sesuatu tapi bukan tersambar petir'. Saya jadi melongo, dunno what to do, dunno what to say. See, how stupid i am, saat itu saya berpikiran seperti itu. Hal ini adalah hal yang sangat penting, tapi bodohnya saya, selama berkomunikasi dengan mereka, saya lupa bertanya tentang 'bagaimana dengan kostum yang biasa saya pakai'.



Dalam diam, si GA juga merasa tidak enak dengan saya, karena sejak awal mereka interview saya, mereka tidak pernah menyinggung jilbab dan cara saya berpakaian, kecuali hari ini, pada saat saya akan menandatangani kontrak kerja. Ohhh, tidak bisa, akhirnya saya katakan pada GA perusahaan tersebut, bahwa saya akan mempertimbangkan kembali jadi atau tidaknya saya bergabung di perusahaan mereka.

Senin tgl 28 Februari, saya akan memberikan jawaban atas pertimbangan saya selama beberapa hari ini.

Ya saya memang akan menjadi pengangguran sepenuhnya, karena semua tawaran kerja sudah saya tolak. Perusahaan lama sudah saya tinggalkan dan tidak mungkin saya menjilat ludah sendiri untuk kembali ke perusahaan lama, karena Pimpinan perusahaan lama pun sudah tentu tidak berharap melihat saya di sana. Tapi, ini urusan yang prinsipil bagi saya, ini tentang keyakinan saya, ini tentang agama saya, ini tentang kenyamanan saya, dan ini tentang jilbab, busana yang saya sudah saya pakai selama bertahun-tahun dan menjadi bagian dari diri saya.

Ya, menganggur bukan hal yang buruk, memang saya tidak ada lagi 'income', meminta dengan orang tua 'oh no, i am too proud of my self', dan saya psikologi saya mungkin akan sedikit terganggu dengan gelar 'unemployed' yang sudah resmi melekat pada saya sejak tangga 24 Februari lalu.

Saya mencoba bertanya apa urgensinya hingga cara berpakaian yang saya gunakan, tidak dapat dipakai di sana, General affair berkata -demi keseragaman-. Ooooh my God, lalu saya berkata pada salah satu karyawan PT tersebut, bahwa saya pikir perusahaan tersebut menghargai karyawan, appreciate me from my brain, from my knowledge, from the way i think etc. But, just because of my veil, my blouse, my clothes, they canceled to hire me.

Ok ok ok, it is ok, meskipun saya merasa agak sedikit mengalami diskriminasi karena saya seorang muslimah. Tapi saya tidak mau memaksakan apa yang saya pahami, apa yang saya pikirkan, pada perusahaan tersebut. Akhirnya, saya pun beranjak pergi, 'begging to get a job, that wasn't my type, so leaving all behind'.

So, want it or not, in the end of March i will leave Tangerang. Going back to Sumatera, meet my mother, taking care of my nephew, rather than spend my money stay in boarding house. But, the hardest thing is, i don't know how to tell to my parents about what is happening to me ha ha ha ha i am laughing for my stupidness. Feel sad? yes i am, because i am unemployed, no money, no actifity, but it is ok Allah have something more special for me in the end, must be.

Ya ya ya, think and think, i am unemployed know

the end